WONOGIRI. Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang suka bergotong-royong. Kegiatan gotong-royong terlihat dalam tradisi kerigan (kerja bakti warga) yang dilakukan untuk kepentingan bersama. Namun, seiring dengan berjalannya waktu kegiatan gotong-royong ini menjadi semakin jarang ditemui.
Budaya gotong-royong sedikit demi sedikit terkikis oleh budaya individualistis. Kehidupan individualistis semakin terlihat pada masyarakat perkotaan. Pada masyarakat pedesaan tradisi gotong-royong masih dapat ditemui walaupun intensitasnya tidak sesering dulu.
Pada hari Rabu (28/01) lalu, Relawan Inspirasi di desa Kepatihan, Kecamatan Selogiri, Wonogiri mengadakan kegiatan kerja bakti atau gotong-royong bersama anak-anak binaanya. Kerja bakti kali ini adalah membersihkan serta merapihkan jalan setapak yang menjadi akses utama menuju ke desa Kepatihan. “Banyak rumput liar yang berserakan disekitara jalan, kondisi tersebut terlihat kumuh dan sangat tidak indah,” ucap Relawan Inspirasi, Sarto.
Salah satu Anak Juara penerima manfaat beasiswa ceria, Haru mengungkapkan. “Saya sangat senang dapat mengikuti kegiatan kerja bakti ini, apalagi kebersihan lingkungan sekitar. Ayo yang lainnya pun ikut lakukan kegiatan ini ya,” serunya.***
Newsroom/Diki Taufik
Wonogiri
WONOGIRI. Indonesia is known-well for its culture of mutual assistance. However, step by step the culture began to erode by individualism.
Therefore, RZ and Inspiration Volunteer attempted to grow Indonesian children sense of cooperation and environmental care through the implementation of community service in Kepatihan Village, Selogiri District, Wonogiri.
In this opportunity, RZ and Inspiration Volunteer invited Anak Juara (beneficiaries of scholarship program) to participate in this action. A child said “I’m very happy to join in this community service because here we can interact with others. Let’s join us!” ***
Newsroom/Diki Taufik
Wonogiri
