[:ID]MENUMBUHKAN KOMUNIKASI POSITIF ANTARA MENANTU DAN MERTUA[:]

oleh | Mar 16, 2018 | Inspirasi

[:ID]Oleh : Vindhy Fitrianti, S.Psi

“Saya dan suami memiliki komitmen yang sejalan, tapi mertua saya…..”

“Pasti rencana yang sudah kami atur bisa langsung berantakan kalau mertua sudah turut campur!”

“Duh…ribet kalau diskusi sama mertua.”

Pada kenyataannya, hubungan menantu mertua tidak selalu mulus. Namun hubungan satu ini ternyata memiliki peranan yang cukup signifikan untuk mempengaruhi kondisi suami istri. Lantas, apa yang perlu dilakukan jika kita berada pada posisi menantu?

Pertama, terima realita bahwa mertua dengan segala kekurangan yang mereka miliki adalah bagian dari kehidupan kita saat ini. Ketika kita berkomitmen untuk bersama dengan pasangan kita, itu artinya kita mau ataupun tidak, akan selalu bersama dengan mertua, meskipun terpisah secara fisik dengan tempat tinggal yang berbeda. Mengeluhkan sifat mertua yang mungkin terlampau sensitif, atau menuntut mereka berubah atau juga meminta pasangan untuk mengubah sifat mertua, hampir sama seperti berharap orang tua kita sendiri berhenti memperhatikan kita. Mungkin kita tidak benar-benar sepakat dengan mertua. Namun mencari jalan atau cara untuk dapat menumbuhkan hubungan yang nyaman dengan mereka adalah penting.

Kedua, mertua kita hidup dengan sifat yang melekat pada diri mereka, lebih lama ketimbang usia kita. Tentunya akan lebih sulit bagi mereka untuk mengubah sifat serta kepribadian yang mereka miliki. Kita sebagai anak dan menantu yang perlu menyadari kondisi ini. Selain itu, dinamika psikologis orang tua yang telah sekian lama  membersamai kita atau pasangan kita, memiliki beragam ketidakmudahan untuk melepas peran-peran itu begitu saja.

Ketiga, membaca apa yang ada di balik perilaku mertua akan membantu kita memahami mereka. Mertua yang mudah sakit hati, mertua yang ingin selalu benar, ingin selalu diprioritaskan, dan sebagainya, merupakan ragam tampilan perilaku yang didorong oleh kondisi piskologis di baliknya. Mengetahui latar belakang pekerjaan mertua, mencari tahu perjalanan pengasuhan pasangan kita oleh mertua, dan kebiasaan-kebiasaan di keluarga besar pasangan, dapat membantu kita untuk memahami dan melihat kondisi dari sudut
pandang yang lebih luas.

Keempat, bersepakatlah dengan pasangan dalam merespon apa-apa yang dilakukan oleh mertua. Kita dan pasangan yang perlu memodifikasi respon terkait hubungan menantu-mertua yang diinginkan. Dan yang dapat dilakukan pertama kali adalah bukan mengubah orang lain dalam hal ini orang tua atau mertua. Namun, kita dapat mengubah perasaan, mood, dan perilaku diri sendiri dalam bereaksi terhadap mertua atau orang tua. Sehingga lambat laun, ketika kesepakatan antara kita dan pasangan secara konsisiten terus dijadikan acuan, ditambah dengan mood serta perilaku yang tetap positif pada orang tua atau mertua, lambat laun mereka pun akan menyadari batasan yang ada.

Kelima, bersikaplah proaktif. Pada kenyataannya, mertua tidaklah benar benar mengenal kita. Katakanlah pasangan kita pun belum mengenal diri kita cukup lama. Namun komitmen yang terbangun dengan menikah mendorong kita dan pasangan untuk lebih mengenal karakter dan kepribadian masing-masing. Memulai untuk berinteraksi lebih dalam sebagai bagian dari keluarga, menawarkan bantuan dapat dilakukan secara konsisten. Tidak ada kualitas yang akan terbangun kecuali sebanding dengan waktu yang menyertainya.

Keenam, sesekali melibatkan mertua dalam pengambilan keputusan, atau memberi informasi segera mengenai kabar gembira, dapat membuat mereka merasa dihargai
dan diakui keberadaannya. Sebagian besar mertua dapat merasa terabaikan dan merasa tidak lagi menjadi bagian penting dalam kehidupan anak-anaknya. Hal tersebut dapat memicu permasalahan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.

Ketujuh, selalu berpikir untuk berkompromi, Ketika pada suatu waktu kita berpikir bahwa diri kita sebagai menantu adalah benar dan orang tua atau mertua memang berada pada pihak yang salah, tetaplah ingat bahwa dalam hubungan yang kurang harmonis selalu banyak faktor pemicunya. Artinya, kita juga perlu mengingat bahwa mungkin saja apa yang kita yakini hanya berdasarkan satu sudut pandang saja. Berusahalah untuk terus-menerus menumbuhkan hubungan yang harmonis. Dan tidak ada usaha yang gagal sebenarnya, yang ada hanyalah usaha yang berhenti sebelum waktunya. Selamat berikhtiar! Menumbuhkan Komunikasi Positif Antara Menantu dan Mertua Kita dan pasangan.

 [:]

Perasaan kamu tentang artikel ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0