[:ID]MERAWAT PERNIKAHAN[:en]PROTECTING MARRIAGE[:]

oleh | Jan 9, 2020 | Inspirasi

[:ID]Pernikahan dalam Islam merupakan sunnah Rasulullah. Pelaku pernikahan mendapatkan rahmat dan bekal keberkahan dalam akad yang diucapkan dan dijanjikan bersama. Namun di balik itu, esensi pernikahan sejatinya adalah sebuah ketenangan, kenyamanan, dan kecukupan antara satu dengan lainnya.

Ustaz Adi Hidayat menjabarkan, pernikahan bukanlah suatu hal yang menjanjikan setiap pasangan untuk hidup selalu senang. Pun, pernikahan juga bukan perkara menjalani hidup dengan kesulitan terus-menerus. Dalam rumah tangga kerap terjadi gejolak yang kerap menyentuh setiap pasangan.

Namun demikian, setiap pasangan diingatkan untuk selalu menyandarkan dirinya kepada Allah SWT. Memupuk keimanan, ketakwaan, serta kepatuhan dalam beribadah merupakan modal utama dalam membangun rumah tangga. Dengan modal tersebut, keberkahan akan melingkupi siapa pun yang berada di dalam rumah tangga tersebut.

Keberkahan, sebagaimana yang terucap dari doa Nabi Muhammad SAW saat menikahkan putrinya, Fatimah Az-Zahra dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib, perlu diselipkan baik di kala susah maupun senang. Beliau pun menceritakan bahwa pernikahan yang sempurna bukanlah hanya milik mereka yang memiliki harta melimpah dan jabatan terpuji.

Hal itu dibuktikan bagaimana Rasulullah menikahkan Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib. Padahal jika diukur secara materi, Ali bin Abi Thalib bukanlah berasal dari kalangan berada atau pun seseorang yang memiliki jabatan tinggi. Jika dibandingkan dengan sahabat Nabi lainnya seperti Abu Bakar yang kaya raya dan Umar bin Khatab yang memiliki jabatan ulung, Ali bin Abi Thalib hanyalah pria biasa.

Namun begitu, dia menceritakan, ketika Abu Bakar dan Umar bin Khatab mengenali kapasitas diri tak layak bersanding dengan Fatimah Az-Zahra, sosok Ali bin Abi Thalib justru ditonjolkan. Diceritakan suatu ketika Umar bin Khatab bertemu dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan berkata: ‘Ya Ali, innaha laka,”. Yang artinya: “Wahai Ali, sesungguhnya dia (Fatimah) merupakan milikmu (jodohmu),”.

Mendengar ucapan Umar seperti itu, Ali bin Abi Thalib justru berkata: “Wahai Umar, aku hanyalah orang biasa, aku bukan orang kaya. Bahkan saat ini yang kupunya hanyalah perisai besi yang hendak aku gadaikan,”. Namun Sayyidina Umar tetap memerintahkan Ali agar menemui Rasulullah untuk meminang Fatimah.

Menurut Ustaz Adi, ketika Sayyidina Ali datang menemui Rasulullah, tak sedikit pun beliau meremehkan apalagi menolak maksud baik sahabatnya tersebut. Maka ketika menikahkan keduanya, Rasulullah pun memberi tiga kalimat pesan yang dijadikan doa bagi segenap masyarakat Muslim dunia hingga kini.

Doa tersebut berbunyi: “Barakallahu laka, wa baraka alaikuma, wa jamaa bainakuma fii khair,”. Yang artinya: “Semoga Allah rekatkan keberkahan padamu (di kala senang), dan semoga Allah rekatkan keberkahan kepada kalian berdua (di kala susah), dan semoga Allah selalu menghimpun kalian berdua dalam kebaikan,”.

Maka dari itu, lanjut beliau, apabila setiap pasangan hendak mendapatkan kebahagiaan yang abadi dalam pernikahan, maka hendaknya lekatkan keberkahan di dalam rumah tangga tersebut. Tutup aib diri satu sama lain sebagai kekuatan dan bahan evaluasi bersama. Tak layak, kata dia, keburukan rumah tangga diumbar dan dikonsumsi khalayak publik.
Dia pun mengaku sangat berterima kasih kepada Pemprov DKI Jakarta yang telah memberikan program positif. Menurutnya, program pernikahan massal merupakan program yang berpihak pada masyarakat kalangan menengah ke bawah, yang kini diklaim telah memiliki status administratif yang sah secara hukum.

sumber: republika.co.id[:en]

Marriage in Islam is the sunnah of the Messenger of Allah. Marriage subjects get rahmah and blessings in the contract that is spoken and promised together. But behind that, the essence of marriage is actually a calm, comfort, and sufficiency between one another.

Ustadz Adi Hidayat explained, marriage is not a thing that promises every couple to live always happy. Also, marriage is not a matter of living life with constant difficulties. In the household frequent turmoil that often touches each partner.

However, each pair is reminded to always rely on God Almighty. Fostering faith, piety, and obedience in worship is the main capital in building a household. With this capital, blessing will encompass anyone in the household.

Blessing, as said by the prayer of the Prophet Muhammad when marrying his daughter, Fatimah Az-Zahra with his companion Ali bin Abi Talib, needs to be tucked in both in difficult and happy times. He also told that the perfect marriage does not only belong to those who have abundant wealth and commendable positions.

It was proven how the Prophet married Fatimah to Ali bin Abi Talib. Yet if measured materially, Ali bin Abi Talib did not come from a wealthy group or even someone who had a high position. When compared with other companions of the Prophet such as Abu Bakr who was wealthy and Umar bin Khatab who had an accomplished position, Ali bin Abi Talib was just an ordinary man.

However, he conveyed the story, when Abu Bakr and Umar bin Khatab recognized that their capacity was not worthy of being beside Fatimah Az-Zahra, the figure of Ali bin Abi Talib was highlighted. It is said that Umar bin Khatab met with Sayyidina Ali bin Abi Talib and said: “Yes Ali, innaha laka,”. Which means: “O Ali, in fact she (Fatimah) is yours (your soul mate),”

Hearing Umar’s words like that, Ali bin Abi Talib actually said: “O Umar, I am just an ordinary person, I am not a rich person. Even now all I have is an iron shield that I want to pawn, “. But Sayyidina Umar still ordered Ali to meet Rasulullah to propose to Fatimah.

According to Ustadz Adi, when Sayyidina Ali came to see Rasulullah, he did not underestimate let alone reject the good intentions of his friend. So when marrying the two, the Prophet also gave three sentences of messages that are used as prayer for all the Muslim community of the world until now.

The prayer reads: “Barakallahu laka, wa baraka alaikuma, wa jamaa bainakuma fii khair,”. Which means: “May Allah affix blessings to you (when happy), and may Allah affix blessings to you both (in times of distress), and may Allah always bring you together in goodness,”.

Therefore, he continued, if each couple want to get eternal happiness in marriage, then they should attach blessing in the household. Cover each other’s self-shame as strengths and shared evaluations. Not feasible, he said, household ugliness was revealed and consumed by the public. He also admitted that he was very grateful to the DKI Jakarta Provincial Government for providing a positive program. According to him, the mass marriage program is a program that favors the middle to lower classes of society, which is now claimed to have legal administrative status.

Source: republika.co.id[:]

Kalkulator Zakat

Hitung zakat Anda secara akurat dengan kalkulator zakat kami

Donatur Care

Silakan cek riwayat donasi Anda disini

Link Terkait