Sepenggal Perjalanan

oleh | Aug 1, 2005 | Inspirasi

Oleh : Asep Mulyadi

Hari Jum’at 15 juli 2005 ada informasi bahwa ada pertemuan antara Rumah Zakat dan KTB, secara otomatis pasti Abu yang mesti menghadirinya. Padahal Beliau mestinya membimbing jamaah umroh yang berangkat via mega citra, dari Bandung ke Jakarta.
” Sep pokoknya jamaah, mesti dibimbing dan dibawa ke Bandara di Soekarno Hatta, nanti ketemu dengan saya di Bandara, saya ada pertemuan dengan Pak Eka di KTB.”gumamnya.
Aku paham betul, itulah cara Beliau (Abu) dalam upaya memberikan pembelajaran buat sejawatnya. Ya udah dengan penuh keyakinan dan percaya diri saya sanggupi tentunya dengan beberapa kecemasan.

Hari Ahad, 17 Juli 2005 siang menjelang sore Istriku minta diantar ke belakang pasar baru.
“Mesti beli makanan ringan untuk cemilan serta abon kesukaan Bapak” Istriku mengajakku
Dengan semangat segera kusiapkan sepeda motor, karena kebetulan ada beberapa perlengkapan yang harus dibeli seperti sandal, kaos dalam, obat-obatan, salep pelindung terik matahari serta cemilan seperti coklat dan serbuk penambah ion tubuh.

Ba’da ashar aku teringat ada beberapa yang harus dikonsultasikan dengan Abu syauqi. Ketika hendak berangkat selalu saja kedua anakku ingin ikut, untung saja anakku yang ketiga Rijal sedang disuruh untuk membeli sesuatu ke warung di sekitar rumahku, sehingga cukup anakku saja yang kedua Ilham yang kuaajak, karena anakku yang pertama Salsabila sedang sakit perut sejak dua hari belakangan ini. Entah kenapa terasa hari itu anak-anaku terasa rewel sekali.
“Itu godaan dan ujian kesabaran”mamahku memberikan menenangkan

Sepanjang perjalanan aku terus mengajak bicara dengan Ilham sambil sesekali curhat tentang beberapa sikap positif dan negatif yang terkadang dimilikinya. Bahkan pembicaraan makin menarik mulai dari kenikmatan syurga, dampak orang-orang yang gak tunduk patuh kepada Allah hingga cerita tntang mekkah dan palestina maklum sebelumnya Aku sempet perlihatkan beberapa slide presentasi tentang perjalanan menuju Allah, termasuk didalamnya ada beberapa foto tentang pejuang-pejuang Palestina yang Syahid melawan Yahudi laknatullah.
“Abi kalau nanti pergi ke Palestina, Ilham ikut yah!” pinta Anakku
“Abi pergi haji kapan?”
“Abi kenapa berangkatnya sendirian tidak dengan Ummi?” Anakku trus bertubi-tubi nyerocos menyampaikan kepenasaranannya.
“Pokoknya kalau abi nanti pergi haji dan ke Palestina untuk melawan yahudi, Ilham ikut” lanjut dia
“Emang kenapa?” tanyaku
“Ilham ingin masuk syurga bersama Abi” jawab dia

Kuketuk pintu rumah abu, alhamdulillah beliau ada di rumah,walau kelihatan agak kurang sehat, maklum beberapa hari ini beliau sedang terkena sakit kepala, penyakit yang sudah menjadi langganan kalau terlalu capai dan terkena AC.
Beberapa wejangan dan saran beliau sampaikan.
“Siapkan saja materi tentang bagaimana meningkatkan keimanan!” ujar abu
“Jangan lupa bawa dan stel kaset tentang penemuan DR Ahzakoff di Siberia!” lanjutnya

Waktu menunjukkan pukul 18.00 WIB, adzan Magrib berkumandang posisi masih di perempatan kircon-bypass, padahal ada pesan dari kakaku bahwa malam itu ba’da magrib mesti mengisi pengajian rutin di mesjid adzdzikro yang letaknya tidak jauh dari rumahku.
Serta ada beberapa persiapan umroh yang belum selesai, seperti packing, beli film, beli sendal cadangan dll.
Untung di rumahku tersedia laptop, LCD serta sound yang saya persiapkan untuk dibawa umroh, sehingga sampai waktu isya datang aku beri materi tentang “cara syetan merubah karakter manusia”

Sepanjan perjalanan sudah terbayang beberapa pekerjaan persiapan umroh yang mesti dikerjakan termasuk “sosonoan dengan keluarga, ortu, adiku, anak-anak serta istri tercintaku, ternyata kawan kawan yang biasa ikut pengajian pekanan telah menunggu, padahal 2 hari yang lalu saya sudah pesan ke salah seorang peserta pengajian tentang diundurnya pengajian ba’da Umroh, tapi itulah ladang amal yang menuntut komitmen dan kesabaran.Tanpa ba-bi-bu langsung saja dilanjutkan dengan materi “Rihlatulillah”. Materi yang pada awalnya terasa khidmat harus tergangu dengan kedua anakku yang terus menggoda dan ngerecokkin.
“Sabar…sabar……sabar…..”hatiku terus memberikan motivasi
Menjelang pukul setengah sebelas mulailah aku lakukan packing hingga menjelang jam dua belas malam.

Praktis tidurku malam itu hanya 3 jam karena jam 3 mesti ada beberapa persiapan yang mesti aku selesaikan.

“Alhamdulillah yaa Allah, terima kasih yaa Allah yang telah memanggilku untuk datang di tanah Haram mekah dan Medinah” Gumamku sambil bersujud tersimpuh mengawali sholat qiyamul lail menjelang pemberangkatan umroh.
Dalam perenungan malam itu aku teringat beberapa waktu lewat, makin meyakini tentang besarnya kekuasaan dan maha benar serta tepatnya selalu janji Allah atas hamba-hamba-Nya.

Setahun yang lalu ketika kedua orang tua ku akan berangkat ke Tanah suci hampir dipastikan gak bisa ikut berangkat tahun tersebut karena kekurangan biaya sekitar 15-20 juta-an padahal keinginan untuk ziarah dan pergi ke tanah suci waktu itu beliau berdua sangat menggebu.
Alhamdulillah saat itu ada dana yang sebetulnya akan dipergunakan, tapi melihat roman muka kedua orang tuaku, Aku ajak istriku untuk membantu dan mengutamakan kebutuhan beliau berdua. Alhamdulillah malah Istriku yang paling semangat untuk merealisasikan niatan itu.

Air mata kedua orang tua ku tak kuasa menahan derasnya rasa haru atas keputusan jadinya berangkat ke tanah suci tahun ini.

Saat diceritakan kepada pembimbing dan pengarah pribadi kedua orang tua ku, tentang wasilah berangkatnya tahun tersebut diantaranya karena adanya tambahan biaya dari salah seorang putra beliau.
“Putra bapak Insya Allah akan mendapatkan rizki yang tidak terduga” Ujar ustadz kepada kedua orang tua ku.

“Segala puji bagi Allah, esok hari nikmat-Mu kepada ku untuk mengunjungi tanah suci akan terlaksana” Lidahku melanjutkan mengeluarkan lafadz do’a kesyukuran

Mamah dan Apaku dengan penuh kecintaan ikut mendorong terus memberikan spirit dan menyiapkan beberapa kebutuhan termasuk didalamnya sarapan dan perlengkapan, maklum beliau berdua faham betul akan kbutuhan di tanah suci, karena baru setahun yang lalu beliau berdua melaksanakannya.

Rencananya pagi itu aku berangkat menggunakan vespa tetanggaku, karena semalam ketika pulang sholat berjamaah isya beliau menawarkan diri untuk mengantarkan sampai tempat pemberangkatan di Cimandiri. Namun Alhamdulillah ada kabar bahwa kakak Istriku akan mengantarkan anaknya yang hari itu merupakan hari pertama masuk ke SMP 2 Bandung, sehingga berangkat lebih pagi, dan aku bisa ikut numpang mobilnya.

Sesampainya di Cimandiri di kantornya Megacitra tempat travel pemberangkatan, kulihat suah berkumpul beberapa orang jamaah, serta beberapa petugas dari Megacitra yang dengan sigap mengambil barang-barang perlengkapan bawaanku dan langsung di simpan di bagasi bis yang sudah siap sedari pagi.
Kuhampiri beberapa jamaah dan kucoba sapa serta berkenalan, tak lupa petugaspun kuhampiri, dan ternyata beberapa dari mereka sudah mengenalku baik sebagai pribadi mklum sudah beberapa aku mondar-mandir seblumnya ke kantor Megacitra untuk berbagai urusan maupun yang mencoba menebak-nebak bahwa aku mewakili Ustadz Abu Syauqi yang akan menggantikan beliau untuk membimbing jamaah dari Bandung ke Jakarta, Maklum penampilanku sudah ku set dengan rapih mulai dari celana baju jas dan tak lupa lengkap dengan dasinya.

Beberapa saat sebelum acara pelepasan aku di panggil oleh Pak Adang, selaku pemimpin Megactra. Beliau memberikan beberapa saran serta menanyakan beberapa pertanyaan dengan bahasa isyarat dan tulisan maklum beliau sudah tidak bisa berbicara sejak beberapa waktu yang lalu karena stoke.

Sesaat sebelum bis meluncur kuabsen seluruh jamaah, Alhamdulillah lengkap, cuman aku sempet juga grogi karena ketika menyebutkan nama-nama ada keraguan dalam pemanggilan.
“Kupanggil Bapak- Aa-Ade, Ibu-Teteh- Ade”gumamku dalam hati
Karena memang para peserta sangat beragam dari mulai SMP hingga Nenek-nek dan Kakek-kakek lengkap semua, begitupun antara laki-laki dan perempuan namanya sangat samar sekali.

“Bapak Dhany Prawira Putra!” panggilku

“Ada”jawabnya
Kulihat sumber suara tersebut ternyata berasal dari seorang anak SMP.

“Bapak andhita!” panggilku kemudian

“ada” jawaban dari seorang ibu muda

“Assalamu’alaikum” Aku mulai mengantarkan sebuah ceramah tentang bagaimana meningkatkan keimanan.
Aku jelaskan tentang Berbagai kenikmatan, Mengingat muahadah/ perjanjian dengan Allah, Muhasabah diri, selalu muroqobah/ kesertaan Allah, serta membiasakan muahadah/ sanksi ketika lalai dan diakhiri dengan dikrul maut.
Disela-sela pembicaraan kulantunkan sebuah syair dari “suara persaudaraan”

Berbekallah untuk hari yang sudah pasi
Sungguh kematian adalah muara manusia
Relakah dirimu menyertai segolongan orang
Mereka membawa bekal sedang tanganmu hampa

Sudah kutebak suaraku akan ‘tekor’ di tengah jalan…, benar saja suaraku terdengar sumbang gak karuan, tapi kupasang sikap cuek percaya diri
“Biar aja suara gak karuan, tapi kuberani untuk PD dan mencoba”gumamku dalam hati.
Alhamdulillah jama’ah tidak mempedulikan ke’tekor-an’ suaraku, atau mungkin mereka dalam hati pada berbisik dan segudang komentar, tapi mereka gak ada yang berani walau untuk menyunggingkan senyum kecil. “Alhamdulillah” Aku bersyukur

Aku lanjutkan pembicaraanku tentang “meningkatkan keimanan” dengan cerita penemuan DR Ahzakoff tentang penemuan jeritan ribuan bahkan lebih dari jutaan ruh ummat manusia yang sedang mengalami penyiksaan saat Dr Ahzakoff dengan team mengadakan penelitian di daerah penggalian Uranium di kedalaman lebih dari 75 km di bawah permukaan bumi.
Kusiapkan kaset rekaman dan kubiarkan jamaah untuk mendengarkan rekaman tersebut, sementara Aku santap roti/ snack dan air mineral yang sudah disiapkan.
Pembicaraan kuakhiri ketika sudah sampai di jalan tol Cikampek berbarengan dengan beristirahatnya peserta di toilet

Di Bandara jamaah di arahkan untuk makan siang di KFC setelah sebelumnya kubagikan kupon yang sudah disiapkan Megacitra, tak lama Ustadz Abu Syauqi di antar oleh Ustadz Acep Lu’luIddin datang menghampiriku.

“Alhamdulillah tugasku selesai”gumamku….
Semua berkas ku estafetkan kepada beliau, dan Aku sejak saat itu menjadi peserta sebagaiman peserta jamaah umroh yang lain

“Alhamdulillah, terima kasih Abu telah memberi dan mendorongku berbuat sesuatu”kataku.

Pukul 20.30-an waktu setempat pesawat siap “landing” di kota Jeddah setelah 9 jam lamanya terbang mengarungi di atas awan.
“Subhanallah…lampu-lampu tertata rapi, sebuah kota yang indah di malam hari yang belum pernah kulihat sebelumnya, lampu penerang jalan umum yang teratur serasi dengan warna agak kekuningan, di hiasi dengan lampu putih yang menerangi rumah-rumah, gedung dan perkantoran, serta sentuhan air mancur besar di sekitar laut merah yang disorot dengan kekuatan lampu putih yang cukup besar serasa menemani keindahan dan kenyamanan pesawat yang berkelok- kekiri dan kekanan”Lidah dan hatiku terus menerus bertasbih dan bertahmid mensyukuri kenikmatan ini.

Di bandara internasional Jeddah Aku ingin sekali ke toilet, sambil menunggu barang bagasi kucoba tengok sana sini untuk cari toilet, tapi yang didapat hanyalah toilet yang tidak terawat, memaksa untuk menahan sementara waktu keinginan itu.

Di pelataran sudah siap 3 orang petugas perwakilan Megacitra: Abdullah, Yusuf dan seorang yang tak ku kenal, menyambut dan menyiapkan bus untuk perjalanan menuju kota Medinah, yang akan di tempuh dalam waktu 4-5 jam-an.

Pukul 03.00 Bus tiba tepat didepan hotel bintang 4 SAFIR,yang terletak sekitar 300 m dari Masjidil haram, kubawa semua barang ke ruang 907 bersama Ustadz Abu Syauqi dan Pak Syamsudin. Semua perasaan rombongan jamaah sudah ngebet ingin segera bersimpuh di Masjid Nabawi, sehingga waktu itu tak ada kesempatan untuk berleha-leha di ruangan yang sangat nyaman di kamar hotel, cukup simpan barang, ambil air wudhu, ganti pakaian langsung menuju Masjid yang didambakan.

Sejak keluar pintu hotel sudah kulihat kemegahan dan kesempurnaan masjid Nabawi, tak henti-henti setiap langkah menuju Masjid kuucapkan hamdalah dan kusucikan Allah SWT.
“Alhamdulillah…, Subhanallah… Engkau Maha Mulia Ya Allah…, Maha Kuasa yang telah memelihara Agama ini serta menggerakkan manusia dari segala penjuru untuk bersimpuh dan mengagungkan-Mu” bibirku mulai komat-kamit
Kulihat ratusan orang berjalan, laki-laki perempuan, tua-muda berjalan di sekeliling pelataran Masjid yang sangat luas tersebut.
Sementara sorot lampu putih dari berbagi arah dan beberapa menara yang menjulang tinggi menambah motivasi langkahku untuk mempercepat memasuki Masjid itu, sementara di luar pagar pelataran berderet gedung-gedung tinggi dan mewah hotel yang tertata rapih, seolah-olah menambah kebanggaan orang-orang yang berjalan menujunya
Udara Madinah dini hari pukul 03.45 yang masih mengeluarkan udara panas baik dari hembusan angin maupun pantulan pelataran masjid ***

Perasaan kamu tentang artikel ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0