Saya ingin cuplikkan isi tajuk ?New York Times? yang pernah dikutip juga oleh Rosihan Anwar, sang wartawan 3 zaman, dalam bukunya;
“Musim semi ialah semuanya gairah dan awal,
musim panas ialah pertumbuhan dan perkembangan.
Musim gugur ialah prestasi yang tersimpulkan, padi-padian yang telah dipanen, buah apel yang telah matang, dan buah anggur yang telah diperas.”
(Menulis Dalam Air, 1983, hal 226-227).
Perasaan saya ikut membuncah kala melihat riang ceria sobat zakat peserta Rakernas di malam celebration. Dari sudut gelap kursi paling belakang saya libatkan emosi saya dalam lingkaran yang semakin terang, sebuah lingkaran bernama harapan. Jika isi kepala orang bisa divisualkan kayak di komik-komik Jepang barangkali ada banyak lampu yang menyala di Auditorium Saraswati Divlat Telkom Bandung, menerangi huruf-huruf yang lama-kelamaan tereja membentuk kata PASTI BISA! Nampak optimis memang, secerah musim semi yang selalu disambut suka cita setiap warga. Semua sumringah, semua bergairah?
Tapi..
Kafi Kurnia, salah satu motivator marketing terbaik negeri ini, mengingatkan saya dalam sebuah tulisannya berjudul BELAKANG. ?Ini penyakit kronis yang melanda bangsa ini. Kita semua merasa kurang percaya diri sebagai bangsa. Entah kenapa, kita dijajah rasa malu, rasa ragu-ragu, dan rasa tidak yakin. Rasa pesimisme yang membuat lebih enak, dan nyaman di belakang mengambil posisi yang pasif.? Kafi (nama ini sangat keren sampai anakku juga kami namain kafi) cukup kesal dalam tulisannya mengapa di beberapa kejadian yang dialaminya, orang Indonesia sukanya memilih duduk di belakang saat seminar, kalau dengan orang asing, seolah-olah kita langsung kalah set, kalah status, dan kalah segala-galanya. Kita dibikin terbelakang secara sengaja.
Mendadak muncuk sedikit kekhawatiran, apakah warga negara Rumah Zakat juga demikian? Selalu heboh dengan semangat teriakan tapi mentalitas tetap saja primitif, budaya disiplin hanya bertahan sehari-dua hari?.Semoga tidak demikian. Berubah!
Musim semi tentu pasti akan berganti..kita harus segera menyiapkan diri menghadapi musim kompetisi?musim panas, masa perjuangan tumbuh kembang perusahaan?
Kita pasti bisa memenangkan persaingan ini dan itu dimulai dari pikiran kita. Saya akan coba kutipkan kisah hidup seorang Adam Khoo, tokoh fenomenal yang beberapa kali diceritakan Abu Syauqi, Ketua Dewan Pembina Rumah Zakat Indonesia, di forum-forum motivasi. (Baca: Master Your Mind Design Your Destiny, Jakarta : PT Indeks Kelompok Gramedia, 2005).
Saat berumur 13 tahun dapat saya katakan bahwa saya termasuk anak yang tidak pandai. Peringkat akademik saya hanya memungkinkan saya bisa memasuki sekolah menengah papan bawah di negara saya.
Jauh sebelumnya, pada umur delapan tahun, saya dikeluarkan dari sekolah dasar karena berperilaku buruk: hasil akademik saya yang jelek tidak dapat membantu. Kemudian nilai saya yang sangat jelek dalam Ujian Kelulusan Sekolah Dasar. Akhirnya saya ditolak oleh enam sekolah menengah yang coba dipilih orangtua saya.
Akhirnya saya bersekolah di sekolah negeri yang disebut Ping Yi. Pada awalnya secara akademik saya masih sangat lemah. Saya hanya lulus dalam empat dari delapan mata pelajaran, dan menempatkan saya hampir di urutan terendah di sekolah tersebut. Saya tidak hanya lemah secara akademik, tetapi juga lemah secar fisik dan mental. Saya memiliki hubungan sosial yang jelek, saya pembosan, berbeda, dan selanjutnya saya menjadi ?siswa bermasalah?. Saya mengikuti gerakan pramuka, namun dalam enam bulan dikeluarkan juga karena saya tidak mampu mengikuti ujian standar pamuka, ujian paling dasar yang dibutuhkan untuk dapat disebut pramuka.
Seperti remaja bermasalah pada umumnya, saya tergila-gila dengan permainan-permainan elektronik dan acara-acara TV yang konyol. Dapat dikatakan saya hanya berputar-putar dalam kehidupan yang tanpa harapan, hanya duduk-nekan tombol dan tuas, dengan mata melotot ke layar monitor.
Itulah saya, seorang remaja pembosan yang bermasalah hingga akhirnya saya mengikuti program NLP (Neuro-linguistic Program), sebuah teknik berpikir yang mengajarkan kepada Anda bagaimana menggunakan bahasa pikiran (linguistic) untuk memprogram dan memprogram ulang system syaraf agar secara konsisten memperoleh hasil yang diinginkan. NLP pertama kali dikembangkan oleh Dr. Richard Bandler & Dr. John Grinder pada tahun 1970-an.
?.
Apa yang saya pelajari dari mentor-mentor saya memberi inspirasi, merangsang, dan menantang saya. Saya memutuskan untuk mengadopsi keyakinan baru bahwa ?jika sesuatu itu mungkin bagi orang lain, maka akan mungkin pula bagi saya. Ini hanya masalah strategi.?
Saya mulai mengujinya. Saya menentukan tiga tujuan yang tadinya tidak mungkin pada waktu itu. Tujuan pertama saya adalah menjadi anak terpandai di sekolah dalam setahun. Tujuan kedua adalah mengikuti ujian sebaik mungkin sehingga dapat masuk junior college terkenal di Singapura (diperuntukkan bagi hanya 5% siswa terbaik dari seluruh negeri). Tujuan ketiga saya adalah dapat memasuki National University of Singapore dengan peringkat tinggi. Anda dapat membayangkan ambisi tersebut, yang datang dari seorang anak yang mungkin berada di tempat paling bawah, mendekati 20% murid terbawah di seluruh negeri. Sebuah fantasi yang gila-gilaan.
?.
Dari setahun hanya lulus dalam dua mata pelajaran, saya mendapat 7 nilai A dan masuk sepuluh besar di sekolah. Dalam tiga tahun, saya menjadi yang terbaik di sekolah saya, dan menjadi siswa pertama dan satu-satunya dari sekolah saya yang diterima di junior college nomor satu di Singapura tahun itu, Victoria Junior College. Kemudian saya berhasil memasuki National University of Singapore (menerima hanya 10% siswa terbaik di Singapura) dan dalam setahun masuk dalam satu persen mahasiswa dengan prestasi akademik terbaik di universitas tersebut. Dalam enam tahun, saya menemukan diri saya sebagai salah satu dari satu persen mahasiswa terbaik di seluruh negeri.
?.
Tantangan saya berikutnya adalah menciptakan kesuksesan di luar kelas. Tujuan karier utama saya adalah menjadi jutawan pada usia 26 tahun, membangun bisnis bernilai jutaan dollar, dan menjadi salah satu pembicara terbaik di Asia. Maka, sekali lagi saya mendedikasikan semua waktu dan energi say untuk belajar dan membuat model pembicara-pembicara dan pengusaha-pengusaha terbaik di seluruh dunia.
Saya membaca empat ratus buku. Saya membaca biografi orang-orang yang telah membuat dirinya sendiri menjadi jutawan dan penemu. Saya membaca buku-buku tentang peningkatan kesejahteraan, psikologi, bahasa dan pengembangan kepribadian.
Saya memulai bisnis pertama saya pada umur 15 tahun, dan bisnis kedua (pelatihan dan konsultasi) pada umur 21 tahun, dan memasuki bisnis properti dan investasi pada umur 22 tahun.
Sambil belajar keras untuk mengikuti ujian, saya menggunakan waktu luang saya untuk membuat perjanjian, menjalankan bisnis, dan menjadi pembicara di setiap kesempatan. Dalam waktu dua tahun setelah lulus universitas, pada umur 26 tahun, saya telah berhasil mengumpulkan kekayaan sebesar lebih dari $1,2 juta, mengelola dua bisnis yang sukses, dan memiliki honor sebagai pembicara sebesar $2000 per jam.
Saya telah berbicara di hadapan lebih 50.000 guru, mahasiswa, professional, manajer, dan CEO di bidang belajar cepat dan keunggulan kepribadian.
Piuhhhh?.subhanallah..luar biasa!!
Kita harus berterima kasih kepada Tuhan dengan memaksimalkan potensi diri kita. Sekali lagi..musim kompetisi telah tiba..dan yang harus kita kalahkan pertama kali adalah mentalitas pecundang dalam setiap diri kita. Harus disiplin, harus bersih, harus produktif! Ada BILA, pasti ada..MAKA. Kerja keras akan kita nikmati di musim gugur. Musim dimana telah nyata prestasi yang tersimpulkan, padi-padian yang telah dipanen, buah apel yang telah matang, dan buah anggur yang telah diperas.”
Sukses! We are the Great!
Trieha (Customer Care and Marketing Support Head),
ex. Ketua Panitia Rakernas VI, 8-9 Mei 2006