[:ID]PROGRAM RONA NUSANTARA DARI RUMAH ZAKAT MEMASUKI ANGKATAN 17[:en]RONA NUSANTARA, SHARING AND TRAVELLING IN KEMLANGI[:]

oleh | Nov 19, 2018 | News

[:ID]MOJOKERTO. Program Rona Nusantara dari Rumah Zakat telah dilaksanakan kembali. Memasuki angkatan 17 peserta Program Rona Nusantara berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Acara ini berlangsung selama tiga hari. Dimulai dari hari Jum’at tanggal 9 November 2018 hingga hari Ahad tanggal 11 November 2018. Acara yang berlansung terasa istimewa karena bertepatan dengan hari pahlawan.

Jumlah peserta yang mengikuti Program Rona Nusantara ini sebanyak 16 orang. Perona adalah sebutan untuk para peserta Rona Nusantara, mereka datang dari berbagai daerah di Indonesia. Mulai dari daerah Bogor, Lampung, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Timur, Wonogiri, Magetan, Probolinggo, Jember, dan Malang.

Bertempat di Desa Kemlagi, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto mereka melaksanakan aksi sosial. Aksi sosial yang berlangsung selama satu hari penuh dimulai dengan senam pagi bersama lansia. Kemudian dilanjutkan dengan acara bakti pendidikan di Sekolah Luar Biasa dan Madrasah Ibtidaiyah. Tidak hanya itu, perona juga diajak untuk melaksanakan kegiatan industri kreatif kerajinan eceng gondok, hingga bakti lingkungan.
Bakti Lingkungan berupa penyediaan tempat sampah dan pemberian bibit sayur untuk kebutuhan gizi warga desa.

Pada malam harinya, Rumah Zakat bersama fasilitator kesehatan dari Cita Sehat Foundation Surabaya mengadakan cek kesehatan gratis yaitu cek gula darah, asam urat dan kolesterol. Sementara itu, kegiatan para perona mengajak warga menyaksikan film bertema pahlawan. Kegiatan dilanjutkan dengan makan bersama, sekaligus penyaluran Superqurban.

Desa Kemlagi adalah salah satu Desa Berdaya binaan Rumah Zakat. Oleh karena itu Desa Kemlagi dipilih sebagai lokasi krgiatan Program Rona Nusantara angkatan 17 ini. Bapak Fathoni, selaku Relawan Inspirasi mengaku bersyukur program-program Rumah Zakat dapat didukung dan diterima oleh warga Desa Kemlagi.

“Alasan lainnya, karena di sini juga kita bisa belajar dari para pahlawan masyarakat, seperti pahlawan pendidikan, yakni para guru di SLB dan MI, serta pahlawan UMKM yaitu Pak Suliadi yang mengembangkan kerajinan dari eceng gondok hingga bernilai ekonomi.” ujar Niko, Ketua Pelaksana Rona Nusantara Angkatan 17 .

“Begitu pula dengan para perona, mereka juga pahlawan masa kini yang meluangkan waktu dan tenaganya untuk berbagi kebahagiaan dan menebar kebaikan kepada sesama,” tambah Niko.

Kegiatan hari terakhir para perona meninggalkan Desa Kemlagi dan menuju Trowulan untuk Traveling. Konsep Traveling kali ini juga mengangkat tema pahlawan. Jika di Desa Kemlagi ada pak Suliadi sebagai pahlawan UMKM, maka di Trowulan para peserta diajak berkenalan dengan Pak Supriyadi sebagai pahlawan pariwisata. Pak Supriyadi adalah seorang seniman patung yang telah mendapatkan penghargaan upakarti. Beliau menegaskan bahwa Indonesia bisa bersaing dengan bangsa lain, salah satu caranya melalui budaya dan pariwisata.

Para perona pun berkeliling kampung Majapahit dengan menggunakan bendi sembari menikmati nuansa rumah-rumah Majapahit tempo dulu.

Mereka juga berkesempatan untuk belajar membuat batik tulis sekaligus mewarnai.  Karya batik yang dibuat dibawa pulang sebagai cinderamata. Selanjutnya, para perona diajak untuk mengenal lebih dekat sejarah Majapahit secara langsung di salah satu situsnya yang berada di kawasan Kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Unit Pusat Informasi Majapahit. Kantor BPCB Unit PIM ini lebih dikenal oleh masyarakat sebagai museum Trowulan.

Kebahagiaan para perona tergambar dari postingan di Instagram mereka.

”Senam pagi, bagi2 kornet dari rumah zakat, ke SLB, ke MI, mengunjungi produsen kerajinan dari eceng gondok, bersih lingkungan, kebun gizi, bioskop desa, makan bersama. Dilakukan dalam 1 hari. Sepadet dan sebahagia itu. Lagi-lagi bahagia itu sederhana. Lagi-lagi senang melihat orang lain senang,” tulis Humai, perona dari Bogor, di akun Instagram miliknya.

“Sangat beruntung bisa mendapat kesempatan menenun helaian benang dari orang-orang hebat seperti kalian. Terimakasih atas kesempatan, pengalaman, motivasi dan doanya kakak kakak. Bersyukur bisa jadi bagian dari Rona Nusantara 17,” tulis Asti, perona termuda yang masih duduk di bangku SMA, asal Magetan.

“Rona Nusantara benar-benar memberikan pengalaman dan pembelajaran bagaimana berbagi dan jalan-jalan yang bermanfaat,” tulis Samsul Bahri, perona asal Lampung.

Newsroom
Silvia Zakiah Itsnaini[:en]MOJOKERTO. The Rona Nusantara program from Rumah Zakat entering the 17th batch,  Rona Nusantara participants came from various regions in Indonesia. This event lasts for three days. It starts from Friday 9 November 2018 until Sunday 11 November 2018. The event that takes place feels special because it coincides with the day of the hero.

The number of participants who participated in the Rona Nusantara Program were 16 people. Perona is the name for Rona Nusantara participants, they come from various regions in Indonesia such as Bogor, Lampung, Southeast Sulawesi, East Kalimantan, Wonogiri, Magetan, Probolinggo, Jember, and Malang.

Located in Kemlagi Village, Kemlagi District, Mojokerto Regency they carry out social actions. Social action that lasts for a full day begins with morning exercise with the elderly. Then it was continued with a service program for education in Special Schools and Madrasah Ibtidaiyah. Not only that, Perona was also invited to carry out the activities of the creative industry of water hyacinth crafts, to serve the environment.

Environmental services in the form of providing trash bins and providing vegetable seeds for the nutritional needs of villagers.

In the evening, Rumah Zakat together with a health facilitator from Cita Sehat Foundation Surabaya held a free health check which checks blood sugar, gout and cholesterol. Meanwhile, the activities of the patrons invited residents to watch a movie with the theme of a hero. The activity continued with a meal together, as well as the distribution of Superqurban.

Kemlagi Village is one of Rumah Zakat assisted village. Therefore Kemlagi Village was chosen as the location for the 17th Rona Nusantara Program. Mr. Fathoni, as Desa Berdaya Facilitator, said he was grateful that Rumah Zakat programs could be supported and accepted by Kemlagi Village residents.

“Another reason, because here we can also learn from community heroes, such as educational heroes, namely teachers in SLB and MI, and UMKM heroes, Mr. Suliadi who develops handicrafts from water hyacinth to economic value,” said Niko, Chief Executive of 17rh Rona Nusantara.

“Likewise with perona, they are also present-day heroes who take the time and energy to share happiness and spread kindness to others,” Niko added.

The last day activities of the perona left Kemlagi Village and headed for Trowulan for Traveling. The concept of Traveling this time also raises the theme of a hero. If in Desa Kemlagi there was Pak Suliadi as a UMKM hero, then at Trowulan the participants were invited to meet Mr. Supriyadi as a tourism hero. Pak Supriyadi is a sculpture artist who has received an upakarti award. He emphasized that Indonesia could compete with other nations, one way through culture and tourism.

Perona went around Majapahit village by using a bendi while enjoying the nuances of the houses of Majapahit in the past.

They also had the opportunity to learn to make batik handmade while coloring. Batik works that were made brought home as souvenirs. Furthermore, perona  were invited to get to know the history of Majapahit more directly at one of their sites located in the Majapahit Information Center Unit’s Office of the Preservation of Cultural Heritage (BPCB). The BPCB Office of the PIM Unit is better known by the community as the Trowulan museum.

“Morning gymnastics, distributed Superqurban, going to SLB, to MI, visiting producers of handicrafts from water hyacinth, clean environment, nutrition gardens, village cinemas, eating together. Again, happiness is simple. Again, I am happy to see other people happy, “wrote Humai, participants from Bogor, on his Instagram account.

“It’s very fortunate to be able to get the chance to weave strands of yarn from great people like you. Thank you for the opportunity, experience, motivation and prayer for you. Thanking you can be part of Rona Nusantara 17, “Asti wrote, the youngest girl who is still in high school, from Magetan.

“Rona Nusantara truly provides experience and learning on how to share and use useful ways,” wrote Samsul Bahri, participants  from Lampung.

Newsroom

Silvia Zakiah Itsnaini[:]