[:ID]Oleh: Sahroni Bin Anwar Ali
Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain.” (QS al-Insyirah: 7). Potongan ayat dari surah al-Insyirah di atas mengajarkan kepada kita, kunci efektivitas waktu adalah manakala kita telah menyelesaikan satu pekerjaan, segera bersiap mengerjakan pekerjaan lain yang menunggu untuk kita selesaikan.
Allah SWT menegaskan agar manusia menggunakan kesempatan hidup untuk sebanyak-banyaknya beramal saleh karena waktu yang telah kita gunakan tidak akan pernah kembali. Sejarah Islam menyuguhkan banyak kisah hikmah tentang hal tersebut.
Keunggulan pasti lebih dekat dengan orang yang paling optimal memanfaatkan waktunya. Bagi orang beriman, tanda optimal memanfaatkan waktu adalah bagaimana setiap waktu dapat bernilai ibadah.
Baik itu di masjid, kantor atau tempat kerja, di tengah keluarga, maupun di tengah masyarakat. Bagi siapa saja yang terlena dengan waktu yang dimilikinya, baginya kelak penyesalan tiada tara. Sebagaimana penyesalan Fir’aun saat nyawa sudah di tenggorokan.
Itu akibat kedurhakaan Fir’aun terhadap Sang Pencipta. Saat diberi kesempatan bertobat, ia abai karena kecintaannya terhadap dunia. Agar kita mampu memaksimalkan waktu dengan efektif, kita harus berlaku adil dalam pengunaannya.
Kapan waktu untuk ibadah, kapan waktu untuk bekerja, kapan waktu untuk olahraga, dan kapan waktu untuk beristirahat. Semua harus diatur dengan proporsional. Sibuk bekerja, misalnya, tetapi tanpa dibarengi istirahat cukup, bahkan tanpa dibarengi ibadah mahdhah yang baik, semua itu hanya akan menjadi bumerang yang berdampak negatif terhadap diri kita.
Syaikh Ibnu Qoyyim berkata, Kehilangan waktu itu lebih sulit daripada kematian, karena kehilangan waktu membuatmu jauh dari Allah dan hari akhir, sementara kematian membuatmu jauh dari kehidupan dunia dan penghuninya saja.
Menurut Imam Hasan al-Banna, yang ditulis Syaikh dr Yusuf Qardhawi dalam bukunya Demi Masa, waktu adalah kehidupan sebab tiada kehidupan manusia melainkan masa yang ia selesaikan dari saat kelahiran sampai kematian. Seorang mukmin seharusnya mampu menjadikan pergantian siang dan malam sebagai pelajaran yang baik bagi dirinya.
Hendaknya seorang Muslim mampu mengatur waktu yang dimilikinya dengan berbagai aktivitas bernilai ibadah, seperti melakukan kewajiban-kewajibannya dan berbagai macam amalan baik lainnya, baik amalan yang bersifat duniawi maupun yang berkaitan dengan amalan ukhrawi.
Allah SWT berfirman, Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan (QS an-Nur: 44).
Seorang mukmin hendaknya mengerti atas pentingnya waktu. Amal perbuatan apa yang lebih utama yang harus dikerjakan. Apakah amal perbuatan hati, lisan, ataupun anggota badan? Karena itu senantiasa memperhatikan amalan perbuatan yang hendak dikerjakan sehingga amal itu tepat sasaran dan diterima Allah SWT. Amin.
Sumber: Republika.co.id[:en]So if you have finished one business, then do the other business seriously. “(Surat al-Insyirah: 7). The verse from the Surah al-Insyirah above teaches us, the key to time effectiveness is when we have finished one job, immediately preparing to do another work that is waiting for us to finish.
Allah SWT insists that humans use the opportunity to live as much as they can do good deeds because the time we have used will never return. The history of Islam presents many stories of wisdom about it.
Excellence must be closer to the person who best uses his time. For believers, the optimal sign of using time is how every time it can be valued in worship.
Whether it’s in the mosque, office or workplace, in the family or in the community, for anyone who is complacent with the time he has, for him there will be incomparable regret later. As Pharaoh’s regret when his life was almost end.
That is due to Pharaoh’s iniquity towards the Creator. When given the opportunity to repent, he is ignorant because of his love for the world. In order for us to be able to maximize time effectively, we must be fair in its use.
In worship, In working, in exercising, and in resting. All must be arranged proportionally. Busy working, for example, but without adequate rest, even without being accompanied by good worship, all that will only backfire that has a negative impact on us.
Shaykh Ibn Qoyyim said, Losing time is more difficult than death, because loss of time makes you far from God and the last day, while death makes you far from the life of the world and its inhabitants.
According to Imam Hasan al-Banna, who was written by Shaykh Dr. Yusuf Qardhawi in his book Demi Masa, time is life because there is no human life but the period he resolved from birth to death. A believer should be able to make the change of day and night a good lesson for him.
[:]