Setiap amal yang dilandasi basmalah, insya Allah akan baik, indah dan sempurna. Sebab kita meniatkan dan mempersembahkannya untuk Allah. Pantaskah kita memberikan sesuatu yang buruk kepada Allah?
Dari seratus empat belas surat dalam Alquran hanya satu surat yang tidak diawali basmalah, yaitu QS. At Taubah. Apa artinya? Basmalah menduduki posisi sangat penting dalam Islam. Ia akan menentukan nilai sebuah amal, apakah bernilai ibadah atau tidak. Sehingga, semua yang kita lakukan harus berlandaskan basmalah. Kita dituntut untuk menggantungkan semua amal perbuatan kepada Allah, serta menghiasi amal-amal tersebut dengan kasih sayang.
Secara syar’i, membaca basmalah hukumnya bisa wajib dan juga bisa sunat. Saat menyembelih hewan misalnya, membaca basmalah hukumnya wajib. Jika tidak diucapkan maka daging hewan sembelihan menjadi tidak halal. Dalam situasi khusus, misalnya saat suami dan istri hendak beribadah, maka basmalah harus diucapkan. Basmalah pun hukumnya bisa sunat, misalnya saat kita makan dan minum. Ketika kita tidak mengucapkannya, makanan dan minuman yang kita konsumsi statusnya tetap halal.
Dilihat dari susunan katanya, basmalah berisi kata bi yang artinya dengan, dan kata ismillah yang artinya menyebut nama Allah. Dalam kaidah lughah, kata bi itu harus ada muta’alif-nya, seperti dengan pulpen. Apa yang dengan pulpen? Artinya menulis dengan pulpen. Contoh lain dengan sendok. Apa yang dengan sendok? Makan misalnya, berarti memakan dengan menggunakan sendok.
Nah, dalam kalimat basmalah, Dengan menyebut nama Allah, di mana letak muta’alif-nya atau sebelumnya? Para ulama mengondisikan muta’alif itu sesuai dengan situasi tertentu. Misalnya saat makan kita mengucapkan basmalah, maka artinya kita sedang makan dengan menyebut nama Allah. Muta’alif itu sendiri berati amal yang mengiringi kata dengan atau bi.
Allah adalah lafdu jalallah; artinya Allah adalah lafadz yang sangat agung. Dalam bahasa Arab, lafadz Allah tidak memiliki asal kata. Kita tahu unsur kata Allah bukan dari buatan manusia namun langsung dari Allah sendiri. Karena itu, kata Allah inilah yang disebut sebagai lafadz yang sangat agung. Bahwa Allah memiliki nama dan sifat yang sangat agung, maka kita paham bahwa setiap kali mengucapkan basmalah, maka kita memulai ucapan dengan nama yang teramat agung yaitu Allah.
Dalam basmalah termaktub dua asma’ Allah teragung, yaitu Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiim. Walau ada sembilan puluh sembilan nama Allah, namun hanya Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiim atau Yang Maha Pengasih dan Yang Maha Penyayang yang disebutkan. Mengapa? Sebab dua sifat ini yang mendominasi dan paling umum. Dilihat secara bahasa untuk setiap kata-katanya, Bismillah, lalu Ar-Rahmaan, kemudian Ar-Rahiim. Arti dari kalimat pertama adalah Dengan menyebut nama Allah. Kalimat berikutnya, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Hal ini membuktikan Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang terhadap semua makhluk ciptaan-Nya.
Penyebutan Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiim ini mengandung dua konsekuensi. Pertama, kata Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiim ini adalah hak prerogatif Allah. Dia berkehendak menyebutkan namanya sesuai dengan Alquran dan hadis. Kedua, dengan kata Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiim, Allah seakan memperkenalan Diri kepada makhluk-Nya agar mereka lebih dekat dan lebih jelas dalam mengenal Dzat Pencipta.
Sumber: republika.co.id
Every deed that began with basmalah, insya Allah, it will be good, beautiful and perfect because we intended it and dedicate it to Allah. Is it appropriate that we give something bad to Allah?
From one hundred and fourteen of surah in Al- Qur’an there is only one surah that is not preceded with basmalah, namely QS. At-Tauba. What does it mean? Basmalah position is very important in Islam. It will determine the value of a deed, whether it is worth worship or not. Thus, everything we do must be based on basmalah. We are required to dedicate all deeds to God, as well as adorn it with affection.
In Syar’i, the law of reading basmalah can be obligatory or recommended. When we slaughter animals, for example, reading basmalah is obligatory. If it is not pronounced the meat becomes not halal. In special situations, such as when a husband and wife about to worship, then basmalah should be pronounced. The law of Basmalah can be recommended, for example, when we eat and drink. When we do not say it, the food and beverages we consume still in halal status.
Judging from the wording, basmalah contain bi that means ‘with’, and words ismillah that means ‘the name of Allah’. In lughah rules, bi should have muta’alif as same as with a pen. What with the pen? This means writing with a pen, another example with a spoon, What with a spoon? eating for example means eating with a spoon.
In basmalah sentence, in the name of Allah, where is the muta’alif? The scholars are conditioning muta’alif that fit a particular situation. For example, when we say basmalah while eating, then it means we are eating with the name of Allah. Muta’alif itself means a deed or activity that accompany ‘with’ or bi.
Allah is lafdu jalallah; means that Allah is very great lafadz. In Arabic, Allah lafadz not have the origin of the word. We know the element of Allah word is not man-made but directly from God himself. Therefore, the word of Allah is called as very great lafadz. That God has a name and great nature, then we understand that every time we utter basmalah, then we start a speech with a name that very glorious that is Allah.
In basmalah contains two asthma ‘Allah the greatest they are Ar-Rahman and Ar-Raheem. Although there are ninety-nine names of Allah, but only Ar-Rahman and Ar-Rahim or the The Benefecient and the Most Merciful are mentioned. Why? because two of these names were dominating and the most common. Viewed as language Bismillah, then Ar-Rahmaan, and Ar-Raheem, the meaning of the first sentence is ‘the name of Allah’ the next sentence is ‘the benefecient’, and ‘the Merciful’. This proves Allah that is the Merciful, the Compassionate towards all his creatures.
The mention of Ar-Rahman and Ar-Raheem contains two consequences. First, the word Ar-Rahman and Ar-Raheem is Allah’s prerogative. He intends to say his name in accordance with the Qur’an and the hadith. Second, the word Ar-Rahman and Ar-Raheem, God seemed intoducer hisself to His creatures so that they are closer and clearer in recognizing the Essence of the Creator.
Source: republika.co.id