Tidak diragukan lagi bahwa menuntut ilmu agama adalah ibadah
yang mulia. Allah Ta’ala memuji orang-orang yang menuntut ilmu dan orang yang berilmu.
Allah Ta’ala berfirman:
“Allah meninggikan
derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu
di antara kalian” (Q.S. Al-Mujadalah: 11).
Namun perlu diketahui bahwa dalam menuntut ilmu, diperlukan manhaj (metode) yang benar agar dapat
meraih kesuksesan dalam menuntut ilmu syar’i dan akan menguatkan keistiqamahan
seorang penuntut ilmu untuk terus menuntut ilmu syar’i.
Baca Juga: Ingin Jadi Istri Salehah? Yuk Ketahui Kriterianya!
Syaikh Shalih bin Abdil Aziz Alu Asy Syaikh mengatakan,
“Kami melihat banyak pemuda yang mulai semangat dan gemar untuk menuntut ilmu.
Namun banyak di antara mereka yang tidak paham bagaimana cara yang benar dalam
menuntut ilmu. Di antara mereka ada yang sudah melalui waktu yang lama atau
bertahun-tahun dalam menuntut ilmu namun tidak meraihnya kecuali sedikit saja,
yang kadar itu bisa didapatkan oleh orang lain dengan waktu yang singkat.
Sebabnya adalah karena mereka tidak menjalani manhaj (metode) yang benar dalam
menuntut ilmu” (Ath-hariq ila Nubughil Ilmi, 13).
Lalu, bagaimana
metode yang benar dalam menuntut ilmu agama?
Hendaknya para penuntut ilmu syar’i dalam mempelajari agama
mereka menerapkan metode yang benar sebagaimana yang digariskan oleh para
ulama. Bukan menuntut ilmu sekenanya atau tanpa arah.
Syaikh Shalih bin Abdil Aziz Alu Asy Syaikh memberikan 3
poin garis besar metode menuntut ilmu yang benar:
1. Ikhlas kepada
Allah
Beliau mengatakan, “Menuntut ilmu syar’i adalah ibadah, Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Sesungguhnya para malaikat
mereka melebarkan sayap-sayap mereka kepada para penuntut ilmu karena rida
dengan apa yang mereka lakukan” (H.R. Ibnu Hibban no. 1321, dishahihkan Al
Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 6297).
Dan ibadah ini agar diterima dan diberi taufik oleh Allah wajib
untuk ikhlas kepada Allah Jalla wa ‘Ala.
Yaitu hendaknya ia tidak menuntut ilmu karena untuk meraih suatu kedudukan
duniawi, atau karena sum’ah (ingin
dipuji), atau karena ingin menjadi pengajar, atau karena ingin menjadi dosen,
atau karena ingin terkenal, atau karena ingin menjadi orang yang sering mengisi
pengajian, atau semacamnya.
Baca Juga: Siksa dan Nikmat di Alam Kubur
Hendaknya ia dalam menuntut ilmu meniatkannya dalam rangka
ibadah kepada Allah Ta’ala dan untuk
menghilangkan kejahilan dari dirinya sehingga ia beribadah kepada Allah di atas
ilmu. (Ath-Thariq ila Nubughil Ilmi, 17).
Imam Ahmad bin Hambal ditanya, “Bagaimanakah bentuk ikhlas
dalam menuntut ilmu?” Beliau menjawab, “Ikhlas dalam menuntut ilmu adalah
seseorang menuntut ilmu untuk mengangkat kejahilan dari dirinya. Karena tidak
sama antara orang yang alim (berilmu) dengan orang jahil. Allah Jalla wa ‘Ala
berfirman (yang artinya), ‘(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung)
ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri,
sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?
Katakanlah, ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang
tidak mengetahui?’ (Q.S. Az Zumar: 9). Ia juga berfirman (yang artinya): ‘Allah
meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang
yang berilmu di antara kalian’ (Q.S. Al Mujadalah: 11)’” (dinukil dari Ath-Thariq
ila Nubughil Ilmi, 17)
Sumber: muslim.or.id
(Bersambung ke bagian
2)