SAAT KEBOHONGAN ANAK BERMAKNA POSITIF

oleh | Jan 4, 2016 | Inspirasi

Oleh: Vindhy Fitrianti, S.Psi

Kebohongan bagi seorang anak yang masih balita tak selalu berarti negatif. Penelitian terbaru menemukan bahwa kemampuan berbohong memainkan peranan yang positif dalam tahapan normal perkembangan anak. Bahkan kebohongan yang dilakukan anak pertama kali seringkali dijadikan penanda bahwa anak sudah memasuki fase selanjutnya dalam perkembangan. Yaitu kesadaran bahwa pemikiran yang dimilikinya merupakan bagian yang terpisah dari orang tuanya. Dan kemampuan ini merupakan kemampuan yang esensial dalam kehidupan yang melibatkan tiga kemampuan sekaligus yang meliputi independensi, kemampuan mengambil perspektif, dan kontrol emosi.

Ketika misalnya anak usia 2 tahun tampak begitu polos dan tidak mampu menyembunyikan kesalahannya dengan “baik,” banyak dari kita yang mengatakan bahwa “anak-anak itu makhluk paling jujur”. Sebenarnya yang terjadi adalah, anak usia di bawah 2 atau 3 tahun bukan berarti lebih jujur dari anak-anak yang lebih besar usianya. Namun, kemampuan kognitif yang cukup kompleks yang dibutuhkan untuk berbohong (independensi, kemampuan mengambil perspektif, dan kontrol emosi) belum berkembang.

Artinya, ketika kita menggunakan kacamata pemahaman akan tahapan perkembangan anak, ketika anak berbohong maka kita akan melihat perkembangan proses kognitif dan emosi yang terjadi dibaliknya. Mulai dari 3 (tiga) kemampuan di atas, sampai kondisi bahwa terdapat hubungan antara kinerja memori anak yang berjalan baik dengan kemampuan berbohong ini. Jika kita kembalikan pada arti “berbohong” itu secara definitif tanpa diiringi dengan konotasi negatif, berbohong memiliki arti menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan hal/ keadaan yang sebenarnya. Dengan kata lain ada proses kreativitas (mencipta/mengarang) sesuatu yang berbeda dengan aslinya.

Jika kita merujuk pada tahap perkembangan mengenai berbohong, usia 2 atau 3 tahun sebenarnya anak sudah mulai menunjukkan apa yang disebut dengan primary lies (kebohongan primer). Di usia ini seiring dengan kemampuan kognitif yang semakin berkembang, anak mulai menyembunyikan pelanggaran yang ia lakukan. Namun umumnya luput dari perhatian kita untuk mengategorisasikannya sebagai perilaku berbohong. Kemudian di usia sekitar 4 tahun, anak mulai masuk ke tahapan secondary lies. Yaitu kebohongan yang ia lakukan mulai lebih masuk akal dan anak pun seringkali menyesuaikan pernyataannya dengan sosok yang ia hadapi. Lalu umumnya di usia 7 atau 8 tahun, anak masuk ke tahapan tertiary lies. Dimana kebohongan yang anak buat lebih konsisten dengan fakta serta pernyataan anak sebelumnya.

Dari penjelasan di atas tidak berlebihan agaknya jika ketika anak berbohong, perlu kiranya kita menyelipkan syukur karena pada saat yang sama kemampuan kognitif anak sedang berkembang. Namun tentunya sebagai orang tua kita perlu mengarahkan anak agar ia lebih mengedepankan kejujuran dan tidak mengembangkan perilaku berbohong untuk hal yang negatif seperti memanipulasi atau memutarbalikkan fakta.

Perasaan kamu tentang artikel ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0