[:ID]PEKANBARU. Literasi di Indonesia saat ini mengalami kondisi yang sangat memprihatinkan. Hasil penelitian literasi Internasional yang dirilis Central Connecticut State University menempatkan budaya literasi Indonesia masuk ke urutan 64 dari 65 negara yang diteliti. Itu artinya Indonesia menempati rangking kedua terburuk dari bawah tentang budaya literasi. Hasil penelitian UNESCO pada tahun 2011 membuat penelitian yang dari hasil penelitiannya dari 1000 orang Indonesia hanya satu yang memiliki minat baca yang baik jadi jika dibuat ke bentuk presentase budaya literasi di Indonesia sekitar 0,001.
Kantor Perpustakaan Nasional Republik Indonesia mencatat 90 persen penduduk usia di atas 10 tahun gemar menonton televisi, tetapi tidak suka membaca buku. Hal ini menunjukkan kemampuan literasi masyarakat di Indonesia yang masih rendah dikarenakan tingkat literasi siswa Indonesia masih jauh tertinggal oleh siswa dari negara lain.
Dengan kata lain minat baca terhadap masyarakat indonesia mengalami kemunduran hal inilah yang menjadi pemicu semangat bagi sekolah SMP Juara Pekanbaru untuk membuat beberapa program baru yang bertujuan untuk memberikan efek positif terhadap siswa di dalam membaca buku. Seperti program Literasi Pagi yang diadakan setiap hari Rabu.
Kegiatan yang berlangsung di halaman sekolah ini dilaksanakan usai pembiasaan Dhuha. Dengan membawa buku masing-masing anak-anak tampak asyik membaca dan meringkas.
Selain kegiatan tersebut, para siswa juga sudah dibiasakan dengan meminjam dan membaca buku di Pustaka Pojok Kelasnya. “Kegiatan ini insyaAllaah akan dirutinkan setiap hari Rabu pagi agar minat baca dan pengetahuan siswa semakin berkembang.” Tutur bu Fitriyah Misdiyan selaku penanggung jawab kegiatan, Rabu (26/07).
Selain itu, pengadaptasian ini juga dilakukan dengan penulisan ringkasan dan komentar siswa pada jurnal membaca yang telah disiapkan. “Kita baru mencanangkan Program- program ini, mudah-mudahan dapat memberikan efek positif pada dunia pendidikan dan juga dapat meningkatkan minat baca siswa SMP Juara Pekanbaru.” Ujar kepala sekolah SMP Juara Pekanbaru, Syahrul Padilah.
Newsroom/ Yuliza Fitri
Pekanbaru
[:en]PEKANBARU. Literacy in Indonesia is currently experiencing a very poor condition. International literacy research results released by Central Connecticut State University put Indonesian literacy culture into the order of 64 out of 65 countries studied. That means Indonesia occupies the second worst rank from bottom on literacy culture. The results of UNESCO research in 2011 made a study of the results of his research of 1000 people Indonesia only one who has a good interest in reading so if made into the form of cultural literacy percentage in Indonesia around 0.001.
The National Library of Indonesia’s Office records that 90 percent of the population over 10 years of age are fond of watching television, but do not like to read books. This shows the low literacy ability of the Indonesian community because the level of Indonesian students’ literacy is still far behind by students from other countries.
In other words, interest in reading to the Indonesian community decline this is the trigger of the spirit for SMP Juara Pekanbaru to create some new programs that aim to give a positive effect on students in reading books. Like the Morning Literacy program that held every Wednesday. The activity that took place in the school yard was implemented after Dhuha prayer. By bringing books each of the children seemed enjoy reading and summarizing.
In addition to these activities, students have also been accustomed to borrow and read books in the Library Corner Class. “This activity will be inaugurated every Wednesday morning so that interest in reading and knowledge of students will be growing,” said Fitriyah Misdiyan as the person in charge of the activity, Wednesday (26/07).
In addition, this adaptation is also done by writing summary and comments in the prepared reading journal. “We just launched these programs, hopefully we can get positive effect on the world of education and also can increase interest in reading of SMP Juara Pekanbaru.” Said principle of SMP Juara Pekanbaru.” Syahrul Padilah.
Newsroom / Yuliza Fitri
Pekanbaru[:]