SUKA FITNAH DAN BENCI AL HAQLOVE FITNA AND HATE AL HAQ

oleh | May 25, 2016 | Inspirasi

tangan-prasangkaOleh: Abdul Syukur

Pada suatu hari Umar bin Khattab, Hudzaifah bin Al Yaman, dan Ali bin Abi Thalib bertemu di suatu tempat. Kemudian, Umar bertanya pada Hudzaifah bin Al Yaman, “Bagaimana keadaanmu pagi ini, wahai Hudzaifah?”

Hudzaifah menjawab, “Wahai Amirul Mukminin! Pagi ini aku mencintai fitnah, membenci al haq, shalat tanpa berwudhu, dan aku memiliki sesuatu di muka bumi yang tidak dimiliki oleh Allah di langit.”

Mendengar jawaban seperti ini, Umar bin Khattab marah, “Demi Allah! Kamu membuatku marah!” Lantas Ali bin Abi Thalib yang dari sebelumnya mendengarkan perbincangan keduanya bertanya pada Umar, “Apa yang membuatmu marah, wahai Amirul Mukminin?”

”Tidakkah kamu mendengar apa yang dikatakan oleh Hudzaifah?” kata Umar. Ali bin Abi Thalib kemudian menjelaskan, “Wahai Amirul Mukminin! Sungguh benar Hudzaifah dan aku pun seperti dirinya. Adapun kecintaannya pada fitnah maksudnya adalah kecintaannya pada harta dan anak-anak, sebagaimana firman Allah, Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah fitnah cobaan.” (QS al-Taghabun [64]: 15).

”Sementara, kebenciannya terhadap al haq, maksudnya adalah dia membenci kematian. Shalatnya yang tanpa wudhu itu adalah shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Sedangkan, yang dimilikinya di bumi dan tidak dimiliki Allah di langit adalah istri dan anak. Bukankah Allah tidak memiliki keduanya?”

Percakapan ketiga sahabat Nabi SAW ini mengajarkan kejelian kepada kita tentang hakikat sesuatu. Allah SWT menyebut harta benda yang kita miliki dan anak-anak yang berada di bawah tanggung jawab kita sebagai fitnah (ujian), jika kita bisa memperlakukan keduanya sesuai dengan ridha Allah kita termasuk orang yang lulus ujian.

Sebaliknya, ketika kita tidak bisa memperlakukan keduanya sesuai dengan yang diinginkan Allah maka kita termasuk orang yang tidak sanggup mengatasi fitnah dunia.

Oleh karena kecintaan kita terhadap fitnah, yakni pada harta dan anak-anak, serta kesenangan dunia lainnya, kita bisa membenci al haq, sesuatu yang kedatangannya sudah pasti, yaitu kematian, sebagaimana firman Allah, “Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian, dan Kami menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kepada Kami-lah kalian akan kembali.” (QS al-Anbiya: 35).

Sementara, maksud dari shalat yang tanpa wudhu adalah shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Keduanya memiliki arti sama dalam arti bahasa, shalat artinya doa, shalawat pun maksudnya adalah berdoa untuk kebaikan Rasulullah SAW.

Sedangkan, yang dimiliki oleh manusia dan tidak dimiliki oleh Allah adalah istri dan anak. Hal ini ditegaskan sendiri oleh Allah dalam Surah al-Ikhlas ayat 3, “Tidak beranak dan tidak diperanakkan (tidak ada yang melahirkan-Nya).”

Percakapan seperti ini banyak memberikan manfaat kepada kita, di antaranya, pertama, mengasah otak kita karena percakapan seperti ini memerlukan kecerdasan ekstra bagi yang menyatakannya sekaligus bagi yang mencernanya.

Kedua, kesadaran diri bahwa kita sering tidak kuasa menghadapi fitnah (cobaan) yang diberikan Allah SWT kepada kita. Sehingga, kita bisa terjerumus dengan mencintainya secara berlebihan. Ketiga, penyucian terhadap Allah dengan menyadari perbedaan antara kita sebagai makhluk dan Allah sebagai khalik.

Sumber: republika.co.id

tangan-prasangka By: Abdul Syukur

One day, Umar Khattab, Hudzaifah ibn Al Yaman, dan Ali bin Abi Thalib met somewhere. Then, Umar asked Hudhayfah ibn Al Yaman, “How are you this morning, O Hudhayfah?”

Hudhayfah replied, “O Commander of the Faithful! This morning I love slander, hate al haq, salah without taking ablution, and I have something on earth that is not owned by God in the heavens. ”

Hearing this answer, Umar was angry, “On the name of Allah! You make me angry! “Then Ali bin Abi Talib who listen the conversation of the two asked Umar ” What does make you angry, O Commander of the Faithful? ”

“Don’t you hear what was said by Hudhayfah?” Said Umar. Ali bin Abi Talib then explained, “O Commander of the Faithful! How true Hudhayfah and I am like him. As for his love of slander means his love of wealth and children, as the word of God, Your wealth and your children are only a fitna (temptation) “(Surah al-Taghabun [64]: 15).

“Meanwhile, the resentment against al-haq, the point is he hates death. Prayer without ablution is salawat to Prophet Muhammad. Meanwhile, what he owned in earth and God does not have in heaven is wife and son. Did not God do not have both? ”

The conversation of the three companions of the Prophet Muhammad teaches foresight to us about the nature of things. Allah mentions possessions we have and the children who are under our responsibility as a fitna (test/temptation), if we can treat both according to desired of Allah we are people who passed the test.

Conversely, when we cannot treat both of them in accordance with the desired God then we are people who are not able to overcome fitna of the world.

Hence our love to fitna, namely the wealth and children, as well as the pleasures of the world, we can hate al haq, something whose coming is certain, namely death, as He says, ” Every soul must taste of death, and We try you with evil and with good, for ordeal. And unto Us ye will be returned. “(Surat al-Anbiya: 35).

Meanwhile, the meaning of the prayer without ablution is salawat to Prophet Muhammad. Both have the same meaning in the sense of language, salah means prayer, and salawat means to pray for the good of the Prophet Muhammad.

Meanwhile, owned by human means his wife and children. This is confirmed solely by Allah in Surah al-Ikhlas verse 3, ” He begetteth not nor was begotten”

The conversations like this are beneficial to us, among other things. first, to hone our brains because a conversation like this requires extra intelligence to those who declare at once for the one who listen to it.

Second, self-awareness that we often face difficulties to face fitna (test) given by Allah Almighty. Thus, it could fall with excessive love. Third, the sanctification on Allah by realizing the difference between us as beings and Allah as the creator of universe

Source: republika.co.id

Perasaan kamu tentang artikel ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0