YAKIN DENGAN PERTOLONGAN ALLAHBELIEVE IN ALLAH'S HELPS

oleh | Jul 20, 2016 | Inspirasi

sumur-nabi-yusuf-ilustrasi-_151130222016-648Oleh: Imam Nawawi

Modal utama para Nabi dan Rasul dalam menjalankan amanah dakwah adalah keyakinan yang utuh dan menyeluruh bahwa dirinya akan ditolong Allah Ta’ala. Sebagai bukti kita bisa belajar dari apa yang dialami oleh Nabi Yusuf AS.

Sejak kecil beliau telah menghadapi cobaan hidup luar biasa. Beliau didengki saudaranya sendiri, bahkan dibuang ke dalam sumur hingga akhirnya dijual ke Mesir, difitnah hingga dipenjara. Jika mau didata, Nabi Yusuf tidak pernah mengalami masa hidup kecuali selalu dalam kesulitan demi kesulitan.

Tetapi, Nabi Yusuf memiliki satu keyakinan bahwa Allah pasti menolongnya. Dan, karena itu, komitmen dalam kebenaran menjadi pilihan hidup yang tak pernah tergoyahkan, meski ia harus menghadapi penderitaan. “Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku” (QS. Yusuf [12]: 33).

Ibnu Katsir menjelaskan Nabi Yusuf lebih memilih dipenjara daripada melakukan perbuatan keji (kemesuman). Dan, pilihan demikian itu tidak mungkin terucap kecuali oleh jiwa yang seutuhnya yakin dengan pertolongan Allah.

Ungkapan lain yang penuh keberanian dalam hal keyakinan akan pertolongan Allah ini disampaikan Nabi Nuh AS kepada kaumnya. “Dan bacakanlah kepada mereka berita penting tentang Nuh di waktu dia berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, jika terasa berat bagimu tinggal (bersamaku) dan peringatanku (kepadamu) dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allah-lah aku bertawakal, karena itu bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku). Kemudian janganlah keputusanmu itu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku.” (QS Yunus [11]: 71).

Pertanyaannya kemudian, apa yang membuat mereka memiliki keyakinan utuh-menyeluruh terhadap pertolongan Allah? Ada dua hal yang bisa kita ambil hikmah dari kisah Nabi Yusuf dan Nabi Nuh AS. Pertama, niat yang suci murni dan cita-cita besar bagi kemaslahatan umat manusia. Kedua, tidak ada ketergantungan diri melainkan kepada Allah SWT.

Dengan kata lain ada independensi mental. Hal ini terbukti dari ungkapannya, “Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun dari padamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya).” (QS Yunus [10]: 72).

Dengan demikian, selama niat hidup kita adalah suci murni, ikhlas ingin mengharap ridha Allah, kemudian tidak kita pikirkan melainkan maslahat kehidupan umat manusia, yang justru dengan itu semua kesempitan, kesulitan dan ketidaknyamanan hidup terasa terus menghampiri, jangan pernah bingung apalagi putus asa.

Maju terus dan kobarkan semangat independensi mental dalam diri atas dasar iman. Insya Allah akan tiba pertolongan-Nya. Dan, bagaimana keyakinan akan pertolongan-Nya akan Allah abaikan sementara terhadap prasangka baik saja Allah langsung jawab. “Aku (Allah) sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku.” (HR Bukhari Muslim).

Sumber: republika.co.id

sumur-nabi-yusuf-ilustrasi-_151130222016-648By: Imam Nawawi

The main capital of the Prophets and Apostles in carrying out da’wah mission is whole and complete conviction that he will be helped by Allah Ta’ala. As evidence we can learn from what was experienced by Prophet Yusuf.

Since childhood, he has to face extreme trials of life. His own brother hates him, even thrown him into the well until he was sold to Egypt, slandered to jail. If you want to be recorded, the Prophet Yusuf never experienced lifetimes unless always in trouble by trouble.

However, Yusuf had the confidence that God will help him. And, therefore, the commitment in truth become a choice of life that never deterred, though he had to face suffering. “He said:” He said: O my Lord! Prison is more dear than that unto which they urge me, and if Thou fend not off their wiles from me I shall incline unto them and become of the foolish.”(QS. Yusuf [12]: 33).

Ibn Kathir explains yusuf preferred prison rather than commit indecency (lewdness). And, so it is not possible selection of spoken except by the soul completely sure with the help of God.

Another expression of courage in terms of belief in God’s help is delivered by Prophet Nuh to his people. “And recite to them the important news about Noah when he said to his people:” Recite unto them the story of Noah, when he told his people: O my people! If my sojourn (here) and my reminding you by Allah’s revelations are an offence unto you, in Allah have I put my trust, so decide upon your course of action you and your partners. Let not your course of action be in doubt for you. Then have at me, give me no respite.”(Surah Yunus [11]: 71).

The questions then, what makes them have confidence intact-totally to God’s help? There are two things we can take a lesson from the story of Yusuf and Nuh AS. First, the pure and holy intention great ideals for the benefit of mankind, secondly, there is no self reliance but to God.

In other words, there is mental independence. This was evident from the expression, “If you turn away (from my warning), I did not ask for any salary from you. My reward is only from Allah alone, and I was told that I belonged to those who have surrendered (unto Him). “(Surah Yunus [10]: 72).

Thus, as long as the intention of our life is sacred pure, sincere wish would please Allah, then we do not think it is serious benefits human life, which was with it all narrowness, difficulty and inconvenience of life is kept up to, never confused especially desperate.

Go ahead and spirit of independence waged within ourselves mentally on the basis of faith. Insya Allah, The help of god will come. And, how belief in God would help him even good intention will directly answer by God. “I (God) in accordance with the presupposition servant to Me.” (Bukhari Muslims).

Sumber: republika.co.id

Perasaan kamu tentang artikel ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0