PONTIANAK. Kegembiraan terpancar dari raut wajah empat bocah. Sekotak nasi dengan lauk-pauk komplet tersaji di hadapan mereka. Para bocah itu seakan berlomba melahap sajian berbuka puasa tersebut. “Saya jarang makan saat berbuka puasa. Cuma minum karena kehausan,” ujar Fijar, 10, sambil menyedot segelas air mineral. Menu berbuka puasa hari itu tergolong istimewa bagi Fijar dan teman-teman.
Biasanya mereka hanya berbuka puasa dengan menu sederhana, yakni nasi dengan lauk seadanya. “Puding-nye enak, Dil. Rase cokelat. Minta aku puding kau, Dil,” kata Ifan, 10, kepada Fadil, 8, dengan logat Melayu Pontianak. Permintaan itu tidak ditanggapi Fadil karena ia juga menyukai puding tersebut. Begitu pula yang lainnya. Sekejap saja puding di tangan mereka ludes tidak bersisa.
Fijar, Fadil, Ifan, dan Rivaldi tinggal di pinggiran Sungai Kapuas di Jl Tanjung Raya II, Pontianak, Kalimantan Barat. Mereka bersama anak-anak setempat lainnya menerima paket berbuka puasa dari donatur Rumah Zakat. Acara berbuka puasa bersama ini dipusatkan di Masjid At-Tawwabin di Gang Haji Sulaiman, Senin (23/7). Selain anak-anak, buka puasa bersama itu juga diikuti para manula. Ada 150 paket berbuka puasa dan 30 paket bantuan khusus untuk manula yang dibagikan.
“Bantuan untuk manula, antara lain kebutuhan pokok, pakaian dan perlengkapan salat, serta kornet,” kata Manajer Rumah Zakat Cabang Pontianak Asrul Putra Nanda. Kegiatan itu sekaligus menandai dimulainya Safari Ramadan Rumah Zakat di Pontianak dan wilayah di sekitarnya. Mereka akan mengunjungi sejumlah permukiman kaum duafa untuk menebar berbagai paket bantuan Ramadan dan Idul Fitri.
“Kami menyiapkan 1.500 paket berbuka puasa untuk 14 lokasi. Selain itu, bantuan Lebaran untuk anak yatim piatu dan manula masing-masing 170 paket, serta 130 paket Alquran untuk empat daerah binaan kami,” jelas Asrul.
Menebar senyuman
Gang Haji Sulaiman dan wilayah di sekitarnya dahulu dikenal dengan nama Kampung Banjar. Sebab, leluhur penduduk asli di kawasan itu berasal dari suku Banjar di Kalimantan Selatan. Sebagian besar warga Kampung Banjar merupakan keluarga kurang mampu. Mereka mayoritas bekerja serabutan dengan pendapatan pas-pasan.
“Sekitar 95% warga di sini bekerja tidak tetap. Ada yang menjadi tukang kayu, tukang cat, dan tukang semen,” kata Ketua Pengurus Mssjid At Tawwabin, Munzirin Zuhdi, 50. Ia mengungkapkan seumur hidupnya belum pernah ada lembaga atau instansi yang menggelar kegiatan Ramadan di wilayah tersebut. Menurutnya, mereka tidak menilai nominal bantuan, tetapi menghargai kepedulian para donatur terhadap kaum duafa. Kepedulian yang mulai langka di tengah hiruk pikuk kehidupan kota. “Kepedulian ini minimal bisa membuat mereka (kaum duafa) tersenyum walaupun hanya sehari atau dua hari,” ungkap Munzirin, yang lahir dan dibesarkan di Kampung Banjar.(H-1) ***
Newsroom/Media Indonesia
Pontianak
Sumber http://www.mediaindonesia.com/ramadan_literead/2012/07/25/9012/263/130/Semangat-Berbagi-di-Tepian-Kali