SURGA DIISI ORANG YANG MAMPU JAGA AMARAHDON’T BE ANGRY AND PARADISE WILL BE YOURS

oleh | Jun 25, 2015 | Inspirasi

Oleh: Dadang Kahmad

Setiap aktivitas seorang Muslim yang tengah menjalankan ibadah shaum adalah ibadah. Jiwanya tengah dididik Sang Ilahi, demikian pula raganya, sedang dilatih. Sungguh satu bulan penuh diisi dengan pendidikan. Sabar, ikhlas, dan ihsan menjadi pelajaran utamanya.

Tak seorang pun tahu apakah dia sedang berpuasa atau tidak, hanya dirinya dan Allah SWT yang tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Ibarat suatu madrasah, hikmah yang terkandung di dalam shaum sangat luar biasa.

Tak ada ruang kosong yang sia-sia, semuanya penuh hikmah. Berpulang kepada diri masing-masing untuk mengambilnya. Kepada mereka yang sungguh-sungguh, predikat takwa akan diraih, sementara yang asal-asalan, hanya mendapatkan lapar dan kehausan.

Tentu saja, untuk meraih derajat takwa tak semudah mengatakannya. Selain harus memenuhi seluruh amalan dengan sungguh-sungguh sesuai syariat, hiasi juga hati dengan sabar dan ikhlas. Ingatlah godaan mencapai takwa sebanding dengan prestise raihannya.

Perut lapar kerap membuat orang mudah tersinggung dan cepat marah. Berusahalah sekuat tenaga untuk menahan amarah dan tidak memprovokasi orang supaya marah. Menahan amarah merupakan salah satu sifat dari orang-orang bertakwa (al-muttaqun).

Kita dianjurkan untuk menghindar jika ada seseorang yang mengajak bertengkar, dianjurkan berkata “inni shoimun”, aku sedang berpuasa. Kemarahan merupakan emosi negatif yang diluapkan dalam wujud kata-kata maupun perbuatan reaktif.

Emosi ini sering kali merugikan, bahkan mengancam. Tak sedikit pula, akibat amarah yang tak terkendali, seseorang tega membunuh.

Menahan amarah merupakan akhlak mulia. Dijanjikan balasan surga yang luasnya tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi.

Rasulullah bersabda, “Barang siapa menahan marah, padahal ia mampu menampakkannya, maka kelak pada hari kiamat Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk dan menyuruhnya untuk memilih bidadari yang ia sukai.” (HR Tirmidzi).

Selain marah yang sifatnya negatif, ada juga yang positif. Marah seperti ini dilakukan bukan atas dasar kebencian, tapi sebagai pendidikan dan penyadaran. Rasulullah pernah marah kepada sahabatnya yang malas beribadah, bahkan ia pun pernah memarahi orang yang pelit.

Marah model ini dilakukan agar seseorang mendapatkan kemaslahatan dalam hidupnya. Ketika kita disakiti oleh seseorang, kemarahan adalah hal yang wajar. Namun, terus-menerus mendendam ialah sikap buruk dan harus dihindari.

Pada bulan suci ini, pelajaran menahan amarah menjadi salah satu materi wajib untuk dijalankan mereka yang melaksanakan shaum. Dengan amarah yang membara, kita telah lemah dan dengan mudah dikalahkan oleh setan yang terkutuk.

Orang yang mudah marah, di dalam dirinya terkandung sifat sombong, memersepsi dirinya sebagai orang hebat, merasa harus dihormati.

Surga yang diciptakan Allah hanya diisi orang-orang yang lemah lembut dan selama hidupnya mampu mengelola amarahnya secara positif.

Ia tidak seperti iblis, yang marah dan membangkang saat diperintah Allah SWT bersujud kepada Adam. Dia merasa lebih mulia karena diciptakan dari api, sedangkan Adam hanya dari tanah. Mari tetap tenang dan tenteramkanlah hati kita. Dapatkanlah dengan penuh salah satu pelajaran menuju takwa bernama menahan amarah pada bulan yang penuh nilai pendidikan ini.

Sumber: republika.co.id
Anger is one of the evil whispers of Shaytan, which leads to so many evils and tragedies, of which only Allah knows their full extent.

Do not become angry and Paradise will be yours (a saheeh hadeeth, see Saheeh al-Jaam‘, 7374. Ibn Hajr attributed it to al-Tabaraanee, see al-Fath 4/465):

Remembering what Allah has promised to the righteous (muttaqeen) who keep away from the causes of anger and struggle within themselves to control it, is one of the most effective ways of extinguishing the flames of anger. One of the ahaadeeth that describe the great reward for doing this is: “Whoever controls his anger at the time when he has the means to act upon it, Allah will fill his heart with contentment on the Day of Resurrection.”(Reported by al-Tabaraanee, 12/453, see also Sahih al-Jaami‘, 6518)

Another great reward is described in the Prophet’s (saws) words: “Whoever controls his anger at the time when he has the means to act upon it, Allah will call him before all of mankind on the Day of Resurrection, and will let him choose of the Hoor al-‘Ayn whoever he wants.”(Reported by Aboo Daawood, 4777, and others. It is classified as hasan in Sahih al-Jaami‘, 6518).
Knowing that resisting anger is one of the signs of righteousness (taqwaa):

The righteous (al-muttaqoon) are those praised by Allah in the Qur’an and by His Messenger (saws). Paradise as wide as heaven and earth has been prepared for them. One of their characteristics is that they (interpretation of the meaning) “spend (in Allah’s Cause) in prosperity and in adversity, [they] repress anger, and [they] pardon men; verily, Allah loves al-muhsinoon (the good-doers).” [Aal ‘Imraan 3:134]

These are the ones whose good character and beautiful attributes and deeds Allaah has mentioned, and whom people admire and want to emulate. One of their characteristics is that (interpretation of the meaning) “. . . when they are angry, they forgive.” [al-Shooraa 42:47]

Source: http://www.missionislam.com/family/anger.htm

Perasaan kamu tentang artikel ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0