Rasulullah Saw. bersabda: “Ingatlah bahwa dalam jasad ada segumpal daging, jika ia baik, maka baiklah seluruh jasadnya, dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati” (HR Bukhari dan Muslim). demikianlah perkataan rasulullah Saw tentang hati. Ia ada pada diri manusia. Setiap orang dapat dapat melihatnya secara kasat namut tak dapat mengetahui apa yang terdapat di dalamnya.
Banyak orang yang salah persepsi tentang keimanan. Salah satu yang sering mengalami kesalahan ini adalah orang-orang yang berusaha meneguhkan keimanan di hati mereka dengan melakukan pencarian di mana Tuhan berada. Mereka berusaha meyakinkan diri tentang keberadaan Tuhan dengan menggunakan logika mereka. Tak sedikit orang muslim yang berfikir ulang tentang keimanan yang berada dalam hati mereka sampai-sampai mereka berada di “persimpangan jalan”. Mereka tidak menyatakan keluar dari Islam tapi juga tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan Islam.
Orang-orang seperti ini tidak memahami dengan benar terminologi keimanan. Salah satu terminologi keimanan adalah melaksanakan dengan perbuatan. Pada tahap inilah keimanan dalam hati akan terasa. Ia terejawantah menjadi perbuatan. Ia tidak akan ditemukan sebelum kita benar-benar melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah Swt yang kita imani. Inilah kekurangan yang belum dilakukan oleh orang-orang filsafat yang tersesat dalam pencarian keimanannya. Ia belum menyelesaikan semua terminologi keimanan. Oleh karena itu, ia akan merasakan dan mengalami kebuntuan. Keimanan sama seperti kenikmatan melaksanakan penyebaran Islam, hanya akan dirasakan oleh orang yang benar-benar telah melakukannya.
Hai ini dibahas untuk mengoreksi kembali apa yang ada pada hati kita. Seberapa besar keimanan yang terdapat di dalamnya sesehat itulah keadaan hati kita saat itu. Tidak perlu melihatnya, membedahnya, menyelaminya, keimanan dapat terlihat dari perbuatan atau prilaku seseorang. Prilaku itulah yang berasal dari hati kita. Prilaku atau sikap inilah yang mencerminkan kondisi hati kita. Itulah mengapa yang Allah swt nilai adalah hati. Ia adalah puncak dari segala perbuatan yang dilakukan oleh raga manusia.
Hati yang Sehat
1. Hati yang penuh cinta
Hati yang sehat adalah hati yang penuh dengan kecintaa kepadaNya. CintaNya menjadi puncak kebahagiaan. Menjadikan diri sebagai orang yang mencintai Allah dengan sebenar-benarnya cinta. Mereka yang hatinya sehat akan menjadikan pertemuan dengan orang yang ia cintai sebagai bukti kecintaan mereka kepada Allah swt. Membenci sebagai bukti kecintaan kepada Allah swt.
“Ada seorang laki-laki yang mengunjungi saudaranya karena Allah,lalu Allah mengutus malaikat untuk mengawasinya. Kemudian malaikat bertanya,” Anda hendak kemana?” Ia menjawab,”Saya hendak mengunjungi saudara saya si Fulan.” Malaikat bertanya lagi, “Apakah ada suatu keperluan untukmu?” Ia menjawab,”Tidak.” Malaikat bertanya lagi,”Apakah karena anda ingin mendapatkan kesenangan (suatu kenikmatan) darinya?” Ia menjawab,”Tidak.” “Saya mencintainya karena Allah.” Malaikat berkata,” Sesungguhnya Allah telah menyuruhku datang kepadamu untuk memberitahukan kepadamu bahwa Dia mencintaimu seperti engkau mencintainya karena Allah. ” (HR Muslim).
Dalam buku La Tahzan disebutkan, bahwa seorang ahli tafsir berkata, “Tidak ada yang mengherankan dalam ‘…Mereka mencintai-Nya…’ tapi yang mengherankan adalah ‘…Dia mencintai mereka…’ Allah yang menciptakan, memberi rizki, melindungi, dan memberi karunia-Nya terhadap mereka, tapi Allah juga mencintai mereka.”
Satu hal yang menjadi inti dalam hati yang sehat yaitu Allah sebagai tujuan. Menjadikan Allah Swt sebagai tujuan berarti memurnikan segalan aktivitas hanya untukNya termasuk mencintai saudara dan membenci musuh. Semua dilakukan bukan hanya karena pahala, takut neraka, atau merindukan surga. Semua dilakukan untuk mendapatkan keridhoan-Nya.
2. Tentram ketika mendengar Al-quran
Hati yang sehat akan tentram ketika mendengarkan Al-quran. Ketentraman ini bukan karena suara si pembaca Al-quran yang merdu tapi benar-benar karena meresapi apa yang terdapat dalam ayat Al-quran.
Dan kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Al Quran itu tidak lain hanyalah pelajaran dan Kitab yang memberi penerangan. Supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan supaya Pastilah (ketetapan azab) terhadap orang-orang kafir. (Yaasin:69-70).
Hati yang sehat tidak malas dan tidak enggan membaca dan mendengarkan Al-quran bahkan ia akan semangat dalam menghafalkannya.
3. Tercermin dari wajah
Hati adalah bagian dalam dari seseorang. Ia adalah biang dari apa yang dikeluarkan oleh manusia. Jika hati bersih, akan ada sebuah kekuatan dan pancaran yang istimewa dari wajah kita. Siapapun ia, orang yang tidak tampan, tidak cantik, hitam, putih, pendek, gendut, kurus, cacat, normal, atau apapun, kesehatan hati akan terlihat dari pancaran wajah seseorang. Setiap orang yang melihatnya akan mengalami kesejukan, kenyamanan, keindahan, bahkan keimanan. Itulah mengapa sahabat yang baik adalah sahabat yang memancarkan keimanan dan membuat sahabatnya mengingat Allah swt.
4. Berpenampilan Rapi
Kerapian ternyata juga merupakan cerminan keimanan. Orang yang hatinya sehat maka penampilannya akan terlihat sehat dan menyehatkan. Semua benda yang digunakan sesuai dengan fungsinya. Bagi perempuan tidak menggunakan aksesoris yang berlebihan. Dan bagi laki-laki merapikan rambut. Rambut yang rapi bukan berarti rambut yang pendek. Banyak orang yang berkepala botak tapi kepalanya ditempeli tato. Hal ini sudah meperlihatkan sejauh mana kesehatan pemilik penampilan tersebut.
Laki-laki yang berhati sehat tidak menggunakan ketampanannya untuk menjerat perempuan ke dalam tipu daya mereka. Berpakaian rapi hanya untuk memperlihatkan kecintaan kepadaNya dan tidak mencolok perhatian. Orang laki-laki yang bergaya Punk atau bahkan menyerupai gaya perempuan, dari dandanannya sudah terlihat seberapa bersih isi hatinya.
Bagi wanita yang sehat hatinya, ia tidak akan menggunakan pakaian yang dapat menimbulkan fitnah bagi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Ia tidak akan membuat orang lain dan juga dirinya terjerembab ke dalam kemaksiatan hanya karena pakaian. Pakaiannya akan menberi rasa aman bagi dirinya dan jugaorang lain yang melihatnya. Kecintaannya kepada Allah swt akan membuatnya menggunakan sebaik-baiknya pakaian. Dan sebaik-baiknya pakaian adalah ketaqwaan.
5. senyum yang menentramkan
Kesehatan hati juga terlihat dari kemudahan seseorang dalam bersedekah. Sedekah yang paling mudah dilakukan adalah senyuman. Orang yang sehat hatinya akan mudah tersenyum kepada orang lain. Senyum yang dimaksud adalah senyum penuh keramahan bukan senyum yang menimbulkan ketidakamanan bagi semua orang. Senyuman dan sapaan yang tulus dapat memancarkan kesehatan hati seseorang. Bukan hanya dapat memperlihatkan kesehatan hati kita melainkan juga dapat membuat hati orang lain menjadi itu sehat. Bagi orag yang belum terbiasa melakukan hal ini tidak ada salahnya jika memulai. Menjadi seseorang yang ramah adalah keuntungan yang sangat besar. Apabila kita tidak dapat menjadi orang yang ramah, ada baiknya kita berpura-pura terlebih dahulu menjadi orang yang ramah. Lambat laun senyum kita akan menjadi ciri khas kita dan akhirnya senyum tersebut tidak menjadi sebuah kepura-puraan.
6. Menimbulkan rasa aman
Orang yang sehat hatinya akan menimbulkan rasa aman di dirinya dan di diri orang yang membersamainya. Di manapu mereka berada, orang yang sehat hatinya akan terpancar dari pakaian, tutur kata, dan kondisi ruhiyah. Kebaikan dalam segala hal ini dapat membuat orang menjadi merasa a
man apabila berinteraksi dengan dirinya. Orang yang bersih hatinya akan bersikap rendah hati kepada orang yang lebih tua atau lebih muda.
Seorang ayah dan ibu tidak akan menakutkan di hadapan anaknya jika ia memang berhati bersih. Begitupun anaknya, ia tidak akan membuat orang tua menjadi khawatir akan keberadaanya dan ketidakberadaanya. Ketika bersama anak, orangtua kan metasa legan dan ketika tidak bersama anaknya pun orang tua akan merasa lega. Seorang atasan tidak akan membuat bawahanya menjadi panik ketika betemu dengannya. Ia akan menjadi bawahannya semagat untuk meningkatkan kinerjanya ketika bertemu dengan atasan.
Menjadi seseoranga yang berhati sehat tentu seharusnya menjadi cita-cita setiap orang. Menjadi seseorang yang apabila ada membuat orang menjadi aman. Apabila tidak ada, kehadirannya dirindukan. Apabia membersamai, kehadirannya bermanfaat untuk orang lain.