Usai sudah masa-masa yang dinanti setelah perjalanan panjang 11 bulan. Seribu do’a, sejuta harap akan pertemuan dengan Ramadhan sang bulan muliapun kini tiba dalam masa perpisahan. Masa-masa indah akan segera berlalu, dan akan kita jelang kaki-kaki yang tertatih kembali tanpa pijak yang tegak diatas hamparan yang tidak lagi sesubur hamparan pahala disaat kita bercengkerama dengannya. Gemuruh nafas kesesakkan menahan tangis akan pedihnya perpisahan tak mampu lagi terbendung laku.
Idul Fitri kini menjelang dan Ramadhan segera hilang. Hanya mereka yang pantas bergembira menyambut datangnya satu masa setelah satu bulan berada dalam balutan seribu cahaya surga, Ramadhan al Mubarak. Mereka yang mampu menjalani hari-hari berjuta ujian dengan nafas-nafas ibadah, mereka yang mampu menjalani hari-hari berjuta ujian dengan desah do’a, dan mereka yang mampu menjalani hari-hari berjuta ujian dengan ikhtiar dan tawakal atas segala usaha untuk dapat memaksimalkan Ramadhan sebagai moment perbaikan diri.
Namun, pantaslah kita berurai air mata, bila ternyata kita bukanlah satu diantara mereka yang pantas berbahagia. Bila kita tak lebih hanya dari bagian yang merasakan Ramadhan berlalu dan tak berbekas dalam iman kita, bagai jejak yang begitu mudah terhapus oleh deburan ombak di pantai. Tak ada satu titik perubahan menuju kemuliaan akhlak dalam jiwa kita. Tak ada titik perubahan menuju keteguhan dalam iman kita. Yang ada hanyalah hari-hari yang kembali tanpa kita harus berkeluh kesah menahan nafsu dan amarah. Naudzubillah …
Memaksimalkan yang tersisa, semoga menjadi sebuah upaya nyata mendapatkan akhir yang sempurna dalam menggapai Ramadhan terindah kali ini, sehingga ia yang tertinggal dari Ramadhan bukanlah kecewa namun satu harap menjadi bekal dalam menempuh dan memulai hari-hari di sebelas bulan kedepan lebih bermakna. Serta semoga Alloh perkenankan kembali kita menemui indahnya ibadah di Ramadhan tahun depan …
Dan bila esok nanti lembayung senja di penghujung Ramadhan melambai dan fajar fitri menjelma berbalut senyuman. Izinkan bibir ini mengucap kata, merangkai makna, berujar dalam seribu harap …
Mohonkan keikhlasan,
untuk maafkan segala kekhilafan,
yang tanpa ataupun sengaja terlontar dalam surat dan siratan pena.
Taqabalallaahu mina waminkum,
Shiyaamana wa shiyaamakum
Taqabalallaahu yaa kariim …
Semoga Alloh menerima amal ibadah kita,
dan semoga pula Alloh menerima amalan shaum kita,
maka terimalah wahai Alloh yang maha agung.
Saidurrohman
MSO Regional I Rumah Zakat Indonesia