[:ID]SEPATUKU HARAPAN UNTUK SELALU MELANGKAH[:en]MY SHOES FOR MY FUTURE [:]

oleh | Jun 23, 2017 | News

[:ID]PALEMBANG. Raut muka Ferdy dan Adit begitu ceria, langkahnya cepat ke sana kemari, sesekali bersenda gurau satu sama lain. Kedua anak laki-laki berusia 6 tahun ini tengah beranjak naik ke kelas II di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 2 Palembang.

Ferdy adalah anak keempat dari lima bersaudara, ayahnya seorang penjaga warung makan yang juga pengendara ojek. Sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Sementara Adit adalah anak pertama dari dua bersaudara, ayahnya seorang tukang jahit dan ibunya juga seorang ibu rumah tangga.

Berbeda halnya dengan Riani dan Kiki. Meski tampak lebih pendiam, senyum bahagia sesekali menghiasi wajah keduanya. Riani akan naik ke kelas VI SD Negeri 127 Palembang, sementara Kiki akan naik ke kelas IX SMP Negeri 3 Palembang.

Riani adalah anak sulung dari dua bersaudara. Ayahnya sehari-hari bekerja sebagai penjaga dan petugas kebersihan sekolah. Sedangkan ibunya mencuci dan menyeterika pakaian di rumah tetangga. Tak jauh berbeda, ibunda Kiki juga jd juru mencuci dan menyeterika pakaian rumah tetangga. Bahkan sore hari, Kiki menyempatkan diri untuk membantu ibunya bekerja. Ayah Kiki sudah meninggal ketika anak ketiga dari empat bersaudara ini berusia 3 tahun.

Ada lagi Nopri, teman sebaya Ferdy dan Adit, namun berbeda sekolah. Nopri akan naik ke kelas II SD Negeri 127 Palembang. Kedua orang tuanya sudah berpisah. Ia kini tinggal bersama ibu dan nenek di rumah kontrakan sederhana. Sang ibu memenuhi kebutuhan Nopri dengan menjadi asisten rumah tangga.

Kelima anak tersebut oleh tim Relawan Nusantara Palembang sebelumnya telah disurvei untuk menjadi bagian dari program Sepatu Anak Nusantara. Tak hanya berprestasi secara akademik yang ditunjukkan dengan ranking di kelas, tetapi juga baik dalam hal agama. Meski usianya baru 14 tahun, Kiki dipercaya oleh gurunya untuk membantu teman-temannya mengaji. Atau seperti Adit, yang sudah mampu menghafal dengan baik beberapa surat dalam Juz ‘Amma, mulai dari Surat An-Naas hingga Surat At-Takatsuur.

Walau secara ekonomi termasuk dalam keluarga pra sejahtera, kelimanya selalu semangat mengejar cita-cita. Berjalan kaki pagi-pagi sekali menuju sekolah agar tidak terlambat. Ada yang ingin menjadi dokter, polisi, dan insinyur. Sepatu adalah salah satu harapan mereka untuk dapat terus menuntut ilmu setinggi-tingginya.

Pada hari Rabu (21/06), enam orang Relawan Rumah Zakat Palembang mengajak Ferdy, Adit, Kiki, dan Riani, untuk membeli sepatu baru. Sepulang dari sebuah pusat perbelanjaan, kami menuju Masjid Agung Palembang untuk sama-sama menunaikan shalat zhuhur. Baru setelahnya, dilakukan penyerahan sepasang sepatu dan kaos kaki sebagai hadiah kenaikan kelas dengan nilai yang memuaskan untuk mereka berempat. Lalu untuk Nopri yang baru saja dikhitan, tim relawan mendatangi rumahnya untuk memberikan hadiah tersebut.

“Alhamdulillah, semester ini saya dapat ranking satu lagi. Terima kasih untuk kakak-kakak relawan, sepatu saya sudah lima kali ditambal, jadi sepatu baru ini hadiah yang berkesan untuk saya,” kata Kiki mewakili teman-temannya penerima manfaat program Sepatu Anak Nusantara.

Newsroom/Kuna
Palembang[:en]PALEMBANG. The look on Ferdy and Adit’s face was so cheerful, his footsteps rushing, occasionally joking with each other. Both boys aged 6 years is 2nd grade student in Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 2 Palembang.

 

Ferdy is the fourth of five children, his father a guardian of a food stall who is also motorcycle-taxi rider. While his mother is a housewife, While Adit is the first child of two siblings, her father was a tailor and her mother is also a housewife.

 

Unlike the case with Riani and Kiki, although looking quieter, happy smiles radiated from their faces, Riani will go to class VI SD Negeri 127 Palembang, while Kiki will go to class IX SMP Negeri 3 Palembang.

 

Riani is the eldest of two siblings. Her father works as a guard and school janitor. While her mother wash and ironed clothes at a neighbor’s house. Not much different, Kiki’s mother also works to wash and iron the clothes of a neighbor’s house. Even the afternoon, Kiki took the time to help her mother work. Kiki’s father was dead when the third child of four siblings was 3 years old.

 

Meanwhile Nopri, peers of Ferdy and Adit, but school in different schools. Nopri is 2nd grade student of SD Negeri 127 Palembang. Both parents are separated. She now lives with her mother and grandmother in a simple rented house. The mother meets Nopri’s needs by becoming a household assistant.

 

The five children by Palembang Volunteer Team have previously been surveyed to become part of the Nusantara Shoe Children program. Not only academic achievement which is shown by rank in class, but also good in religion. Although he was only 14 years old, Kiki is trusted by his teacher to help his friends to study. Or like Adit, who has been able to memorize several surah in chapter 30, from Surat An-Naas to Surat At-Takatsuur.

 

Although economically included in the pre prosperous family, the children are always spiritedly pursuing the ideals. Walk early in the morning to school so as not to be late, each of them wants to be a doctor, a cop, and an engineer. Shoes are one of their hopes to be able to continue to study as high as possible.

 

On Wednesday (06/21), six volunteers invited Ferdy, Adit, Kiki, and Riani, to buy new shoes. Coming back from a shopping center, we headed to Palembang Grand Mosque to both perform dzhuhur prayers. Only then did the handover of a pair of shoes and socks as a gift of class increase with a satisfactory value for the four of them. Then for Nopri who just have been circumcised, a team of volunteers came to his house to give the prize.

 

“Thank God for this semester I can get 1st rank.Thank you to volunteer brothers, my shoes have been patched five times, so this new shoe is a memorable gift for me,” Kiki said representing her friends of the program beneficiaries of Nusantara Children Shoe.

Newsroom/Kuna
Palembang[:]