[:ID]MERINDUKAN RASULULLAH[:en]LONGING FOR THE PROPHET MUHAMMAD[:]

oleh | Dec 4, 2017 | Inspirasi

[:ID]Oleh: Fajar Kurnianto

Alkisah, beberapa tahun setelah Nabi SAW wafat, Abdullah bin az-Zubair (Ibnu az-Zubair), ke ponakan Aisyah RA, pernah bertanya kepada bibinya itu. “Wahai Bibi, beri tahu aku tentang hal paling istimewa yang engkau dapati dalam diri Nabi Muhammad?”

Saat ditanya itu, Aisyah diam, tidak langsung menjawab. Air matanya mulai mengalir. Dia pun menangis seseng gu kan, begitu menyayat hati, hingga Ab dullah bin az-Zubair berpikir mung kin dia bertanya pada momen yang tidak tepat. Ia pun berkata, “Bibi, kalau eng kau tidak bisa menjawab sekarang tidak apa-apa.”

Di sela-sela tangisnya, Aisyah kemudian berkata, “Aduhai betapa rindunya hati ini dengan beliau. Aku be gitu rindu dengan beliau.” Selan jutnya ia berkata, “Wahai keponakanku, engkau bertanya kepadaku tentang hal paling istimewa yang aku dapati dalam diri beliau, aku tak tahu bagaimana menjawabnya karena seluruhnya yang ada dalam diri beliau adalah istimewa.” Dalam kisah lain, Aisyah juga pernah ditanya seseorang mengenai akhlak suaminya, lalu ia menjawab, “Akhlak beliau adalah Alquran.” Orang itu bertanya lagi, “Apa maksudnya?”

Aisyah menjawab, “Alquran ber cerita tentang orang-orang yang sabar. Ketahuilah, beliau adalah orang paling sabar di dunia. Ketika Alquran bercerita tentang orang-orang yang shalat khu syuk, maka beliau adalah orang yang paling khusyuk shalatnya. Ketika Al qur an memerintahkan ten tang sede kah, ikhlas, memaafkan siapa saja yang ber salah, maka beliau adalah orang yang paling dermawan, ikhlas, dan pe maaf. Andai kata ada orang yang tidak membaca Alquran sekalipun, me lihat beliau saja dia bisa memba yang kan isi Alquran itu seperti apa.”

Nabi SAW memang telah wafat, te tapi kerinduan akan beliau tidak pernah le nyap dalam diri orang-orang terde kat nya, terutama istrinya, Aisyah. Ke rinduan yang membangkitkan lagi gairah untuk mengikuti dan mene ladani akhlak beliau dalam kehidupan.

Semua yang dilakukan Nabi adalah istimewa karena beliau adalah ejawan tah Alquran dan selalu berada dalam bim bingan Allah. Karena itu, Allah me ngatakan bahwa orang yang menga ku mencintai Nabi perlu mem buktikannya dengan mengikuti beliau, “Katakanlah (Muhammad), ‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah men cintaimu dan mengampuni dosa-dosa mu.’ Allah Maha Pengam pun, Maha Penyayang.” (QS Ali Imran [3]: 31).

Orang yang benar-benar merin dukan Nabi adalah orang yang tidak hanya mengingat atau menyebutnyebut nama beliau, tetapi yang lebih penting juga adalah meneladani akhlak luhur dan mengikuti ajaran Rasulullah secara kafah. Seseorang belum dikatakan merindukan Nabi SAW jika perilakunya justru berlawanan dengan akhlak luhur beliau. Wallahu a’lam.

Sumber : republika.co.id[:en]By: Fajar Kurnianto

Once, a few years after the Prophet SAW died, Abdullah bin az-Zubair (Ibnu az-Zubair), to the nephew of Aisha RA, once asked his aunt. “O Auntie, tell me the most special thing you find in the Prophet Muhammad?”

When asked, Aisyah was silent, not directly answering. Tears began to flow. She was crying as gently as she was, so heart-wrenching, until Ab dullah bin az-Zubair thought he ask at the wrong moment. He said, “Auntie, if you cannot answer now it’s okay.”

In between sobs, Aisha then said, “How much this heart miss him. I missed him so much. “She went on to say,” O my nephew, you ask me the most special thing I find in him, I do not know how to answer because the whole thing in him is special. “In another story, Aisha was also asked someone about her husband’s morals, then she replied, “Her morality is the Koran.” The man asked again, “What does that mean?”

Aisha replied, “The Qur’an tells of those who are patient. Know, he is the most patient person in the world. When the Qur’an tells of the people who pray khusyuk, then he is the most solemn prayer. When Al qur an enjoins ten tang sede kah, ikhlas, forgive whoever is wrong, then he is the most generous, sincere, and sorry. If someone says that they do not read the Qur’an though, see him alone he can find what the Qur’an is like. ”

The Prophet (s) had indeed died, but the longing for him had never been disappeared within his own people, especially his wife, Aisha. Longing that evokes more passion to follow and imitate his character in life.

All that the Prophet does is special because he is the embodiment of the Qur’an and always in the guidance of God. Therefore, Allah says that the person who claims to love the Prophet needs to prove it by following him, “Say (Muhammad), ‘If you love God, follow me, Allah will love you and forgive your sins.’ , Most Merciful. “(Surah Ali Imran [3]: 31).

The one who really misses the Prophet is the person who not only remembers or mentions his name, but more importantly also imitates the noble character and follows the teachings of the prophet wholly. Someone has not been said to miss the Prophet if his behavior is contrary to his noble character. Wallahu a’lam.

Source: republika.co.id[:]

Perasaan kamu tentang artikel ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0