[:ID]Guru besar pangan dan gizi dari IPB Ali Khomsan mengungkapkan tren sarapan di Indonesia sangat memprihatinkan. Ali memaparkan, berdasarkan data Riskesdas 2010, sebanyak 26,1 persen anak Indonesia hanya mengonsumsi minuman seperti air, susu, atau teh di pagi hari.
Menurut Ali, potret sarapan anak-anak di Indonesia sangat memprihatinkan. Padahal, sarapan adalah amunisi terpenting bagi anak untuk menyerap informasi.
Sarapan yang bergizi berdampak positif terhadap produktivitas anak. Ketika sarapan, tubuh akan mendapatkan pasokan glukosa dan zat besi yang merupakan makanan terpenting bagi otak.
Ali menjelaskan, anak yang tidak sarapan akan cenderung memiliki kondisi emosional yang tinggi. Mereka biasanya sering mengalami permasalahan perilaku di sekolah.
Anak yang tidak sarapan cenderung menyalahkan orang lain walaupun itu merupakan kesalahan yang mereka perbuat sendiri. Sebaliknya, anak yang sarapan memiliki prestasi yang baik dari segi akademik.
Meskipun mengonsumsi makanan, menurut Ali, itu pun hanya 10,6 persen dari sarapan anak yang mencukupi asupan energi lebih dari 30 persen. “Ada seperempat anak Indonesia yang sarapannya karbohidrat saja. Masih banyak yang sarapan dengan nasi, garam, dan kerupuk,” kata Ali.
Padahal, selain glukosa dan zat besi, anak juga membutuhkan zat gizi lainnya yang baik untuk pertumbuhan otak seperti magnesium, zinc, omega 3 serta vitamin B, C, D dan E. Otak mengalami pertumbuhan yang cepat pada di usia dua tahun pertama. Jika pada masa ini anak kekurangan gizi, saat besar nanti bisa jadi prestasinya akan buruk.
Menurut Ali, sarapan yang tepat tidak hanya berasal dari satu atau dua jenis makanan, melainkan harus beragam. Makanan yang paling baik untuk sarapan adalah yang berasal dari whole grain atau biji-bijian olahan karena kaya akan serat, vitamin, mineral dan juga antioksidan.
sumber : republika.co.id[:en]Professor of food and nutrition from IPB Ali Khomsan revealed the trend of breakfast in Indonesia IS very alarming. Ali explained, based on the 2010 Riskesdas data, 26.1 % of Indonesian children only consume drinks such as water, milk, or tea in the morning.
According to Ali, the portrait of children’s breakfast in Indonesia is very alarming. In fact, breakfast is the most important ammunition for children to absorb information.
Nutritious breakfast has a positive impact on children’s productivity. At breakfast, the body will get a supply of glucose and iron which is the most important food for the brain.
Ali explained, children who do not have breakfast will tend to have high emotional conditions. They usually experience behavioral problems at school.
Children who do not have breakfast tend to blame others even though it is their own fault. Conversely, children who have breakfast have good achievements in terms of academics.
Although the children consume food, according to Ali, it was only 10.6 % of children’s breakfast is sufficient for energy consumption of more than 30%. “There is a quarter of Indonesian children who only have carbohydrate breakfast. Many still have breakfast only with rice, salt, and crackers, “Ali said.
In fact, besides glucose and iron, children also need other nutrients that are good for brain growth such as magnesium, zinc, omega 3 and vitamins B, C, D and E. The brain experiences rapid growth in the age of the first two years. If at this time children are malnourished, when they grow up they will be worse.
According to Ali, the right breakfast does not only come from one or two types of food, but must vary. The best food for breakfast is from whole grains or processed grains because it is rich in fiber, vitamins, minerals and antioxidants.
source: republika.co.id[:]