[:ID]LOMBOK. Kehilangan tempat tinggal berarti kehilangan pula seluruhnya, termasuk kehilangan sarana MCK. Bagi sebagian warga Lombok tak ada pilihan lain. Untuk melakukan aktivitas MCK mereka terpaksa harus melakukannya di Sungai.
Keadaan ini sangat mengkhawatirkan. Pasca gempa, warga Lombok seharusnya bisa menikmati kesehatan yang prima. Namun dengan terbatasnya sarana MCK warga mulai terserang penyakit.
Husniah (42 Tahun), salah satu warga yang berada di tempat pengungsian Desa Persiapan Menggala Lombok Utara mengaku terpaksa harus melakukan MCK di Sungai. “Mau bagaimana lagi, saya hanya bisa pasrah. Di sisi lain, saya merasa senang, karena setelah pembangunan hunian sementara ini, Rumah Zakat akan ikut membangun MCK juga” ujarnya.
“Di shelter terintegrasi Rumah Zakat, kami akan membangun 5 titik MCK. Tiga di antaranya sudah berjalan 40%.” ujar Eti Nurhayati, Relawan Rumah Zakat.
Newsroom
Lailatul Istikhomah[:en]LOMBOK. Loss of residence means loss of all, including loss of toilet facilities. For some Lombok residents there is no other choice. To do latrine activities they are forced to do it on the River.
This situation is very worrying. After the earthquake, Lombok residents should be able to enjoy excellent health. However, with limited facilities, public toilets began to get sick.
Husniah (42 years), one of the residents who were in a refugee camp in Desa Persiapan Menggala Lombok Utara claimed to have to do latrine on the river. “I have no other choice. On the other hand, I feel happy, because after the construction of this temporary housing, Rumah Zakat will also build the public toilte as well, “she said.
“At Rumah Zakat integrated shelter, we will build 5 MCK points. Three of them have already run 40%, “said Eti Nurhayati, Volunteer of Rumah Zakat.
Newsroom
Lailatul Istikhomah[:]