Oleh: Rachmatullah Oky Raharjo
Tertuliskan dengan segala ketulusan dan jiwa bersih, membingkai segala kasih kepada adik-adikku tercinta di bentangan Bumi Allah. Indah adik-adikku. Indah nian suasana ketika surat ini aku tuliskan. Langit luas membiru, awan putih bergulung indah melukis cakrawala. Menyela hembusan angin senja nan sejuk, menyemai kedamaian yang tak terkira indahnya. Demikianlah nuansa hati ini juga, ketika tinta ini menari mengikuti tarian pena menetapkan kata demi kata di atas lembaran waktu yang terus berlalu.
Inilah suratku adik-adikku. Surat dari aku kakakmu yang juga dulu pernah muda, yang pernah merasakan apa yang saat ini kalian alami. Kecemasan menjelang ujian, ketegangan menghadapi ujian, kepanikan menunggu hasil ujian, dan kebahagiaan dan kesyukuran setelah berlangsungnya ujian.
Bagi kalian yang barangkali masih belum lulus dalam ujian ini, jangan lah bersedih terlampau berlebihan. Sesungguhnya kelulusan ujian bukanlah ukuran utama kegagalan atau keberhasilanmu dalam meniti kehidupan. Kesedihan dan sakit hati yang timbul memang sebuah kewajaran. Tetapi itu sama sekali bukan alasan untuk menutup cahaya masa depan yang membentang. Sungguh, kehidupanmu dan harga dirimu yang gemilang itu terlalu berharga bila dibandingkan dengan lembaran tanda kelulusan yang hanya memberikan sedikit informasi tentang dirimu, dari banyak potensi terpendam lain yang kalian simpan dalam kekuatan mental kalian. Tidak ada siang yang terus gemilang, sebagaimana tidak ada malam yang senantiasa mencekam. Akan selalu ada pagi setelah gulita pekat, dan selalu ada mentari setelah gelapnya malam. Kuatkan hatimu adikku, sebab saat kegelapan semakin pekat, percayalah bahwa itu tanda sebentar lagi akan tiba pagi hari.
Jika kalian lulus melewati ujian ini, bersyukurlah. Ingatlah Allah, sebagaimana dulu sebelum ujian kalian tiada terputus mengingat asma-Nya mengharap cinta-Nya membimbingmu melewati ujian ini. Bersyukur dengan segenap tata krama dan aturan yang disampaiakan-Nya. Jika masih segar kemampuan fikiran kalian, dan orang tua kalian pula masih mampu, teruskanlah menuntut ilmu. Tambahlah pengetahuan dengan niat yang sebenar-benarnya. Bukan sekolah untuk mencari gengsi, mencari nama, atau bahkan hanya Ikut-ikutan kawan. Jangan biarkan hal keduniaan lain menipumu. Sehingga memilih sekolah, sampai mempertaruhkan harta untuk bisa duduk di jurusan favorit dengan “jalan belakang”. Sungguh, jika itu yang kalian niatkan maka kalian justru tidak akan mendapatkan keduanya. Ilmu tidak dikuasai, waktu dan harta habis binasa.
Jika ternyata belum diberi kesempatan kepadamu untuk menuntut ilmu. Jangan kecil hati pula menghadapi masa depan khususnya dalam hal usaha mencari sandang pangan atau nafqah hidup. Sumber-sumber rezeki masih amat banyak. Yang banyak itu mungkin selama ini sudah diketahui, tetapi tidak diperhatikan.
Maka biarlah kakanda hendak ingatkan,
Jangan fanatik kepada salah satu pekerjaan, atau salah satu jalan mencari rezeki yang halal. Kefanatikan kepada sesuatu itulah yang sering menutup mata, sehingga tidak mau memperhatikan yang lain. Padahal selain yang difanatiki itu, masih amat banyak, dan lebih baik dan lebih cepat. Sekiranya ada yang fanatik menjadi pegawai negeri, bila tidak berhasil merasa dunianya gelap atau sempit. Ini suatu perasaan dan pendapat yang sangat salah. Jika menemui rintangan atau menemui jalan buntu sama sekali, jangan bingung, dan jangan buta. Bukalah matamu, pandanglah dunia ini masih luas.Jangan kecil hati menghadapi masa depan. Marilah kita hadapi kehidupan ini dengan segala kesadaran dan keberanian. Keberanian ini bukan berarti keberanian yang ngawur (asal berani), akan tetapi dengan keberanian yang sudah diperhitungkan.
Sumber – sumber rezeki dan kunci-kunci usaha masih amat banyak. Sebagian kecil akan kalian lihat dalam kehidupan sekitar kalian. Meskipun nanti akan kalian lihat beratus-ratus perusahaan, tetapi itu sebagian kecil. Dengan usaha-usaha itu orang bisa berhasil untuk hidup bahkan bisa sampai menjadi kaya raya. Mengapa takut hidup? Mengapa kecil hati? Ingat modalmu cukup, Tubuhmu masih utuh, tidak kurang. Otakmu masih waras, bahkan sudah berilmu. Pribadimu dan kehormatan itu masih utuh, belum tercela. Sifat kejujuranmu masih utuh pula. Mengapa takut hidup? Sekarang yang kamu bina adalah mentalmu. Mental yang mau bekerja, mental yang tidak cari enak saja. Mental kejujuran, jadilah “WIRA” di mana saja.
Adinda-adinda yang aku banggakan,
Yang biasa pada umumya dicari ialah kebahagiaan. Dalam hal ini lebih dahulu kita harus mengerti bahwa kebahagiaan di dunia ada dua : kebahagiaan lahir / kemakmuran lahir dan Kebahagiaan batin/ kemakmuran batin. Untuk mencapai kebahagiaan lahir memerlukan kemakmuran atau kebendaan. Namun, Kemakmuran atau kekayaan harta benda, tidak mutlak dapat menjadi kebahagiaan yang sebenarnya. Orang yang selalu merasa terancam atau dikejar-kejar musuh, diliputi penyakit fisik atau penyakit rohani, tidak akan dapat merasakan kebahagiaan yang sebenarnya.
Adapun modal untuk mencari kemakmuran batin ialah Iman. Di dunia ini memang ada orang kaya yang hartanya banyak dan ada orang miskin atau tidak kaya, hartanya sedikit. Seorang yang berbudi atau yang mu’min, tidak iri atau dengki. Katakan pada dirimu sendiri, “biarkan kami miskin harta, asal jangan miskin jasa, biar kami miskin benda lahiriyah, asal jangan miskin budi, dan amal.
Seorang mukmin akan merasa bahagia, apabila ia beramal dan merasa bahagia kalau telah berbuat baik bagi masyarakat. Seorang mukmin selalu bersyukur karena menyadari karunia Allah yang amat banyak. Jadi, setiap hari haruslah bersyukur dan gembira.
Adinda wira bangsa nan cerdas cendikia,
Janganlah pula mengandalkan kekayaan orang tua kalian untuk jaminan bekal hidup. Kalaulah ada orang yang kaya, belum tentu anaknya akan menjadi kaya juga. Kita bisa melihat kenyataan yang sebaliknya di dalam masyarakat. Orang tua bisa kaya karena mental dan ilmunya. Apabila mental dan ilmunya tidak diwariskan bagaimana sang anak akan menjadi kaya? Barang siapa yang menjadi anak orang kaya jangan sembrono. Sebaliknya anak orang miskin, dengan mental yang kuat dan meningkat dan dengan pendidikan kesederhanaannya tidak mustahil akan menjadi orang yang kaya raya.
Adinda, permata hiasan pandang ayah dan bunda,
Adapun harapan kakakmu ini, setingkat lebih dari itu semuanya. Adinda sekalian, ditimang-timang selalu supaya menjadi pemuda-pemudi yang diandalkan. Semua berharap kalian menjadi pejuang yang mempunyai tanggung jawab atas kesejahteraan umat dan kemajuan agama. Dalam kehidupan akan kita temui hama-hama perjuangan, yang lazim berbentuk harta, tahta atau pangkat, dan wanita bagi kalian para pemuda. Tidak perlu takut atau antipati, tapi maju dan pilihlah dengan fikiran dan hatimu. Carilah yang bisa mendukung perjuanganmu, dan yang akan memberatkan langkahmu. Semoga adik-adikku dapat berjuang, dapat diandalkan dan tahan uji. Amin ya robbal alamin.Waalahu a’lam
(Disarikan dari nasehat Alm KH Imam Zarkasyi pada khutbatul wada’ santri akhir di PM Gontor).