BANDUNG. Setiap Senin sampai Jumat pukul 5.30 Wib, Taryono harus berangkat dari Tanjungsari Kabupaten Sumedang menuju Kota Bandung untuk mengantarkan putrinya, Hasna pergi sekolah. Meski harus menempuh jarak yang cukup jauh, Taryono selalu bersemangat kala harus mengantarkan Hasna supaya dia sampai ke SD Juara Bandung tepat waktu yakni pukul 7.00 Wib.
Hasna adalah salah satu siswa kelas V SD Juara Bandung. Supel dan berani dalam bersosialisasi dengan teman-temannya merupakan sifat yang dimiliki gadis cilik berumur 11 tahun ini. Sejak duduk di bangku kelas III, Hasna terdaftar sebagai siswa SD Juara Bandung. Percaya pada kualitas SD Juara, membuat Taryono yakin untuk menitipkan anaknya ke sekolah yang berada di bawah Rumah Zakat, meskipun saat ini pemerintah memiliki program sekolah gratis di seluruh wilayah Indonesia, termasuk Kabupaten Sumedang.
“Walau jarak rumah ke sekolah Hasna sangat jauh, tapi saya yakin SD Juara memiliki kualitas yang lebih baik dalam mendidik para siswanya. Karena itu saya akan terus menyekolahkan Hasna sampai dia lulus nanti,” ungkap bapak dari dua anak tersebut.
Sang Pengamen di SD Juara
Sementara itu di kelas III SD Juara Jakarta Selatan, ada seorang siswa bernama Fahmi. Tak seperti anak lainnya yang memanfaatkan hari libur untuk beristirahat, Fahmi lebih memilih menggunakan waktu luang untuk mencari uang dengan cara mengamen. Uang yang didapatkannya dari mengamen bukanlah untuk membiayai atau membeli perlengkapan sekolah, tapi untuk mencukupi kebutuhan dirinya sendiri agar tak menyusahkan orang tua.
”Dalam satu hari saya mendapat Rp 12.000. Lumayan bisa buat jajan. Soalnya kan kalau biaya sekolah dan perlengkapannya sudah disediakan SD Juara,” ujar anak yang selalu mengamen di tempat rekreasi tersebut.
Fahmi mengaku bahwa pekerjaan sebagai pengamen diambil karena orang tuanya tak dapat memberikan uang yang bisa dipakai untuk membeli barang-barang ataupun makanan kesukaannya. ”Kasian ibu dan ayah kalau harus dimintai uang lagi. Untung aja ada SD Juara yang bisa membuat saya bersemangat sekolah karena guru-gurunya baik,” ungkapnya.
Berprestasi di Tengah Keterbatasan
Kartini tidak percaya saat namanya disebut oleh panitia perlombaan sebagi juara ketiga perlombaan Tahfidz antar Sekolah Dasar di Kota Bandung dan Cimahi yang diadakan oleh Habiburahman PT. DI Bandung. Siswa SD Juara Cimahi tersebut berhasil menyingkirkan peserta lainnya dalam kompetisi yang berlangsung pada bulan Maret 2009 lalu.
Sebetulnya gadis cilik yang dulunya seorang pengamen ini bukanlah peserta yang diunggulkan. Sebab saat mengikuti perlombaan siswa SD Juara Cimahi tidak begitu percaya diri dalam menguasi hapalan Al Quran. Dia pun sering mengeluhkan kekhawatirannya dengan beberapa hapalan yang masih longgar. Namun tidak diduga ternyata penampilan Kartini luar biasa.
Kemenangan yang diperoleh Kartini itu membuat kepercayaan dirinya serta siswa SD Juara lainnya meningkat. Sehingga di tahun 2010 ini, Kartini bersama siswa SD Juara lainny berhasil meraih Juara Pertama untuk kategori shalat berjamaah tingkat Kota Cimahi.
Prestasi tak hanya diukirkan di SD Juara Cimahi. Para siswa SD Juara Bandung, Jakarta Selatan, Jakarta Timur dan Yogyakarta pun berupaya untuk merangkai prestasi di luar sekolah, sesuai dengan minat dan bakat masing-masing. Di akhir 2009 lalu, Tim Tataloe SD Juara Bandung dan SD Juara Jakarta Pusat berhasil menyabet gelar Juara Kedua dan Ketiga di ajang Festival Perkusi Nusantara tingkat nasional.
Kepala SD Juara Bandung Jajang Sudarsa mengatakan untuk meningkatkan kepercayaan diri para siswanya, SD Juara kerap mendaftarkan mereka ke berbagai perlombaan. Menjadi pemenang bukanlah tujuan akhir dari keikutsertaan para siswa SD Juara. ”Kami hanya ingin mereka memiliki lebih banyak teman dan juga pengalaman. Sehingga pergaulan mereka tak hanya sebatas lingkungan rumah dan sekolah saja,” ujarnya.
Selain Pendidikan Agama Islam (PAI) dan kesenian musik, para siswa SD Juara pun berhasil meraih penghargaan dalam kompetisi Pramuka, English Contest, angklung, mewarnai, hingga olimpiade MIPA.
Bangun Tiga Sekolah Juara Lagi
Saat ini Rumah Zakat telah mendirikan 8 SD Juara yang tersebar di Bandung, Cimahi, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Medan, Pekanbaru, Yogyakarta dan Surabaya. Formal Education Departement Head, Arif Taat Ujianto menyatakan bahwa tahun ini Rumah Zakat ada mendirikan dua SD Juara dan satu SMP Juara. ”SMP Juara akan didirikan di Kota Bandung, sementara SD Juara dibangun di Kota Semarang dan Jakarta Timur,” ujar Arif.
Dia pun menuturkan bahwa adanya SMP Juara diharapkan mampu menghasilkan output berkualitas sehingga siap menerima pendidikan yang lebih tinggi. Sama seperti sebelumnya, Sekolah Juara tetap menerapkan konsep Multiple Intellegences. Dengan menggunakan sistem kelas kecil dan interaktif, Sekolah Juara menggunakan sistem Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan menerapkan nilai-nilai ajaran Islam.
Lab Juara untuk Sang Juara
Dalam rangka meningkatkan media penunjang pembelajaran para siswa Sekolah Juara yang berfokus pada pengembangan wawasan dan keterampilan para siswa di bidang ICT (Information & Communication Technology) dan bahasa, Rumah Zakat memiliki rencana membangun laboratorium komputer dan bahasa di Sekolah Juara. Adanya program ini akan menjadi sebuah fasilitas, terutama bagi siswa yang memiliki potensi di bidang ICT dan bahasa.
”Tahun ini, Sekolah Juara berencana membangun laboratorium komputer. Sehingga para siswa SD dan SMP Juara tidak tertinggal dalam bidang informasi dan teknologi. Namun untuk mewujudkannya, Rumah Zakat membutuhkan sinergi dari berbagai pihak,” tutur Arif