Setan senantiasa mendekam dalam hati manusia, Bila mengingat Allah, ia akan hengkang. Bila lalai, setan akan makin memperdaya. (HR Bukhari).
”Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin memiliki kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai? Ia memiliki segala macam buah-buahan dalam kebun itu, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang ia memiliki keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya.” (QS Al-Baqarah [2]: 266).
Berkaitan dengan ayat di atas, Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Umar bin Khattab pernah bertanya kepada para sahabat, “Menurut kalian, berkenaan dengan siapakah ayat ‘apakah salah seorang di antara kamu ingin memiliki sebuah kebun kurma dan anggur’ ini diturunkan? Mereka menjawab, “Wallaahu a’lam.” Umar menanggapi dengan suara keras, “Jawablah ‘tahu!’ atau ‘tidak tahu!’.”
Ibnu Abbas berkata, “Sebagian ayat itu menyangkut diriku, wahai Amirul Mukminin”. “Wahai anak saudaraku, katakanlah dan janganlah kamu meremehkan dirimu sendiri,” timpal Umar.
Ia menjawab, “Aku akan mengilustrasikannya dengan sebuah amal”. Umar bertanya, “Dengan amal apa?” Ibnu Abbas menjawab lagi, “Seperti orang kaya yang karena taat kepada Allah, kemudian setan mendatanginya, lalu orang itu melakukan banyak kemaksiatan sehingga semua amalnya terhapus.”
Penyesalan, kata ini sangat tepat untuk menggambarkan kesudahan orang yang terbuai godaan setan. Bagaimana tidak, semua pahala amal yang pernah dilakukan sepanjang hidup akan musnah. Ayat tersebut mengibaratkan hancurnya pahala dengan terbakarnya kebun kurma, anggur dan buah-buahan lain yang sudah dimilikinya sejak lama.
Kita tahu setan adalah makhluk sombong yang berikrar untuk menyesatkan semua manusia. Ikrar ini diabadikan dalam Alquran, ”Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS Al A’raaf [7]:16-17).
Di antara langkah setan untuk menjerumuskan manusia adalah dengan menipu. Tipuan ini sering disebut talbis atau mencampuradukkan kebenaran dan kemungkaran, atau memutarbalikkan keduanya. Ulama lain menyebutnya tazyin atau menghiasi keburukan dengan sesuatu yang indah.
Tipu daya setan sangat halus. Termasuk di dalamnya, menurut Imam Ibnul Qayyim, adalah menyihir akal hingga tertipu. Bentuknya, setan menghiasi perbuatan membahayakan atau merugikan dengan menggambarkan bahwa perbuatan itu paling bermanfaat bagi dirinya.
Setan pun berusaha membuat ia tidak melakukan perbuatan yang paling bermanfaat dengan menggambarkan bahwa perbuatan itu membahayakan atau merugikan. Setan pun mengemas perbuatan syirik dalam bentuk pengagungan.
Sumber: republika.co.id