Oleh: Imam Nur Suharno
Ramadhan, bulan yang penuh berkah akan kembali menyapa. Di antara keberkahan itu ialah setiap amal ibadah orang yang berpuasa dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan dibalas dengan 10 hingga 700 kali lipat. Dan khusus pahala puasa, Allah SWT sendiri yang langsung membalasnya (HR Muslim).
Dalam hadis yang lain, suatu amal kebajikan (sunah) di bulan Ramadhan nilai pahalanya seperti menunaikan amalan wajib (fardhu) di bulan yang lain dan menunaikan amalan wajib nilai pahalanya sama dengan mengerjakan 70 kali amalan wajib di bulan lain. (HR Ibnu Khuzaimah). Allahu Akbar.
Dan salah satu amalan ibadah sunah yang hendaknya mendapatkan perhatian serius dari orang yang berpuasa adalah menyegerakan berbuka puasa. Rasulullah SAW bersabda, “Manusia akan selalu baik selama mereka cepat berbuka.” (HR Muttafaq alaih).
Dalam sunah amaliyah Rasulullah SAW, seperti yang telah diriwayatkan oleh Anas RA bahwa beliau berbuka puasa dengan memakan beberapa buah kurma setengah matang. Jika tidak ada, beliau memakan beberapa buah kurma masak. Jika tidak ada, beliau hanya meneguk beberapa tegukan air sebelum melaksanakan shalat Maghrib. (HR Ahmad).
Rasul SAW tidak pernah menunaikan shalat Maghrib (pada bulan Ramadhan) sebelum berbuka puasa, meskipun beliau hanya berbuka dengan meminum air putih. (HR Abu Ya’la). Hal ini menunjukkan pentingnya menghidupkan sunah menyegerakan buka puasa.
Ada hikmah besar di balik perintah untuk menyegerakan berbuka puasa, di antaranya:
Pertama, untuk menghidupkan sunah Nabi SAW. Berkata Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani, telah berkata Imam Syafii, “Mempercepat berbuka puasa adalah perbuatan yang disunahkan dan mengakhirkannya bukanlah perbuatan yang diharamkan kecuali apabila menganggap bahwa mengakhirkan berbuka puasa terdapat keutamaan di dalamnya.”
Kedua, sebagai pembeda dengan pemeluk agama lain. Rasulullah SAW bersabda, “Agama Islam akan selalu menang selama para pemeluknya mempercepat berbuka (puasa) karena orang Yahudi dan Nasrani selalu mengakhirkannya.” (HR Abu Dawud).
Ketiga, dapat menyegarkan badan. Hal ini pernah dikatakan oleh Imam Al-Muhallib, “Hikmah dari menyegerakan berbuka puasa adalah agar orang yang berpuasa itu tidak semakin berat dengan menahan lapar lebih lama. Selain itu, agar badan segar kembali sehingga lebih kuat dalam beribadah di malam hari.”
Hal ini tampak dari doa berbuka puasa yang telah diajarkan oleh Rasul SAW. “Dzahabadz dzama’u wabtalatil ‘uruuqu wa tsabatal ajru insya Allah” (Rasa dahaga telah hilang, urat kerongkongan telah basah, dan pahala ditetapkan, insya Allah). (HR Abu Dawud).
Agar waktu berbuka puasa semakin bertambah berkah, hendaknya orang yang berpuasa memanfaatkannya untuk berdoa. Sebab, di antara waktu yang mustajab untuk berdoa adalah waktu menjelang berbuka puasa.
Dari Abdullah bin Amar berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya orang yang berpuasa tatkala berbuka doanya tidak akan ditolak.” (HR Ibnu Majah). Dalam hadis yang lain, “Tiga golongan yang doanya tidak akan ditolak ialah doa pemimpin yang adil, orang yang berpuasa ketika berbuka, dan doa orang yang teraniaya.” (HR Tirmidzi). Dalam riwayat yang lain, “Dan doa orang yang berpuasa sehingga ia berbuka.”
Semoga kita termasuk orang-orang yang dapat melestarikan amalan-amalan sunah di bulan Ramadhan. Amin.
Sumber: republika.co.id
Iftar is an Arabic word meaning meal eaten in the evening for breaking fast in the month of Ramadan. A Muslim should hasten to break the fast as soon as the sun sets.
Hadhrat Sahal (RA) narrates that the holy Prophet (SAW) said: “The people will remain prosperous so long as they hasten in breaking their fast (at the time of Iftaar).” [Bukhari]
Its is mandatory to break the fast before the maghrib prayer. Our Holy Prophet used to break the fast with fresh dates; if he did not find any he would eat dried dates and if none then he would drink a few mouthful of water.
Hadhrat Salman bin Amir (RA) narrates that the holy Prophet (SAW) said: “When one of you breaks his fast he should do so with dates for they provide blessing, but if he cannot get any he should break his fast with water for it is purifying.” [Mishkat]
Giving something to eat or drink to a fasting person is a great reward. The sins of such a person would be forgiven and he would have the same rewards as the person keeping the fast.
Hadhrat Umar (RA) narrates that the holy Prophet (SAW) said: “Not a single prayer made by a fasting person at the time of breaking fast (iftaar) is rejected.” [Ibn Majah]
Abu Hurayrah رضي الله عنه narrated that the Messenger of Allah صلى الله عليه وسلم said:
“Allah, Mighty and Sublime is He, said: ‘Those of My worshippers who are most beloved to Me are the quickest to break their fast.” [Tirmidhi]
Sahl bin Sa’d رضي الله عنه narrated that the Messenger of Allah صلى الله عليه وسلم said:
“The people will remain upon goodness as long as they hasten to break the fast.”� [Tirmidhi]
Those Ahadith show that the affairs of the followers of Muhammad صلى الله عليه وسلم will remain good as long as they hasten to break the fast. (Tuhfat Al-Ahwadhi: 3/331). Its reason and wisdom is that hastening to break the fast is the commandment of Shari’ah and dear to Allah, and therein is also easiness and flexibility for the Muslims in general which is a means of Allah’s Mercy and Grace.
On the contrary, as there is hardship for everyone in delaying Iftar and it also is a kind of innovation, it is a source of the displeasure of Allah. When Muslims will adopt this practice they will forfeit the good pleasure of Allah and sink to a lower condition. Haste in Iftar means that breaking a fast should not be deferred when it becomes clear that the sun has set. This was the regular practice of the sacred Prophet صلى الله عليه وسلم.
Source: http://www.sunnahaday.com/sunnah-5-hasten-iftari/