[:ID]SAAT ANAK DALAM BAHAYA[:]

oleh | Jul 11, 2017 | Inspirasi

[:ID]Oleh: Vindhy Fitrianti

Kasus mengenai penculikan anak yang semakin marak terjadi dan diangkat oleh media akhir-akhir ini patut mendapatkan perhatian dari para orang tua. Karena sekuat apapun keinginan orang tua untuk menjaga buah hati mereka, akan ada saat anak-anak berada sendiri atau tidak bersama dengan orang tua.

Namun bagaimana langkah yang lebih baik untuk menumbuhkan kewaspadaan dan kehati-hatian anak terhadap situasi yang berpotensi menjadikan mereka korban penculikan?

Dan apa yang sebaiknya dilakukan agar tidak menjadikan anak-anak malah memiliki ketakutan yang tidak wajar atau kecemasan berlebih tentang hal tersebut ?

Untuk memberikan pemahaman mengenai apa yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan, meluangkan waktu untuk “bermain peran” merupakan cara yang paling tepat untuk membuat anak-anak paham. Karena para penculik atau “orang tak dikenal” yang sedang melancarkan aksi untuk menculik anak sebagian besar tidaklah berpenampilan menyeramkan ataupun menakutkan. Justru para penculik biasanya menunjukkan sikap yang menyenangkan, ramah, dan menarik perhatian anak.

Bagi anak-anak yang masih berpikir kongkrit, bayangan orang tak dikenal yang dapat membahayakan mereka dengan para penculik yang justru bersikap menyenangkan dan menarik perhatian mereka tidak mampu dipahami hanya dengan sekedar dibayangkan atau diberi tahu secara lisan.

Apa saja yang perlu anak pahami mengenai situasi dan orang yang berpotensi dapat membahayakan mereka ?

  • Ketimbang meminta mereka untuk tidak berbicara dengan orang dewasa yang tidak dikenal, lebih baik meminta mereka untuk mengecek keberadaan ibu / bapak / pengasuh sebelum berbicara dengan orang dewasa yang tidak dikenal
  • Saat anak terpisah di keramaian, agak sulit baginya untuk menentukan orang dewasa mana yang aman untuk dimintai pertolongan. Jika anak terpisah di dalam gedung yang ramai, biasanya ia akan keluar gedung untuk mencari orang tuanya. Maka ajarkan anak untuk tetap di dalam gedung dan meminta bantuan pada orang yang tepat. Misalnya, orang yang bekerja di gedung tersebut yang ditandai dengan name tag. Untuk melatih ini, saat pergi ke mall atau pusat keramaian di dalam gedung, ajak anak untuk bermain menghitung dan melihat berapa orang pegawai yang memakai name tag. Dan biasanya mereka ini ada di balik meja kasir.Akan jauh lebih baik jika anak sudah diajarkan untuk mengetahui siapa namanya, nama ibu, nama ayah, alamat, dan no telp ayah/ibu.
  • Jika orangtua senantiasa mengatakan “jangan mau kalau dikasih permen sama orang yang ga dikenal!”, anak umumnya hanya akan mengingat permen sebagai tanda bahaya. Sedangkan iming-iming yang ditawarkan penculik biasanya tidak hanya dalam bentuk permen. Bisa balon, hewan piaraan, boneka, mainan, es krim, dan lain sebagainya. Sehingga akan lebih bijak jika mengajarkan dalam role play pada anak untuk tidak menerima apapun bentuknya pemberian dari orang dewasa yang tidak dikenalnya.
  • Mengenalkan orang dewasa serta konteks situasi saat role play pun menjadi penting bagi anak. Orang dewasa mana dan dalam konteks situasi seperti apa yang justru anak perlu menerima bantuan. Misal saat kebakaran, di hutan, atau di situasi lain anak perlu tahu orang dewasa yang justru dapat emnyelematkannya adalah pemadam kebakaran misalanya, polisi, atau yang lainnya yang sesuai dengan konteks.
  • Ajarkan anak untuk memahami, bahwa orang dewasa yang baik tidak akan meminta bantuan kepada anak kecil. Mereka hanya akan meminta bantuan kepada orang dewasa lainnya. Sehingga anak tidak terkecoh ketika penculik meminta bantuan mereka untuk mengambilkan hewan piaraan, atau balon, dsb.
  • Beri tahu anak untuk berlari berlawanan dengan arah kendaraan yang mengikutinya. Hal ini akan membantu anak memiliki waktu untuk berlari lebih jauh sementara kendaraan tersebut berputar arah.
  • Anak-anak yang terpisah dari orang tuanya atau memisahkan diri dari orang tuanya umumnya mengatakan bahwa mereka mengira bahwa orang tuanya masih bisa melihat mereka. Jadi, daripada mengatakan “jangan jauh-jauh dari mama” saat di keramaian atau di tempat umum lainnya, katakan pada anak untuk tidak pergi ke tempat yang mereka tidak bisa melihat ibu / ayah. Atau, bisa mengatakan kepada mereka misalnya, “kakak boleh main ayunan di sini. Tapi kalau kakak mau pergi ke tempat lain, ajak mama, nanti mama akan ikut bareng kakak.”
  • Jika anak sudah berusia 8 tahun, orangtua dapat menjelaskan logika berpikir tentang “boleh / tidak berbicara dengan orang yang tidak dikenal”. Saat di pusat perbelanjaan misalnya, ayah atau ibu dapat menjelaskan, “kakak boleh ngobrol dengan bapak atau ibu itu sambil menunggu antrian, tapi kakak ga boleh sampai ikut naik mobil / motor bapak atau ibu itu.”
  • Ajarkan anak dalam role play untuk tidak pernah memberitahu orang lain yang menelepon bahwa saat itu anak sedang sendirian di rumah.
  • Anak perlu mengetahui dan menghapal namanya, nama orang tua, no telepon, dan alamat rumahnya berikut cara untuk memberitahukannya pada polisi, atau orang dewasa yang memakai name tag yang bekerja di dalam gedung.
  • Ajarkan anak untuk berteriak, bahkan membuat kegaduhan ketika ada orang dewasa yang memaksanya untuk mengikuti atau pergi bersamanya.

Dari sekian banyak cara dan hal yang perlu diajarkan pada anak untuk terhindar dari kemungkinan terburuk yang ditakutkan oleh para orang tua, kita pun perlu senantiasa menjadikan Yang Maha Melindungi dan Menjaga sebagai satu-satunya tempat meminta perlindungan. Ketika ikhtiar dijalankan, kekuatan doa yang akan menjadikannya harapan tak terputus.

Selamat berikhtiar!

 [:]

Perasaan kamu tentang artikel ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0