MENYEGERAKAN BERBUKA : TA'JIL

oleh | Aug 3, 2011 | Sekitar Kita

Bulan Ramadhan adalah bulan istimewa yang penuh dengan keberkahan. Salah satu komunitas yang merasakan keberkahannya adalah perempuan-perempuan kreatif penjual kurma, es buah, kolak, dan jajanan lain yang dapat dijadikan takjil. Saat adzan maghrib berkumandang jalan-jalan pusat kota layaknya pasar kaget dijejali pengunjung yang memburu takjil. Para pedagang ramai memanggil para pengunjung, “Takjil! Takjilnya Pak! Bu! Ada kolak pisang dan es buah!” Lalu bagaimana makna takjil yang sebenarnya?

Kata takjil dalam kamus bahasa Indonesia berarti mempercepat dalam berbuka puasa. Secara harfiah kata takjil tidak memiliki hubungan langsung dengan makanan apalagi dengan es buah dan kolak pisang. Kata takjil diambil dari hadits Rosulullah SAW berikut:

“Telah bercerita kepada kami Abdullah bin Yusuf dari Malik dari Abu Hazim dari Sahal bin Sa’ad bahwa Rasulullah SAW bersabda, Senantiasa manusia berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka” (HR Bukhari 1821).

Dalam hadits tersebut terdapat kata ‘ajjalu yang berarti menyegerakan. Kata ‘ajjalu merumakan jamak dari ‘ajjala. Sedangkan kata ta’jil merupakan bentuk masdar dari ‘ajjalu yang berarti bersegera. Di Indonesia penggunaan kata takjil sebagai istilah untuk menyebut makanan-makanan untuk pembuka puasa didasarkan pada kegiatan menyegerakan berbuka. Orang-orang yang menyegerakan berbuka biasanya menyantap kurma, es buah, atau kolak.

Pemilihan makanan-makanan ini didasarkan pada hadits Rosulullah SAW berikut:

Dari Anas bin Malik : “Rasulullah pernah berbuka puasa dengan ruthab (kurma basah) sebelum shalat, kalau tidak ada ruthab, maka beliau memakan tamr (kurma kering) dan kalau tidak ada tamr, maka beliau meminum air, seteguk demi seteguk,” (HR Abu Dawud, Ad-Daruquthni dan Al-Hakim. Dihasankan oleh Imam Al-Albani dalam Irwa-ul Ghalil fi Takhrij Ahaadits Manaaris Sabiil IV/45 no. 922).

Rasulullah mencontohkan berbuka dengan ruthab atau kurma basah. Kurma basah ini tentu memiliki rasa manis. Rasa manis inilah yang dijadikan analogi oleh para pedagang takjil yang menjual es buah, kolak, atau kue dan makanan ringan lainnya. Mereka menjajakkan makanan manis untuk membantu ummat muslim yang sedang berpuasa agar dapat menyegerakan berbuka puasa. Penggunaan kata takjil ini secara bahasa memang salah kaprah. Namun, sebagai sebuah budaya yang disadur berdasarkan perintah agama budaya menjual takjil ini berdampak positif bagi para pedagang yang kreatif dan bagi para konsumen yang berpuasa.

Perasaan kamu tentang artikel ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0