[:ID]BANTEN. Inilah ekspresi kebahagiaan anak-anak MI Daar El-Najah yang berlokasi di Kampung Gelarsari, Desa Mekarsari, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten saat menerima kornet Superqurban.
“Abdi hoyong, teh… abdi hoyong (saya mau, teh… saya mau),” teriak anak kecil imut bernama Dimas (7 th) saat dus kornet Superqurban dibuka.
Kampung Gelarsari merupakan kampung adat yang dihuni oleh 30 KK dimana semua kepala keluarganya berprofesi sebagai petani. Pendapatan mereka tak menentu, apalagi hasil bertani seperti padi, secara hukum adat tidak boleh dijual.
“Kami tidak boleh menjual padi. Padi yang dihasilkan dari sawah, semuanya disimpan di Leuit (lumbung padi) untuk konsumsi sehari-hari. Jaga-jaga kalau kami tak punya uang sama sekali, kami masih bisa menanak nasi,” ujar Wiwi, salah satu warga.
Karena itulah, untuk kebutuhan sehari-hari, warga di sini mengandalkan penjualan dari tanaman palawija yang mereka miliki atau dari pekerjaan kuli bangunan ataupun dari pertambangan emas (gurandil).
“Saya kerja nyari batu-batu yang mengandung emas selama 2 minggu dan dapat penghasilan 100ribu,” ungkap Suwardi, ketua RT Kampung Gelarsari.
Kehidupan warga Gelarsari sangat sederhana. Lokasi kampung mereka yang berada di pedalaman dengan kondisi jalan berbatu membuat mereka sulit mengakses ataupun diakses fasilitas-fasilitas umum seperti sekolah, rumah sakit, dan lainnya.
“Dulu banyak yang buta huruf di sini, karenanya kami bergotong royong membangun sekolah MI ini. Soalnya kasian anak-anak kalau harus sekolah ke SD Inpres yang jaraknya sekitar 5 KM dari sini,” tutur Wiwi.
“Guru-gurunya dari kampung-kampung tetangga dan mereka tidak dibayar,” tambahnya.
Karena itulah, warga sangat bahagia saat tim Rumah Zakat datang ke kampung mereka membawa kornet Superqurban sekaligus merenovasi sekolah.
“Saya belum pernah makan kornet kaya gini. Jarang makan daging, paling kalau Idul Adha, itu juga kalau ada yang ngasih qurban ke sini,” ujar Eka Saputra (11th).
Newsroom/ Ria Arianti
Banten[:en]BANTEN. This is the expression of happiness from MI Daar El-Najah children located at Kampung Gelarsari, Mekarsari Village, District Cibeber, Lebak Regency, Banten when receiving the Superqurban corned beef.
“I want it, I want it,” cried a cute little boy named Dimas (7 th) while corned beef Superqurban opened.
Gelarsari Village is a traditional village inhabited by 30 families where all the heads of his family work as farmers. Their income is not erratic, let alone the results of farming such as rice, customary law should not be sold.
“We cannot sell rice, rice produced from rice fields, everything stored in Leuit (rice barn) for daily consumption. Just in case we have no money at all, we can still cook rice, “said Wiwi, one of them residents.
Therefore, for everyday needs, people here rely on palawija sales from their own crops or from construction laborers or from gold mining (gurandil).
“I work to search stones that contain gold for 2 weeks and I got 100.000, “said Suwardi, Head of Community of Kampung Gelarsari.
The life Gelarsari residets is very simple. The location of the village they are in inland with rocky road conditions make them difficult to access or accessible public facilities such as schools, hospitals, and others.
“There used to be many illiterates here, so we worked together build this MI school. Because we are worried if they have to go to Public primary school which is about 5 KM from here, “Wiwi said.
“The teachers are from neighboring villages and they are not paid,” she added.
Therefore, residents are very happy when Rumah Zakat team come to the village bringing Superqurban corned beef and renovate the school.
“I’ve never eaten corned beef like this, rarely eating meat, most if Eid al-Adha, that is also if there is someone who gives qurban here, “said Eka Saputra (11th).
Newsroom / Ria Arianti
Banten[:]