Hari kamis yang lalu saya di telpon oleh salah seorang teman saya,“Fen gimana kabarnya?
Masih ingat saya kan?” Saya menjawab, “Siapa ya?” sembari saya mengingat ingat suaranya.
“Ini saya Nandar, dokter Nandar Ngaliyan (Ngaliyan itu nama kecamatan di Semarang), lupa sama saya?” jawab temen saya.
“Oo dokter nandar ingat dong, masak lupa sama dokter Nandar, dimana sekarang, Dok?” jawab saya.
“Sekarang jadi orang sukses nih bos Fendi sering ada di TV, sekarang saya di Kalimantan jadi kepala wilayah Askes mengabdi kepada negara,” jawabnya.
“Fen, saya perhatikan temen temen kita yang sudah sukses sekarang, itukan temen temen yang sering ke masjid (sembari dia sebutkan satu per satu nama temen temen yang sudah sukses).”
Saya merenung, “Iya ya betul, Dok, subhanallah.” jawab saya.
Ingatan saya terbang ke Semarang, saat beberapa tahun yang lalu kami punya kenangan bersama-sama untuk pergi ke masjid, ya, sholat berjamaah. Sebuah kebiasaan yang sebetulnya kami anggap bukanlah hal yang istimewa. Karena bagi kami, tentu sebagai muslim, tinggal di Masjid itu laksana ikan di dalam air. Dan sholat sangat-sangat dianjurkan untuk berjamaah. Karena berjamaah, tentu saja afdhal-nya adalah ke Masjid. Sama sekali bukan hal yang asing bagi kami. Tapi saat ini, ketika kami sudah berada pada usia kerja, sepertinya baru itu terasa sebagai sebuah investasi bagi kami. Yah, ketika kami dianggap oleh sebagian orang sebagai orang yang sukses.
Sederhana sekali untuk sukses, saya baru sadar kalau temen temen saya bisa sukses dan berhasil seperti sekarang itu mudah : ketika ada adzan bergegas untuk ke masjid. Dan itu tidak sampai 15 menit (bandingkan dengan waktu kita “PDKT” sama pejabat, berapa jam waktu menunggunya), kami hanya memohon kepada Allah agar kami ini tercatat ke dalam hamba-hamba-Nya yang sukses, yang mampu membahagiakan hidup orang banyak. Subhanallah, sederhana tapi ini menjadikan point penting bahwa pemilik semua kesuksesan dan keberhasilan itu adalah Allah. Sungguh Dia-lah penentu semua kesuksesan kita itu. Ada secuil amalan yang tidak seberapa di mata Allah, tapi Dia yang maha Rahman itu menganugerahkan apa yang kita pinta dan mohon beberapa tahun yang lalu.
Kalau saya amati orang orang sukses itu punya amalan tertentu kepada Allah SWT. Misalnya Ust Abu Syauqi,menurut beliau lembaga dan perusahaan ini bisa besar itu menurut beliau hampir semuanya adalah campur tangan Allah swt. Kemudahan dan kepercayaan orang diberikan kepada lembaga ini, didatangkan banyak orang orang hebat bergabung dalam group ini, dimudahkan dalam setiap pelaksanaan program, diberikan jalan bagaimana membangun dan membina kemitraan dengan pihak lain dan sebagainya. Satu Amalan yang tidak pernah beliau tinggalkan adalah melaksanakan qiyamul lail setiap malam. Lewat amalan andalan inilah mungkin yang menyebabkan anugerah kesuksesan dan keberhasilan diberikan oleh Allah SWT. Sebab Allah itu tidak pernah berfikir ini akan aku kasih pahala sekian-sekian. Terserah Dia mau kasih pahala berapapun, yang jelas tentu banyak dan melimpah, jauh dari bayangan rasional kita manusia. Jika Allah menghendaki sukses, maka tidak seorangpun yang akan mampu menghalangi kesuksesan itu nampak menjadi nyata. Ada yang menjadi sukses dan berhasil hanya dengan sholat dhuha setiap hari tidak pernah ditinggalkan, seperti yang dilakukan pengusaha Sandiago Uno.
Ada yang hanya berbuat baik kepada orang tua, membahagiakan dan meminta doa kepada orang tua, mengantarkan kepada kesuksesan dan keberhasilanya, seperti pengusaha Choirul Tanjung, beliau yakin ridho orang tua adalah ridho Allah SWT. Ada juga yang hanya setiap pagi sedekah, seperti yang dilakukan pengusaha ayam bakar Mas Mono sekarang memiliki 72 gerai, beliau yakin dengan sedekah kesuksesan itu datang dan rizeki itu diantar, atau ada juga yang sukses karena membaca asmaul husna sepanjang waktu dan lain sebagainya. Semua yang dilakukan itu dibalas dengan sepenuhnya bahkan lebih oleh Allah.
Karena Dia adalah “As-Syakir”, Dzat yang maha membalas yang sedikit dengan sesuatu yang jauh lebih banyak dan lebih baik. Jadi beramal kebajikan, sampai itu menjadi sebuah kebiasaan, sampai itu membuat kita ketagihan, sampai membuat kita akan kebingungan jika tidak berbuat baik, maka sejauh itu pula Allah akan membalasnya, bahkan lebih lagi. Sukses itu adalah anugerah dari Allah SWT, maka fokuslah kita kepada yang maha pemberi anugerah atas kesuksesan dan keberhasilan kita. Sering kali kita lebih fokus kepada bagaimana caranya kita sukses dan berhasil? bagaimana caranya kita bisa mencapai target? Tapi kita lupa focus kepada pemilik anugerah atas kesuksesan dan keberhasilan kita. Kita mati-matian berupaya, habis-habisan berusaha, segala cara kita pakai dan coba, namun terkadang lupa bahwa kesuksesan dan keberhasilan itu sudah ada yang mengatur dan memperhitungkan. Kita melupakan bagaimana Nabi Ibrahim yang sudah tua itu tiba-tiba diberi berita gembira akan diberikan putera. Kita seakan melupakan bahwa Allah-lah yang menentukan Nabi Yusuf keluar dari penjara bahkan lalu diangkat sebagai menteri, dan merealisasikan mimpi-mimpinya. Kita seakan melupakan juga, bahwa Allah jugalah yang menundukkan Angin dan air untuk Nabi Sulaiman. Lalu pertanyaan selanjutnya, bagaimana sholat wajib berjamah kita? bagaimana qiyamul lail, dhuha, puasa dan sedekah kita? sudah bisa dibanggakankah amalan kita dihadapan Allah swt.
Sobat untuk sukses itu hanya dengan memperbaiki hubungan baik kita kepada Allah swt, Rabb yang maha pemberi anugerah atas kesuksesan dan keberhasilan kita. Semakin dekat kita kepada Allah SWT, maka semakin dekat dan mudah pula kesuksesan dan keberhasilan kita. Fokuslah kepada yang maha pemberi anugrah kesuksesan dan keberhasilan kita. Mohonlah dengan sangat serius bahwa semua target-target kita akan terlampaui, tidak usah memikirkan caranya, karena Dia yang maha memberi cara terbaik kita. Tidak usah memikirkan semua ketidak mungkinan, karena semua ketidak mungkingan itu adalah penjara bagi benak kita untuk berkreasi dan berusaha. Dan dihadapan-Nya semuanya itu tidak ada yang tidak mungkin. Semuanya akan dimudahkan, selama kita meyakini, bahwa Dia-lah sang pembuka Rizki, Dia-lah sang penentu keberhasilan. 1 Milliar, 1 Trilliun, 100 trilliun, bahkan 1 biliun sekalipun akan terasa kecil dihadapan yang maha Agung. Itu hanyalah angka-angka dari perhitungan kita manusia. Dihadapan Allah, itu laksana butian debu, kecil sekali.