YANG MUSTAHIL TAPI NYATA DI GAZA

oleh | Aug 3, 2010 | Inspirasi

Secara resmi diumumkan di Ramallah bahwa Nur Ismail dari kota Khan Yunis selatan Jalur Gaza menempati rangking pertama di tingkat SMU di Palestina untuk pelajar jurusan sains. Dalam pengumuman juga ditegaskan, 4 anak Gaza termasuk 10 besar di jurusan yang sama. Sementara 10 besar untuk jurusan sastra, 6 di antaranya berasal dari Jalur Gaza. Ini bukan informasi biasa, tapi sangat luar biasa. Sebab sekolah-sekolah di Jalur Gaza yang dihancurkan Israel dan guru serta pelajarnya tahun ini dalam kondisi yang sangat sulit. Di tambah lagi blokade yang sangat kejam di Jalur Gaza. Semua situasi ini seharusnya menjadi faktor bagi otak dan emosional orang akan memperoleh nilai anjlok. Barangkali lulus saja sudah merupakan capaian besar. Namun ketika rangking pertama di jurusan sains adalah seorang putrid dari Khan Yunis dan 10 besar adalah pelajar dari Gaza, maka rasanya pencapaian ini menjadi sangat berbeda.

 

Murid-murid Jalur Gaza menghabiskan tahun ajaran yang lalu dalam kondisi sekolah serba kurang dalam SDM pengajar, buku, buku tulis, alat-alat sekolah dan bangku. Apalagi pada saat listrik terputus yang memaksa murid harus mengulang pelajarannya dengan lilin atau menggunakan lampu tradisional. Penulis belum menyinggung situasi menegangkan akibat blokade terus menerus dan serangan militer Israel secara tiba-tiba.

 

Dari luar, tampaknya membuat berdecak kagum. Namun jika lebih memperhatikan kondisi lokal internal Jalur Gaza, maka kekaguman akan semakin tinggi. Maksud penulis, jika kecemerlangan sebagai pelajar Jalur Gaza di tengah kondisi mereka dilumpuhkan menjadi faktor kekaguman, maka seharusnya kekaguman itu semakin berlipat jika kita mengetahui bagaimana kehidupan bisa berlanjut di Jalur Gaza di tengah kondisi mustahil yang mereka alami.
Ini situasi mirip mukjizat. Bagaimana kegeneniusan bangsa Palestina mampu mengatasi dan menjalankan roda kehidupan di Jalur Gaza di tengah kondisi penghancuran, blokade tahun ketiga secara berturut-turut dengan cara berbeda dalam kepabelitasnya. Sehingga mampu melakukan perlawanan dan upaya menekuk lutut mereka. Bahkan pada akhirnya tampak kegagalan Israel dalam mendorong Jalur Gaza untuk menyerah dalam peperangan yang menggunakan berbagai macam senjata pemusnah massal yang mematikan. Kemudian disusul kegagalan lain yang dirasakan oleh setiap orang yang mengandalkan langkah memaksa Jalur Gaza untuk tunduk dengan cara menghancurkan terowongan bawah tanah dan membangun tembok baja, dan cara-cara lain untuk menyiksa dan mengekang warga Jalur Gaza.

 

Sebenarnya, tekad pemuda-pemuda yang mampu mengangkat keunggulan mereka yang dahsyat tidak berbeda dengan tekad para dokter yang membuat mukjizat lain dalam mengatasi masalah di rumah sakit-rumah sakit dan membuat operasi di ruang ICU dari sisa-sisa alat yang dihancurkan Israel. Hal yang sama dilakukan oleh para insinyur, petani dan mereka yang berprofesi lain. Gagasan terowongan bawah tanah adalah bukti kejeniusan tekad mereka yang mampu memaksa pihak lain mengakui keunggulan mereka. Itu yang mampu menghadapi blokade, ejekan terhadap mereka bahkan mampu mengalahkannya. Bahkan terowongan itu mampu menjadi bentuk perlawanan baru. Mereka yang ikut memblokade justru dituding taat kepada Israel.

 

Penulis berkali mendengar langsung ucapan mereka yang mengunjungi Jalur Gaza bagaimana mereka berdecak kagum atas kondisi Jalur Gaza. Sebab semua yang dibutuhkan manusia tersedia di pasar. Kehebatan ini bukan milik perorangan mereka. Namun milik kekuatan tekad bangsa Palestina. kemudian juga kepada tekad para aktivis dan relawan warga Jalur Gaza.
Mereka berhasil melawan aksi penghinaan dan pemaksaan untuk tunduk kepada kemauan Israel. Namun demikian, mereka masih membutuhkan banyak hal untuk bangkit, mereformasi apa yang dihancur luluhkan musuh dan apa yang dirusak oleh para “agen” Israel. Penulis tidak tahu apakah warga Gaza masih memiliki harapan baik atau tidak dari pemegang keputusan dari saudara mereka (baik dari bangsa Palestina sendiri atau Arab) setelah terbongkar bahwa ternyata satu bangsa Palestina dan Arab pun ternyata bukan termasuk barisan mereka. Setelah terungkap ternyata mereka memilih untuk kasar dan keras terhadap orang mukmin dan lemah lembut kepada musuh dan penebar permusuhan.

 

 

* Sumber: Fahmi Huwaidi-Facebook.com/note

Perasaan kamu tentang artikel ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0