SAMPAH LINIMASA

oleh | Mar 6, 2015 | Dari Kita

sampah linimasa Oleh: Endy Kurniawan

Menyebarnya penggunaan mobile device/ gadget yang terhubung ke internet dan memiliki fitur media sosial dan instant messaging telah mendorong penyebaran (diseminasi) informasi secara masif dengan pola horisontal. Era informasi yang hirarkis bersumber dari media mainstream berupa TV, radio dan cetak saat ini bergeser ke media alternatif yang diproduksi oleh individu, relawan dan komunitas. Bahkan praktisi media sekarang ‘tega-teganya’ menyebut TV analog, radio dan surat kabar sebagai media tradisional.

Internet dan perkembangan teknologi komunikasi juga mempengaruhi perilaku masyarakat dalam mencari dan membagi informasi. Indonesia saat ini adalah negara dengan rasio pengguna mobile device tertinggi di dunia, yaitu 62% dari total pengguna internet yang berjumlah sekitar 60 juta (data Indonesia Investments, 2013 dan eMarketer, 2012). Artinya, internet di Indonesia makin mobile. Artinya pula, informasi yang berbasis desktop nanti makin ditinggalkan, beralih ke perangkat yang handy dan portable.

Lebih dari sekedar teknologi, dari kacamata komunikasi (misalkan untuk promosi produk atau kampanye politik), media digital termasuk media sosial adalah persoalan ‘strategi psikologis’ bagaimana mentransfer gagasan untuk merebut dukungan dan kesetiaan. Ini akan kita bahas di tulisan berikutnya. Sekarang mari membahas indikator keberhasilan sebuah campaign melalui operasi media sosial, yaitu :

1) EXPOSURE yaitu berapa jumlah audiens atau target yang ter-ekspos oleh konten yang disebarluaskan melalui kanal media sosial
2) SIGNIFICATION yaitu dampak yang ditimbulkan oleh konten yang disebarluaskan, berupa Awareness, Understanding & Conversion atau berupa Popularity, Likeability dan Elactibility jika terkait personal

Dua hal di atas baru berupa hal besar, belum mendalam terkait pengukuran (measurement) yang rinci untuk mengukur impak. Paling tidak, dua poin diatas menjelaskan tentang (1) media digital dan media sosial hanya sebuah medium untuk berkomunikasi, artinya ada aspek lain terkait konten yang harus dilakukan dan mixing dengan media lain, dan (2) kerja media digital harus punya target tertentu dan tak bisa disamaratakan antar industri, produk atau person, bukan hanya sekedar ‘nyampahi timeline’ dan asal posting.

Sumber: endykurniawan.com