PENTINGNYA MENUTUP AIB

oleh | May 30, 2023 | Inspirasi

Dengan semakin masifnya aktivitas manusia di media sosial,
tak sedikit dari realitas tersebut diisi oleh hal-hal yang kurang baik. Salah
satunya adalah mengumbar aib diri atau bahkan aib orang lain.

Padahal dari jauh-jauh hari, agama telah memberi tuntunan
bagi manusia untuk menjaga aibnya agar tidak menjadi konsumsi publik. Imam
Malik dalam kitab Al-I’lan bit-Taubikh As-Sakhawy menjelaskan, sangat
disayangkan apabila seseorang yang aibnya tak ditampakkan ke publik, justru
mulai menggunjing aib orang lain. Akhirnya tak sedikit dari gunjingan tersebut
membuat Allah menampakkan aibnya sendiri.

Sebaliknya, kata beliau, orang-orang yang dulunya memiliki
aib, namun menjaga lisan dan sikapnya akan menggunjing tentang aib orang lain,
seiring berjalannya waktu, aib dirinya justru dilupakan orang-orang. Hal itu
menjadi bukti Allah memang menolongnya.

Baca Juga: Mengenal 9 Pedang Rasulullah Saw

Dalam hal ini, Allah telah berjanji untuk hal tersebut. Hal
itu dikuatkan dalam hadist riwayat Tirmidzi, Rasulullah Saw. bersabda:

“Dan barangsiapa yang
menutupi (aib) seorang Muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup
(aibnya) di dunia dan akhirat.”

Sedangkan menurut Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya
Ulumiddin, seseorang perlu mengenali aibnya sendiri terlebih dahulu. Namun, aib
tersebut tidak boleh diumbar sebab dikhawatirkan akan menimbulkan efek buruk
bagi orang-orang sekitar.

Mengetahui aib diri dimaksudkan untuk mengenali kapasitas
diri. Menjadikan hal itu bahan evaluasi untuk terus bergerak menjadi hamba-hamba
terbaik di hadapan Allah Swt. Beliau mencatat setidaknya ada empat cara bagi
manusia untuk mengenali aibnya.

Pertama,
berkonsultasi kepada guru yang terpercaya baik laku dan kata. Guru tersebut
dapat memberikan nasihat dan juga tuntunan agar diri kita tak tersesat. Kedua, mencari seorang teman yang
jujur, yang memiliki bashiroh (mata
hati yang tajam (berilmu) dan teguh pegangannya pada ajaran agama. Teman
tepercaya ini juga bisa dijadikan referensi untuk dimintai masukan.

Baca Juga: Bolehkah Berkurban Satu Ekor Kambing untuk Satu Keluarga?

Ketiga, berusaha
mengetahui aib dari ucapan dan cacian musuh-musuhnya. Keempat, bergaul dengan masyarakat.

Setiap kali melihat perilaku tercela seseorang, maka ia
segera menuduh dirinya sendiri juga memiliki sifat tercela itu. Kemudian dia
menuntut akan dirinya untuk segera meninggalkan, membenci, dan menjauhi
keburukan sifat tersebut. Seperti tengah berkaca dan membandingkan realitas
sosial dengan yang dirasakan oleh diri sendiri.

Sumber:
republika.co.id

Perasaan kamu tentang artikel ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0