SURABAYA. Setelah 3 tahun mengembangkan tanaman mangrove seluas 5,8 hektare di belakang area ORF (Onshore Receiving Facility) yang ada di Desa Sidorukun Gresik, kini PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) yang bersinergi dengan mulai memetik hasil.
Dari lahan manfrove seluas 5,8 hektare yang mulai berbunga dan berbuah itu, kini PT PHE WMO bisa menghasilkan sekitar 5.000 bibit mangrove. “Kami menyiapkan tempat pembibitan (mangrove nursery) dengan kapasitas lebih dari 10.000 bibit nantinya. Hingga saat ini sudah terkumpul ± 5000 bibit,” kata General Manager PT PHE WMO Bambang Kardono saat ditemui di Surabaya, Jumat.
Kegiatan pembibitan oleh PT. PHE WMO ini, lanjut Bambang Kardono, juga melibatkan warga setempat yang ada di Desa Sidorukun. “Kami juga bekerjasama dengan BLH Gresik, Kelompok Tani Mangrove Surabaya dan Kelompok Tani Mangrove dan Nelayan Bina Karya, Greges, Surabaya,” katanya.
Dipaparkan, konservasi mangrove PT PHE WMO telah dilakukan sejak tahun 2010. Hingga saat ini telah ditanam lebih dari 12.000 bibit mangrove dalam area seluas 5,8 hektar itu. Habitat mangrove di lokasi ORF (Onshore Receiving Facility) PT PHE WMO didominasi oleh jenis Rhizophoraceae dan Avicenniaceae. Kedua jenis mangrove tersebut merupakan jenis mangrove sejati yang ada di wilayah periaran ORF.
“Dalam program perlindungan keanekaragaman hayati ini, PHE WMO tidak hanya menanam mangrove, namun juga melakukan perawatan meliputi pengecekan dan penyulaman tanaman yang mati. Kami harus memastikan, tanaman mangrove itu hidup dan berkembang baik,” katanya,
Dalam perawatan lahan mangrove itu, pihak PHE WMO juga melakukan program pembersihan sampah secara periodik setiap bulannya bekerjasama dengan RZ dan Kelompok Tani Mangrove Wonorejo, Surabaya.
Tak heran, dari seluruh pohon, pancang dan semai mangrove di PT PHE MWO tergolong dalam kriteria yang baik dengan kerapatan pohon per hektar lebih dari 1.500 pohon. Hal tersebut menunjukkan pengelolaan dan pemantauan dilakukan secara rutin dan berkesinambungan telah memulihkan kembali kondisi vegetasi mangrove di area PT PHE WMO.
Dalam perawatan lahan mangrove itu, pihak PHE WMO juga melakukan program pembersihan sampah secara periodik setiap bulannya bekerjasama dengan RZ dan Kelompok Tani Mangrove Wonorejo, Surabaya.
Tak heran, dari seluruh pohon, pancang dan semai mangrove, tergolong dalam kriteria yang baik dengan kerapatan pohon per hektar lebih dari 1.500 pohon. Hal tersebut menunjukkan pengelolaan dan pemantauan dilakukan secara rutin dan berkesinambungan telah memulihkan kembali kondisi vegetasi mangrove di area PT PHE WMO.
Ditambahkan, di lahan konservasi mangrove milik PHE WMO itu Tim Laboratorium Ekologi ITS menemukan burung Dicaeum Trochileum (Cabai Jawa).
“Ini adalah burung endemik di pulau Jawa. Jadi keberadaan kawasan mangrove yang ditanam PHE WMO secara konkret mampu menjadi habitat yang baik untuk menjaga keaneragaman hayati,” jelas Bambang Kardono .
Selain itu juga ada burung Kuntul Kecil (Egretta Garzetta), Cekakak Suci (Halcyon Chloris), Cinnyris Jugularis (Burung madu Sriganti), Ardeola Speciosa (Blekok Sawah), Rhipidura Javanica ( Kipasan Belang) hingga Bubulcus Ibis (Kuntul Kerbau).
“Total Tim ITS mencatat 9 jenis spesies yang memiliki status perlindungan UU RI (UU No. 5 Tahun 1990 dan PP No. 7 Tahun 1999) serta CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna) ada di areal konservasi mangrove ORF milik PHE WMO,” katanya..
Dalam perawatan lahan mangrove itu, pihak PHE WMO juga melakukan program pembersihan sampah secara periodik setiap bulannya bekerjasama dengan Rumah Zakat dan Kelompok Tani Mangrove Wonorejo, Surabaya.
Tak heran, dari seluruh pohon, pancang dan semai mangrove di PT PHE MWO tergolong dalam kriteria yang baik dengan kerapatan pohon per hektar lebih dari 1.500 pohon. Hal tersebut menunjukkan pengelolaan dan pemantauan dilakukan secara rutin dan berkesinambungan telah memulihkan kembali kondisi vegetasi mangrove di area PT PHE WMO.
Tahun ini, PT PHE WMO memiliki Program OTAP (Orang Tua Asuh Pohon). Program ini merupakan program one man one tree secara swadana dilakukan oleh sukarelawan yang merupakan karyawan PT. PHE WMO.
Program ini bertujuan untuk mengajak karyawan PT. PHE WMO ikut serta dalam menurunkankadar emisi yang merusak lingkungan. Sehingga, pohon yang ditanam selain merupakan tanaman penyerap emisi, tetapi juga tanaman buah yang produktif.
Bambamg menegaskan, sebagai anak perusahaan PT Pertamina (Persero), PT PHE WMO punya komitmen yang bulat dalam mendukung kekayaan keaneragaman hayati. Karena itu, selain terus memastikan agar lahan konservasi mangorove di belakang areal ORF yang ada di Sidorukun Gresik terus berkembang, PHE WMO berkerjasama dengan Universitas Trunojoyo Bangkalan juga mengembangkan kawasan konservasi mangrove di pantai Sepulu, Bangkalan.
“Mangrove sangat penting untuk menjaga keanekaragaman hayati dan bermanfaat untuk mencegah abrasi pantai. Lebih dari itu juga bisa punya nilai ekonomi bagi masyarakat sekitar. Kami mengarah kesana,” .***
Sumber : http://beritajatim.com/ekonomi/186521/phe_wmo_hasilkan_5.000_bibit_mangrove.html#.UmYfjxBqxJI