RUMAH ZAKAT GELAR SOUTHEAST ASIA MEETING ON ROHINGNYA CRISIS

oleh | Aug 13, 2012 | News

JAKARTA. Rumah Zakat menjadi salah satu inisiator pelaksanaan Southeast Asia Humanitarian Meeting on Rohingya Crisis, bekerjasama dengan PKPU dan Dompet Dhuafa. Rapat ini dilaksanakan pada Jumat (10/8) lalu di Hotel Sofyan, Jakarta. Peserta rapat yang hadir merupakan perwakilan dari lembaga-lembaga kemanusiaan di Indonesia dan negara-negara tetangga di ASEAN.

Rapat kemanusiaan ini digelar sebagai upaya untuk membangun aliansi antar lembaga kemanusiaan di Asia Tenggara. Rapat ini juga merupakan tindak lanjut atas Humanitarian Consultative Meeting on Rohingya Situation yang digelar oleh Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) pada 3 Agustus 2012 di Kuala Lumpur Malaysia.

Sebagai narasumber atas penindasan dan kesengsaraan yang dirasakan oleh minoritas Rohingya, komite penyelenggara rapat menghadirkan tiga orang pembicara yaitu:
–    Mr. Nurul Islam, Presiden Arakan Rohingya National Organization (ARNO). Mr. Nurul Islam merupakan warga Rohingya yang kini bermukim di London – Inggris, yang menjadi basis kegiatan ARNO untuk mengadvokasi pengembalian hak-hak hidup minoritas Rohingya di Myanmar.
–    Mr. Wan Mohd Yusof, Chairman of IKRAM – Malaysia. Mr. Wan Mohd Yusof beserta timnya melakukan kunjungan ke Myanmar pada awal Agustus 2012 untuk mengetahui kondisi terkini atas kondisi minoritas Rohingya.
–    Mr. Mahbubul Haque, dari Bangladesh. Mr. Mahbubul Haque merupakan praktisi kemanusiaan di Bangladesh, yang telah aktif melakukan aktivitas pemberian bantuan bagi pengungsi Rohingya di perbatasan Bangladesh. Selain itu ia juga melakukan penelitian untuk jenjang doktoralnya, terkait dengan kondisi memprihatinkan yang dialami oleh minoritas Rohingya yang dianggap pengungsi ilegal.

Ketiga narasumber memberikan gambaran atas apa yang menimpa Minoritas Rohingya di negara asalnya Myanmar, maupun di wilayah-wilayah yang menjadi tujuan pelarian mereka khususnya Bangladesh.
Mr. Nurul Islam memberikan pernyataan yang sangat ironis atas apa yang dialami oleh saudara-saudaranya di Rohingya, “Mereka menerima teror setiap malam. Perkosaan, pembakaran rumah, penculikan, merupakan rangkaian perlakuan yang mengancam nyawa mereka setiap hari. Kebiadaban yang mereka rasakan, tidak akan bisa Anda bayangkan dari semua informasi yang didapat. Kondisi memprihatinkan ini telah mendorong mereka pada keputus-asaan. Banyak yang memilih untuk berenang menyebrangi lautan untuk mengakhiri penderitaan, meski akhirnya banyak diantara mereka yang tenggelam”.

Hal senada disampaikan oleh Mr. Wan Mohd Yusof, yang menyatakan bahwa saat dilakukan ia melakukan kunjungan ke Myanmar para pihak terkait disana sangat tertutup untuk memberikan informasi terlebih akses kunjungan langsung untuk melihat kondisi minoritas Rohingya. Salah satu sumber informasinya menyatakan, bahwa untuk mencapai lokasi kamp konsentrasi Rohingya di Situe sangatlah dijaga ketat oleh satuan militer. Ijin kunjungan merupakan suatu hal sangat sulit didapat, apalagi melakukan aksi secara langsung.

Kondisi minoritas Rohingya di Arakan – Myanmar ini sudah seharusnya menjadi isu prioritas yang harus diselesaikan oleh komunitas internasional. “Penindasan telah terjadi selama 5 dekade, tapi dunia tetap bungkam. Negara asal minoritas Rohingya ini, tidak mengakui mereka sebagai warga negara dengan mengeluarkan mereka dari bagian sensus  sejak tahun 1962. Hak-hak mereka untuk mendapatkan pendidikan, kesehatan, serta penghidupan yang layak dirampas. Mereka ditekan tidak hanya oleh pemerintahnya sendiri, tapi juga oleh warga lokal yang diprovokasi untuk turut menyengsarakan mereka. Komunitas internasional seharusnya bereaksi! Menghadirkan media yang independen langsung di Arakan adalah salah satu kunci yang utama,” papar Mr. Nurul Islam.

“Pemerintah Bangladesh memberikan tekanan yang sangat kuat bagi para lembaga kemanusiaan yang memberikan bantuan bagi para pengungsi. Kompleksitas kondisi yang kini tengah terjadi disana, hanya dapat Anda pahami jika Anda langsung pergi ke sana,” ujar Mr. Mahbubul Haque. Ia juga menambahkan penjelasan tentang bahwa minoritas Rohingya ditindas tanpa alasan, mereka dinilai layak dijadikan target kesewenang-wenangan hanya semata karena mereka berbeda secara tampilan fisik. Padahal mereka lah pemilik lahan dan sumber daya di Arakan, mereka diusir dengan cara yang tidak manusiawi dari tanah kelahirannya sendiri.

Keprihatinan kondisi minoritas Rohingya dan sulitnya akses untuk membantu mereka di Myanmar maupun di lokasi pengungsian di Bangladesh, mendorong para peserta rapat untuk bersatu padu memperkuat aliansi agar bisa secara progresif membantu dan mengembalikan hak-hak minoritas Rohingya. Komitmen dan rencana kerja ini, dituangkan dalam sebuah deklarasi bersama yang diberi nama Deklarasi Jakarta. Isi dari deklarasi ini adalah:

DEKLARASI JAKARTA
JAKARTA DECLARATION

Southeast Asia Humanitarian Meeting on Rohingya Crisis
Jakarta, 10th August 2012

a.    Mengecam pemerintahan Myanmar atas pembiaran terjadinya pelanggaran hak asasi manusia terhadap minoritas Rohingya (To condemn the Myanmar government of the ignorance on the human rights violation against Rohingya minority)

b.    Menghimbau seluruh gerakan kemanusiaan internasional dan masyarakat dunia untuk membantu minoritas Rohingya (To call upon all international humanitarian movements and global society to give aids to the Rohingya minority)

c.    Mengajak semua pihak untuk mendorong dibukanya akses bantuan kemanusiaan di Arakan – Myanmar dan Bangladesh (To encourage all related parties for the opening of humanitarian aids access to Arakan – Myanmar and Bangladesh)

d.    Mendorong PBB, ASEAN, dan pemerintah di setiap Negara untuk terus melakukan upaya diplomatik kepada pemerintah Myanmar agar minoritas Rohingya mendapatkan hak-haknya kembali (To encourage UN, ASEAN, and every government in all countries in promoting diplomatic action toward Myanmar government to return the rights of Rohingya minority)

e.    Mengupayakan bantuan kemanusiaan secara bersama-sama untuk minoritas Rohingya (To strive humanitarian aids collectively for the Rohingya minority)

f.    Membentuk Komite Lembaga-lembaga Kemanusiaan Asia Tenggara (To establish the Southeast Asia Humanitarian Committee)

Lembaga-lembaga kemanusiaan yang berkolaborasi untuk melahirkan deklarasi ini adalah: Rumah Zakat, PKPU, Dompet Dhuafa, ACT, YDSF, ARNO, PIARA, PAHAM Indonesia, Mercy Malaysia, IKRAM Malaysia, Haluan Malaysia, LAZ DDII, dan DPU DT.

Selain itu, seluruh lembaga yang hadir dalam forum ini pun bersepakat untuk mengusung kampanye SAVE ROHINGYA sebagai wujud untuk menyuarakan pada dunia bahwa minoritas Rohingya yang tertindas membutuhkan pertolongan sekarang juga!***

Newsroom/Yesi M.Indira
Jakarta

Perasaan kamu tentang artikel ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0