Memasuki jenjang pernikahan memang perlu disiapkan dengan baik. Salah satunya adalah ilmu seputar dunia pernikahan dan persiapan jodoh. Membahas persiapan jodoh memang biasanya identik dengan proses mengenal calon pasangan. Dalam Islam, mengenal calon pasangan suami atau istri ini dikenal dengan istilah taaruf.
Taaruf berbeda dengan pacaran. Meski sama-sama bertujuan untuk saling mengenal calon pasangan, tetapi pada taaruf ada batasan dan adab yang harus dijaga dengan baik. Sementara itu, pacaran identik dengan hubungan yang melampaui norma-norma agama dan dekat dengan kemaksiatan.
Nah, agar taaruf tidak terasa seperti pacaran, yuk ketahui 6 perbedaan taaruf vs pacaran berikut ini:
1. Dari Segi Kerahasiaan
Pada taaruf, proses berlangsung rahasia dan tidak diumbar secara publik. Yang mengetahui biasanya hanya pihak keluarga atau orang-orang yang terpercaya saja. Rasulullah saw. pun menyarankan agar merahasiakan proses khitbah atau lamaran dan mengumumkan pernikahan.
Sementara pacaran berlangsung sangat tidak rahasia. Hubungan diumbar secara publik hingga semua orang pun mengetahuinya. Bahkan, orang yang pacaran identik sering berduaan, berboncengan, atau beraktivitas bersama-sama.
Sementara pada proses taaruf tidak demikian. Selalu ada pihak yang menemani sehingga misalnya apabila harus bertemu untuk membahas pernikahan pasti ada pihak yang menemani agar tidak terjadi fitnah.
2. Dari Sisi Waktu/Lamanya
Proses taaruf tidak memakan waktu yang lama. Rata-rata proses perkenalan antarindividu dan dua keluarga besar sampai pernikahan hanya sekitar 3-6 bulan. Hal itu karena bila berlama-lama takut terjatuh pada dosa dan kemaksiatan. Sehingga niat baik untuk menikah sengaja disegerakan.
Namun, hal itu berbeda dengan pacaran. Kebanyakan proses pacaran berlangsung lama hingga bertahun-tahun. Bahkan, ada yang dimulai sejak masa sekolah. Hal itu karena lemahnya komitmen dan keseriusan kedua belah pihak menuju jenjang pernikahan.
Sehingga menunda dilakukan selama kedua belah pihak masih merasa nyaman. Konon, jika kedua belah pihak belum benar-benar saling mengenal, maka obrolan seputar pernikahan tidak akan dibicarakan. Parahnya, pacaran mendatangkan dosa. Bertahun-tahun bersama hanya memupuk dosa dan belum tentu bersama hingga pelaminan.
Baca Juga: 5 Doa yang Perlu Dihafalkan Pengantin Baru
3. Dari Sisi Interaksi
Seperti yang sempat disinggung dalam poin 1, interaksi lelaki dan perempuan yang melakukan proses taaruf sangat dibatasi. Artinya, mereka tidak keluar berduaan dan melakukan aktivitas bersama berdua tanpa mahram. Islam melarang berduaan (khalwat) karena dikhawatirkan akan terjerumus pada kemaksiatan.
Jadi, jika ada yang mengaku taaruf tetapi masih jalan berduaan, nongkrong berdua di café, ada panggilan sayang, berpegangan tangan, kerap telponan atau saling mengirim pesan yang tidak penting, atau interaksi bersama lainnya yang tidak ada batasan, maka mereka sedang melakukan taaruf rasa pacaran. Tidak ada bedanya dengan pacaran pada umumnya.
4. Dari Sisi Perasaan
Mereka yang melakukan proses taaruf melalui pendamping yang amanah sebelum menikah akan lebih terjaga perasaannya. Hatinya relatif netral dan jauh dari kata “bucin” yang bisa melenakan. Perasaan netral ini bisa membuat seseorang tetap berpikir objektif dan kritis dalam mengenal calon pasangannya.
Sementara hubungan pacaran tidak menjamin perasaan antara keduanya bisa terjaga. Kebanyakan cinta akan memabukkan keduanya sehingga bisa terjerumus pada hawa nafsu. Cinta hanya dijadikan topeng untuk memenuhi lemahnya komitmen. Mereka yang pacaran hanya merasa senang saja, tanpa mengiringi dengan tuntunan syariat.
5. Dari Sisi Kepribadian
Pada proses taaruf tidak ada kepura-puraan. Semua dijelaskan dengan detail. Hal itu karena taaruf dengan pendamping biasanya saling tukar CV atau biodata terlebih dahulu serta diperbolehkan adanya tanya jawab atau diskusi untuk saling mengenal lebih lanjut apabila pihak perempuan dan laki-laki sepakat untuk melanjutkan proses taaruf.
Sementara pada hubungan pacaran cenderung akan menunjukkan karakter dirinya seperti yang diinginkan pacarnya agar menyenangkan sang pacara. Padahal, bisa jadi sifat atau karakter aslinya tidak demikian. Sering kali pacaran pun dipenuhi oleh kepalsuan dan kebohongan. Sebelum menikah saja sudah dibohongi, apalagi jika sudah menikah.
Baca Juga: Ciri-Ciri Pernikahan yang Sehat
6. Dari Sisi Risiko
Jika proses taaruf hingga khitbah tidak dilanjut maka Insyaallah tidak akan ada fitnah karena prosesnya berlangsung rahasia dan sangat menjaga interaksi antara keduanya sesuai syariat Islam.
Sementara pada pacaran risikonya sangat besar. Mulai dari kerugian harta, waktu, hingga tenaga. Banyak yang putus pacaran terjadi seseorang jadi depresi hingga bunuh diri. Tak sedikit juga yang mengalami hamil di luar nikah, aborsi, free sex hingga menularnya penyakit kelamin karena pacaran. Ini berarti hubungan pacaran sangat berisiko dan memiliki dampak negatif pada kehidupan seseorang.
Itulah 6 perbedaan taaruf vs pacaran yang perlu diketahui. Semoga bisa menjadi bahan renungan diri sekaligus bahan evaluasi bagi mereka yang sedang melakukan proses perkenalan menuju jenjang pernikahan. Semoga Allah Swt. pun selalu membimbing kita dalam jalan kebenaran. Aamiin.
Rumah Zakat merupakan Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) yang tidak hanya mengelola zakat, infak, dan sedekah, Rumah Zakat pun mengelola donasi kemanusiaan untuk Palestina. Sahabat bisa menitipkan donasi kemanusiaannya untuk Palestina melalui Rumah Zakat dengan mengikuti tautan berikut ini.