[:ID]ZONA AMAN YANG MELENAKAN [:en]A FORGETFUL SAFETY ZONE [:]

oleh | Jun 24, 2019 | Inspirasi

[:ID]Oleh: Bukhari Yusuf

Dalam Alquran surah al-A’raf [7] ayat 97-99, Allah memberikan peringatan sekaligus ancaman bagi manusia, yakni dengan rasa tak aman dari makar dan ujian Allah.

Sebab, ujian dan makar Allah bisa datang dalam situasi yang tak terduga-duga, baik di waktu istirahat maupun semangat, saat maksiat maupun taat, serta di waktu siang maupun malam.

Merasa aman dari makar Allah  bisa menjadi awal datangnya bencana dan malapetaka. Ketika seseorang sudah merasa dirinya berada dalam zona aman, kerap kali hal itu menjadi sebab utama penurunan tekad dan daya juang, penurunan kuantitas dan kualitas ibadah, penurunan semangat berdakwah, serta penurunan sensitivitas untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang agama.

Rasul SAW bersabda, “Dua nikmat yang di dalamnya banyak manusia  tertipu: sehat dan waktu luang.” (HR al-Tirmidzi).

Karena itu, selayaknya seorang Mukmin memiliki sifat hati-hati dan waspada dalam setiap kondisi dan keadaan. Bahkan, ketika sedang berada dalam kesalihan dan ketaatan sekalipun. Inilah yang membedakan dirinya dengan yang lain.

Al-Hasan al-Bashri berkata, “Seorang mukmin melaksanakan ketaatan dalam kondisi takut dan cemas, sementara seorang fajir melakukan maksiat dalam kondisi merasa aman.”

Seorang mukmin-meskipun telah melakukan berbagai amal salih dan ketaatan-tetap tidak merasa puas dengan amalnya, tidak merasa aman, serta tidak merasa layak untuk serta-merta mendapatkan surga dengan berbagai kenikmatannya.

Sebab, tidak ada jaminan amalnya diterima, tidak ada jaminan selamat dari godaan setan, tidak ada jaminan ia terlepas dari dosa dan salah, tidak ada jaminan husnul khatimah, serta tidak ada jaminan pula ia selamat dari siksa. Yang diharapkan hanya rahmat, ampunan, dan pertolongan dari Allah disertai beramal sekuat tenaga.

Itulah buah dan hasil dari sebuah proses tarbiyah dan pembinaan yang panjang dan kontinu. Tarbiyah mendidik seorang Muslim untuk senantiasa berada di antara rasa khauf (takut) dan raja` (harap).

Di satu sisi ia merasa takut kepada makar dan siksa Allah sehingga menjauhi maksiat dan dosa sekecil apa pun adanya, namun di sisi lain ia juga sangat berharap kepada rahmat dan karunia-Nya yang luas sehingga tidak pernah putus asa untuk bertobat dan meminta ampunan.

Inilah keseimbangan yang akan menjadi kunci kesuksesan hidup dunia dan akhirat.

Hal itu ditandai dengan sikap terus memperbaiki diri disertai  kesiapan untuk menerima nasihat, masukan, dan saran baik dari orang lain. Adapun jika terus berkubang dalam kealpaan tanpa mau memperbaiki diri, atau senantiasa sibuk melakukan kritik dan kecaman sehingga lupa pada aib dan cacat sendiri berarti sedang menikmati zona aman yang melenakan.

“Maka, apakah penduduk negeri itu merasa aman dari kedatangan siksa Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau, apakah penduduk negeri itu merasa aman dari datangnya siksaan Kami kepada mereka di waktu dhuha ketika mereka sedang bermain-main? Maka, Apakah mereka merasa aman dari makar Allah? Tiada yang merasa aman dari makar Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS al-A’raf [7]: 97-99).

sumber: republika.co.id[:en]

By: Bukhari Yusuf

In the Quran surah al-A’raf [7] verses 97-99, Allah gives a warning as well as a threat to humans, namely by the insecurity of Allah’s treason and testing.

Because Allah’s test and treason can come in situations that are not predictable, it might come in times of rest and enthusiasm, at times of immorality and obedience, as well as at day and night.

Feeling safe from Allah’s treason can be the start of the disaster. When someone already feels himself in a safe zone, often it is the main cause of a decrease in determination and fighting spirit, a decrease in the quantity and quality of worship, a decrease in the spirit of preaching, and a decrease in sensitivity to keep away from things that are prohibited by religion.

Rasulullah SAW said, “Two delights in which many people are deceived: health and leisure.” (HR al-Tirmidhi).

Therefore, a believer should have a cautious and alert nature in every condition and circumstance. In fact, when it is in distress and obedience though. This is what distinguishes him from the others.

Al-Hasan al-Basri said, “A believer carries out obedience in a state of fear and anxiety, while a Fair commits immorality in a condition of feeling safe.”

A believer — despite having performed various charitable deeds and obedience- still not satisfied with his deeds, does not feel safe, and does not feel worthy to immediately get paradise with a variety of pleasures.

Because there is no guarantee of his charity being received, there is no guarantee of surviving the devil’s temptation, there is no guarantee he is free from sin and wrong, there is no guarantee Husnul Khatimah, and there is no guarantee that he will be saved from torture. What is expected is only mercy, forgiveness, and help from Allah accompanied with all the best possible charity. That is the fruit and result of a long and continuous process of tarbiyah and formation. Tarbiyah educates a Muslim to always be between khauf (fear) and king` (hope).

On the other hand, he feels afraid of the treason and torture of God so as to avoid immorality and the slightest sin, but on the other hand he also really hopes to His grace and extensive gifts so that they never despair of repenting and asking forgiveness.

This is the balance that will be the key to the success of life in the world and the hereafter.

It is marked by an attitude of continuous improvement accompanied by a readiness to receive advice, input, and good advice from other people. Whereas if you continue to wallow in neglect without wanting to improve yourself, or are always busy carrying out criticism and criticism so that forgetting your own disgrace and disability means enjoying a comforting comfort zone.

“So, do the inhabitants of that country feel safe from the arrival of our torment to them at night? the day when they are sleeping? Or, do the inhabitants of the land feel safe from the coming of our torment to them at duha when they are playing? So do they feel safe from God’s treason? No one feels safe from God’s plot except people losers. ” (Surah al-A’raf [7]: 97-99).

Source: republika.co.id[:]

Perasaan kamu tentang artikel ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0