TIPS Sehat Naik Pesawat Terbang!

oleh | May 6, 2005 | Inspirasi

Tidak semua orang dengan kondisi fisik tertentu dinilai laik naik pesawat terbang. Mengapa?

Selama naik pesawat terbang terjadi beberapa perubahan yang belum tentu dapat ditoleransi oleh semua kondisi tubuh.

Pertama, dengan bertambah tingginya pesawat (lebih dan 5.000kaki), semakin berkurang tekanan udara (barometric pressure). Pada ketinggian masih 5.000 kaki, kejenuhan oksigen darah masih memadai (Oxygen saturation HbO2 di atas 90%) dan fungsi faali tubuh masih terpelihara normal. Tak demikian halnya jika sudah melebihi ketinggian itu.

Mengunyah Permen

Perubahan tekanan udara dalam kabin berpengaruh terhadap telinga yang sedang tidak sehat.

Maka yang sedang batuk-pilek, akan mudah sekali berkembang menjadi radang telinga tengah yang bisa berakhir dengan congek (otitis media chronica) jika berlarut-larut tidak diobati, terlebih pada anak dan bayi. Mengapa? Karena pembuluh Eustachii penghubung tetinga dengan tenggorokan belum sempurna menutup-membukanya sehingga infeksi tenggorokan mudah menjalar ke telinga.

Orang dengan gangguan peradangan telinga (barotitis media) dianjurkan sebaiknya tidak naik pesawat terbang sebelum radang telinganya sembuh, kecuali bisa diatasi dengan obat (antihistamin, decongestan).

Selama penerbangan, sebaiknya bayi tetap disusul atau mengisap air botol. Sedangkan orang dewasa dianjurkan mengunyah permen guna menyeimbangkan tekanan udara di telinga tengah sehingga peluang untuk terjadi peradangan telinga tengah menjadi berkurang.

Demikian pula mereka yang sedang mengidap radang sinus (sinusitis) bisa mengalami Barosinusitis selama di pesawat terbang jika tidak dipersiapkan dengan obat untuk meredakan peradangan sinusnya (dengan decongestan).

Tekanan udara yang berubah di pesawat juga bisa berpengaruh terhadap saluran pencernaan. Gas yang berlebihan akibat tekanan udara yang menurun bisa tertimbun dalam saluran pencemaan, sehingga perut jadi gampang kembung dan tekanan dalam perut meninggi.

Nasihat Dokter

Mereka yang baru 14 hari menjalani operasi perut dilarang terbang dulu agar mengembungnya saluran pencernaan karena udara bebas tak sampai berakibat buruk terhadap bekas operasinya.

Demikian pula yang sudah dioperasi usus besar (colostomy) dan memakai kantung tinja khusus.

Antisipasi kemungkinan gas berlebihan dalam perut selama penerbangan berlangsung, obat antispasmodik untuk mengendurkan kerja usus berlebihan.

Selain terhadap perut, tekanan udara juga berpengaruh buruk terhadap paru-paru yang tidak sehat. Paru-paru yang sudah bolong pada pasien TBC, paru-paru bocor (pneumothorax), paru-paru balon (emphysema, sudah tak mengembang-mengempis sempurna lagi) perlu nasihat dokter sebelum terbang, dinilai dulu apakah fungsi paru-parunya masih memadai.

Hal yang sama bagi penderita penyakit kelainan retina mata. Lapisan vital retina membutuhkan banyak oksigen. Di kabin bisa cenderung kekurangan oksigen, apalagi pada ketinggian pesawat melebihi 6.000 kaki. Perlu dipertimbangkan pembelian ekstra oksigen (dan kantung atau spray).

Terhadap sistem saraf, tekanan udara yang berkurang di dalam kabin juga dapat berpengaruh buruk. Khususnya bagi yang baru menjalani tindakan pembuatan foto pada otak ventriculography atau pneumoecephalography. Kondisi-kondisi demikian dinilai tak boleh ikut terbang dulu.

Jet-lag dan Tabung Oksigen

Kedua, selain perubahan tekanan udara, berpesawat terbang juga bisa mengubah bioritmik tubuh, khususnya siklus malam-siang (diurnal), termasuk irama bioritmik harian circadian yang mengatur jadwal tidur, siaga, suhu tubuh, dan lepasnya hormon stres.

Jika pesawat melintasi zona-waktu (time-zone), maka secara mendadak irama biologis tubuh berubah, dan tubuh belum sempat menyesuaikan diri. Jika gagal beradaptasi dengan perubahan itu terjadi gejala jet-lag, yang bisa ringan, bisa juga berat

Bagi yang berhasil beradaptasi, dalam satu-dua hari tubuh sudah terbiasa dengan irama biologis di tempat baru tanpa keluhan apa-apa. Bagi yang gagal beradaptasi memerlukan obat (melathonin) agar lebih lekas menyesuaikan diri sehingga keluhan nyeri kepala, mual, tak bisa tidur, muntah, tidak dialami lagi.

Ketiga, sebenarnya tak sedikit orang yang takut di ketinggian (claustrophobia) sehingga berada di pesawat teibang menjadi kesengsaraan tersendiri. Diperlukan obat penenang (sedative) agar selama di pesawat tak terganggu atau terserang rasa panik.

Jangan dilupakan bagi yang mengidap penyakit pembuluh darah dan jantung (cardiovascular diseases). Waspada jika mengidap penyakit jantung koroner. Pastikan sudah memeriksakan diri dahulu ke dokter atau minum obat. Siapkan kondisi fit sebelum naik pesawat terbang. Apalagi jika pernah mengalami serangan nyeri dada jantung (angina pectoris), penyakit gangguan pernapasan, kelainan darah anemia Sickle cell atau sedang hamil lebih dari 8 bulan. Bawalah paling tidak oksigen tabung kedi (portable) untuk bejaga-jaga sekiranya mendadak diperlukan. ***

(man) dari berbagai sumber

Perasaan kamu tentang artikel ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0