Dalam proses taaruf, beberapa hal mendasar seringkali terlewatkan. Padal, jika dijalankan sesuai syariat, taaruf bisa jadi pintu keberkahan yang luar biasa.
Dulu, banyak yang mengira taaruf hanya soal tanya visi misi dan cocok tidaknya. Tapi ternyata ada syarat-syarat penting dalam Islam yang perlu dijaga. Yuk, temukan penjelasannya di artikel ini.
7 Syarat Taaruf Sesuai Syariat
Proses taaruf akan jauh lebih bermakna bila dilakukan dengan adab yang tepat dan niat yang lurus. Berikut ini adalah syarat-syarat taaruf berdasarkan syariat islam.
1. Niat yang Lurus karena Allah SWT
Setiap langkah dalam hidup, termasuk taaruf, akan berbeda hasilnya jika diniatkan karena Allah SWT. Bukan karena desakan usia, tekanan sosial, apalagi sekadar ikut-ikutan tren hijrah.
Niat yang benar akan memandu langkah lebih tenang dan terarah. Tujuannya bukan sekadar menemukan pasangan, tapi membangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah.
2. Adanya Perantara (Pihak Ketiga yang Terpercaya)
Dulu, banyak proses taaruf yang menjadi tidak sehat karena dilakukan tanpa pengawasan. Tapi sekarang, makin banyak yang sadar pentingnya pihak ketiga yang menjaga adab dan batasan.
Perantara seperti orang tua, ustadzah, atau sahabat yang bijak bisa menjadi pengontrol interaksi. Mereka juga bisa membantu memberikan perspektif objektif saat emosi mulai berbicara lebih dulu.
3. Batasan Interaksi yang Terjaga
Kadang, karena terlalu ingin mengenal lebih dalam, batas-batas mulai kabur. Interaksi tanpa pengawasan bisa jadi awal dari khalwat, bahkan ikhtilat yang melampaui syariat.
Islam menetapkan adab bukan untuk membatasi, tapi menjaga kemurnian niat. Jika ingin mengenal, lakukan dengan cara yang tidak melibatkan ruang privat atau obrolan intens berdua-duaan.
Baca Juga: Taaruf dalam Islam: Apa Itu dan Bagaimana Prosesnya?
4. Fokus pada Informasi Esensial (Bukan Hanya Fisik)
Sering kali yang menjadi fokus utama justru tampilan luar, seolah fisik bisa menjamin sakinah. Tapi pengalaman menunjukkan, hal paling krusial justru kesamaan nilai dan visi hidup.
Taaruf adalah momen untuk menggali bagaimana seseorang menghadapi masalah, beribadah, serta cara pandangnya tentang keluarga dan masa depan. Ini yang akan jadi pondasi rumah tangga.
5. Kejujuran dan Keterbukaan Informasi
Beberapa kasus yang pernah ada kandas karena sejak awal tidak terbuka. Ada hal-hal yang disembunyikan, baru terungkap setelah akad nyaris dekat.
Kejujuran dari awal bukan hanya soal transparansi, tapi bentuk keikhlasan untuk saling menerima. Bila memang serius, jangan ada bagian dari diri yang ditutupi.
6. Dilakukan dalam Waktu yang Tidak Terlalu Lama
Taaruf bukan pacaran dengan nama Islami. Bila dirasa cocok, sebaiknya tidak menunda terlalu lama untuk melangkah ke jenjang selanjutnya.
Penundaan tanpa arah bisa melahirkan harapan yang menggantung, juga rentan membuka celah syahwat. Islam sangat menjaga kehormatan dalam proses ini.
7. Persetujuan Kedua Belah Pihak
Dalam Surah Al-Baqarah ayat 256 Allah SWT berfirman:
لَاۤ اِكۡرَاهَ فِى الدِّيۡنِۙ
Artinya: “Tidak ada paksaan dalam (menerima) agama.”
Begitu pula dalam urusan pernikahan, semua harus atas dasar kerelaan dan kesadaran penuh.
Tak jarang, ada yang merasa terpaksa karena desakan keluarga atau komunitas. Padahal ridha dan kesiapan hati justru jadi modal awal untuk membangun cinta setelah akad.
Baca Juga: 6 Perbedaan Taaruf VS Pacaran Agar Taaruf Tak Seperti Pacaran
Kesimpulan
Jadi, taaruf bukan sekadar pengenalan, tapi sebuah proses serius menuju pernikahan yang berkah. Dengan menjaga syarat-syarat syar’i yang telah disebutkan, insya Allah setiap langkah akan lebih ringan dan lebih bermakna.
Nah, sekian artikel kali ini. Yuk, ikuti informasi seputar Islam lainnya bersama kami di Rumah Zakat.