Oleh: Ahmad Gozali
Tidak sedikit orang tua yang tidak memberlakukan aturan uang saku pada anaknya. Yang penting kebutuhan anak terpenuhi, kalau emang perlu tinggal minta saja, nggak usah dijatah-jatah, nggak usah dibatasi. Orang tua bisa mengontrol penggunaan uang oleh anak dengan ditanya terlebih dahulu sebelum diberikan uang. Memang pendapat ini ada benarnya juga, dan sah-sah saja untuk dilaksanakan.
Tapi… tidak jarang juga ditemui anak remaja, bahkan anak kuliah yang akhirnya “gamang” dengan uang saku pertamanya yang langsung besar. Misalnya, karena harus kuliah di luar kota, mau tidak mau diberikan uang saku bulanan juga.
Apa yang terjadi kemudian? Sudah bisa ditebak. Uang saku untuk satu bulan pertama bisa langsung habis hanya dalam waktu beberapa hari saja. Anak yang selama ini tidak terlalu ambil pusing untuk mengatur uang sendiri akan kelabakan jika harus mulai mengatur uangnya sendiri langsung dalam jumlah besar. Hal ini tentunya tidak akan terjadi jika saja mereka sudah mulai dibiasakan untuk mengelola uang saku sendiri sejak masih di bangku sekolah.
Ternyata, uang saku bukan cuma melatih anak bagaimana mengatur uangnya sejak dini, tapi juga mengajarkan anak tentang tanggung jawab. Dengan menerima uang saku, anak akan belajar untuk bertanggung jawab dalam hal menyimpan, menggunakan, dan mengatur uang sakunya sendiri.
Dengan adanya uang saku, anak diminta untuk memutuskan sendiri akan digunakan untuk apa uang tersebut, tanpa banyak dikontrol oleh orang tuanya. Tentunya hal ini akan membantu anak untuk melatih kepercayaan dirinya dalam mengambil keputusan.
Anak juga akan belajar untuk menahan keinginannya. Walaupun memegang uang dalam jumlah yang cukup besar, tapi anak dilatih untuk menggunakan seperlunya saja dan menahan keinginannya agar uang sakunya cukup. Tentunya hal ini bukan hanya berdampak terhadap keuangannya, tapi juga proses pendewasaan untuk bisa menahan dan mengontrol diri.
Lalu berapa uang saku yang pas untuk anak? Kita bisa tentukan dengan cara bicarakan dengan anak apa saja kebutuhannya, survey harga jajanan di sekolahnya. Dan satu hal yang paling penting, ukur dengan penghasilan kita sendiri, bukan diukur dengan uang saku anak lainnya.
Untuk anak SD awal, boleh diberi uang saku harian dan belajar untuk uang saku mingguan di kelas lima atau enam. Sehingga di usia SMP anak sudah bisa mengelola uang saku mingguan. Di usia SMA, anak sudah bisa mulai diberi uang saku bulanan agar saat kuliah nanti, nggak kaget lagi dengan uang saku bulanan.
Nah, masih ragu untuk kasi uang saku?