Ibrahim berkata, ”Hai
anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpiku bahwa aku menyembelihmu. Maka
pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab, ”Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu, Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar.” (Q.S Ash Shaffat: 102).
Berkurban pada Idul Adha adalah bentuk pengagungan cinta
kepada Sang Khalik. Allah Swt. menguji kecintaan Nabi Ibrahim untuk menyembelih
anaknya, Nabi Ismail, yang sangat dicintainya.
Cinta Ibrahim terhadap Allah Swt., dan cinta Ismail terhadap
ayah dan Tuhan-Nya, menjadikan keduanya ikhlas dan patuh melaksanakan perintah
itu. Meski, Allah Swt. menggantinya dengan seekor kambing.
Baca Juga: Kurban Dulu atau Bayar Utang Dulu Ya?
“Dan Kami tebus
anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (Q.S. Ash Shaffat:107).
Ritual qurban yang telah menjadi syariat Islam ini adalah untuk mengenang
perwujudan konsep cinta dan kemanusiaan. Pengorbanan untuk sesama dalam rangka
membina persaudaraan antarmanusia.
Ada beberapa keteladanan yang patut ditiru dari pengorbanan
Nabi Ibrahim dan Ismail ini. Pertama,
terasa benar bahwa Allah Swt. sebagai Dzat yang Penyayang dan Pemurah pada
umat-Nya. Dia tidak hanya membatalkan penyembelihan Ismail, tapi sekaligus
memberi ganti seekor kambing kepada hamba yang taat dan mau mengorbankan
miliknya karena cinta kepada-Nya.
Kedua, Allah Swt.
mengajarkan bahwa hidup manusia sangatlah berharga. Dia tidak ingin
mengorbankan satu manusia untuk menunjukkan kekuasaan-Nya. Dia tidak
semena-mena terhadap yang lemah.
Ketiga, cinta
sejati diwujudkan dengan kerelaan berkorban. Berkorban karena rasa cinta
kepada-Nya. Wujud cinta kepada Allah Swt. adalah kerelaan hidup dengan
kesalehan. Dalam konteks Islam, seluruh hidup adalah ibadah. Esensi ibadah,
mengatur hubungan yang baik dengan Allah Swt. dan antara manusia dengan
sesamanya.
Damai antara manusia ini salah satunya diwujudkan dengan qurban.
Menyembelih hewan ternak dan membagikannya kepada fakir miskin, kepada mereka
yang kurang mampu.
Baca Juga: Keutamaan Qurban Kambing
Sebab, cinta dan ketaatan kepada Allah Swt. tidak saja
diwujudkan dalam bentuk ibadah mahdhah,
tetapi harus terealisasi dalam tindakan nyata, utuh, dan cinta terhadap sesama
manusia.
Allah Swt. menguji kesediaan mengorbankan sebagian harta
yang dimiliki untuk membantu mereka yang kekurangan. Sebagaimana Ibrahim
mengorbankan Ismail yang dicintainya untuk Allah Swt.
Inilah ibadah sesungguhnya, menyembah Allah Swt. dan
berkorban karena cinta untuk sesama. ”Siapa
yang memiliki kelapangan, tetapi tidak mau berqurban, janganlah dia mendekati
tempat salat kami.” (H.R. Imam Ahmad dan Ibnu Majah). Wallahu a’lam bi ash-shawab.
Sumber:
republika.co.id