![](https://i0.wp.com/www.rumahzakat.org/wp-content/uploads/2020/08/wakaf-penyulingan-cengkeh-berdayakan-warga-sangihe-sulawesi-utara-2020-08-27_09-43-17_824637-300x139.jpeg?resize=300%2C139&ssl=1)
Sejak Desember 2018, Rumah Zakat telah menginisiasi berdirinya pabrik penyulingan cengkeh di Desa Berdaya Beha, Kecamatan Tabukan Utara, Kabupaten Kepulauan Sangihe.
BANDUNG, RUMAH ZAKAT – Kabupaten Kepulauan Sangihe, Propinsi Sulawesi utara adalah wilayah terluar bagian Ujung Utara Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebuah daerah kepulauan beribukota Tahuna dengan luas wilayah 736,98 Km dan jumlah penduduk sebanyak 131.136 jiwa yang tersebar di 105 pulau dengan 79 pulau tidak berpenghuni dan 26 pulau yang berpenghuni.
Daerah ini meruapakan daerah dengan kekayaan laut yang melimpah dan merupakan daerah perkebunan kelapa, cengkeh dan pala.
Sejak Desember 2018, Rumah Zakat telah menginisiasi berdirinya pabrik penyulingan cengkeh di Desa Berdaya Beha, Kecamatan Tabukan Utara, Kabupaten Kepulauan Sangihe. Pabrik penyulingan cengkeh ini merupakan implementasi program wakaf produktif di Desa Berdaya untuk mengoptimalkan melimpahnya limbah cengkeh, pala dan kelapa di sana.
![](https://i0.wp.com/www.rumahzakat.org/wp-content/uploads/2020/08/wakaf-penyulingan-cengkeh-berdayakan-warga-sangihe-sulawesi-utara-2020-08-27_09-45-31_699625-300x139.jpeg?resize=300%2C139&ssl=1)
Pabrik penyulingan cengkeh merupakan implementasi program wakaf produktif di Desa Berdaya untuk mengoptimalkan melimpahnya limbah cengkeh, pala dan kelapa.
“Limbah daun cengkeh, sabut dan batok kelapa sangat banyak dan belum dioptimalkan. Padahal, misalnya daun cengkeh bisa diolah untuk mendapatkan minyak atsiri yang harganya sangat bagus di pasaran, mencapai Rp120,000 per Kg,” jelas Fasilitator Desa Berdaya Beha, Haryono.
Masyarakat Desa Beha sangat bersyukur dengan adanya pabrik penyulingan cengkeh, selain limbah daun cengkeh bisa dikelola, keberadaan pabrik juga telah mampu menyerap tenaga kerja lokal sebanyak 30 orang.
“Alhamdulillah, kita bisa memberdayakan sekitar 30 warga Desa Beha untuk menjadi pekerja di pabrik penyulingan cengkeh. Kita berencana untuk bisa terus mengembangkan pabrik ini agar semakin besar dan bisa mengelola lebih banyak lagi limbah perkebunan, tak hanya daun cengkeh, kedepannya kita berharap bisa mengolah limbah kelapa dan pala,” ungkap Chief Wakaf Officer Rumah Zakat, Soleh Hidayat.
Saat ini, kapasitas produksi Pabrik penyulingan cengkeh di Desa Beha mencapai satu ton daun cengkeh per hari. Dan emasuki masa panen raya cengkeh, Haryono rutin melakukan pemeriksaan terhadap mesin penyulingan untuk memastikan tidak ada masalah saat produksi nanti.
“Pekan lalu kami Kembali menjual 500 Kg minyak atsiri dengan harga Rp120,000 per Kg. Alhamdulillah, semoga hasil produksi kami semakin banyak, sehingga semakin banyak warga yang bisa diberdayakan,” tutur Haryono.
Selain di Sangihe, Rumah Zakat juga memiliki pabrik penyulingan cengkeh di Lombok yang dikelola oleh warga terdampak gempa yang terjadi pada tahun 2018 lalu. Salah satu tujuannya adalah untuk membangkitkan kembali UMKM di Lombok setelah porak poranda karena gempa.
“Dengan program wakaf produktif, kita bisa memperluas kebermanfaatan dari wakaf. Selain bisa membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar lokasi implementasi program, hasil dari wakaf produktif juga bisa kita distribusikan untuk program-program sosial lainnya seperti bantuan ekonomi, Pendidikan dan Kesehatan,” jelas Soleh. “Inilah mengapa wakaf disebut ibadah multiple effect. Manfaatnya bisa dirasakan lebih banyak orang,” pungkasnya.
Newsroom
Lailatul Istikhomah/Amri Rusdiana