MENGATASI PERANGAI BURUK SUAMI PENDIAM

oleh | May 10, 2011 | Inspirasi

Oleh: Danti Soegidjarjo, S.Psi.

Apa yang akan Anda lakukan jika suami Anda sangat tertutup? Bahkan dalam masalah hubungan suami istri. Pada waktu yang sama suami Anda yang pendiam itu ternyata berperangai buruk. Apakah perceraian menjadi solusi?

Insyaallah semua persoalan ada jalan keluarnya, walau mungkin kita harus berusaha lebih keras untuk menyelesaikannya. Sejauh ini, saya memang tidak memperoleh informasi mengenai upaya apa saja yang sudah Anda lakukan untuk memperbaiki situasi sebelum berpikir untuk mengambil keputusan bercerai. Tentunya Anda sudah tahu betul kan? bahwa bercerai mungkin bisa menjadi salah satu solusi untuk permasalahan rumah tangga Anda, tetapi ini adalah cara yang dibenci Allah. Berarti sudah seharusnya sebisa mungkin kita mencari cara pemecahan masalah lain yang lebih baik dan membawa ridha Allah tentunya. 

Sebatas yang saya ketahui hanya ada tiga alasan yang bisa ditoleramsi jika seorang istri ingin menggugat cerai suaminya, yaitu jika suami tidak bisa memenuhi kebutuhan biologis, melakukan kekerasan fisik terhadap istri dan jika suami terbukti berzina dengan wanita lain. Diluar alasan ini, sebaiknya diselesaikan dengan cara bermusyawarah, baik di antara suami istri itu sendiri, ataupun melibatkan pihak ketiga yang dianggap bisa menjaga amanah dan bijaksana untuk bisa membantu menyelesaikannya.

Coba ingat-ingat kembali, apakah perangai dan perilaku suami Anda  memang seperti itu sejak Anda pertama kali mengenalnya atau memang terjadi perubahan? Kapan perangai suami Anda mulai berubah? Perilaku yang ditampilkan suami Anda tentunya tidak terjadi begitu saja, pasti ada sumber penyebabnya. Perilaku yang ditampilkan suami Anda tampaknya sebuah akumulasi dari permasalahan-permasalahan yang tidak pernah selesai/ diselesaikan. Apalagi menurut Anda, suami Anda sangat tertutup. Ia akan menyimpan semua masalahnya sendiri, dan sampai pada satu titik ketahanannya mencapai batas, ia menjadi lebih sensitif. Sedikit saja ada yang menyinggung, ia bisa meledak dan melampiaskan semua kekesalan dan tekanan itu. Sebagian besar pria yang tertekan (stress) karena menanggung masalah, memang kehilangan gairah seksualnya. Oleh karenanya, ia tidak memiliki keinginan untuk berhubungan seks. Sikap tertutupnya semakin menghambatnya untuk bisa menyampaikannya pada Anda.

Saran saya, sebagai istri bukankah Anda adalah ‘pakaian’ bagi suami dan demikian pula sebaliknya? Kalau kita lihat dari sisi fungsi pakaian, ia sebagai penutup dari apa yang tidak boleh dilihat orang, sebagai pelindung dari rasa dingin, dari kotoran dan kuman penyakit mungkin, dengan pakaian kita merasa nyaman dan bahkan bisa tampil lebih baik di mata orang lain. Jika pakaian yang hanya satu-satunya robek, cobalah menisiknya sehingga menjadi layak pakai kembali, dan bukan mencampakannya.

Nah cobalah menisiknya kembali, awali dengan mencari sisi mana yang robek dan perlu ditisik. Delapan tahun usia pernikahan bukanlah masa yang pendek, pasti sudah banyak hal yang Anda dan suami saling melengkapi dan saling mempengaruhi perilaku dan kepribadian masing-masing. Pasti ada kontribusi  Anda juga sebagai istri yang menjadi penyebab munculnya sikap/perilaku suami Anda seperti saat ini. Sudah  pernah kah hal ini dibicarakan? Sudahkah Anda menawarkan diri untuk membantunya memecahkan masalah yang sedang dihadapi suami? Saya yakin Anda pasti memiliki ‘strategi jitu’ untuk bisa membuat suami sedikit terbuka dan membicarakan masalahnya. Mulailah dengan menjadi pendengar aktif, dengarkan secara utuh cerita suami Anda, tanpa komentar yang menyudutkan/ menyalahkan. Bersiaplah jika memang ia membutuhkan saran Anda. Tetapi tidak jarang pula suami sebenarnya hanya ingin dan perlu didengarkan untuk sekadar melepaskan kepenatannya dari masalah, sementara solusinya, sebenarnya  sudah ia pikirkan. Dalam kesempatan yang baik, sampaikan juga uneg-uneg Anda. Cari solusi bersama dan jangan bertahan dengan kaca mata masing-masing. Jika ini yang terjadi, perilaku orang lain yang berbeda akan selalu terlihat aneh, karena kita hanya melihat dari frame kaca mata kita.

Tanyakan pada diri Anda “masih adakah cinta” untuknya, meski di sudut hati. Jawab dengan jujur dan jangan membohongi diri dengan membuat alasan-alasan logis. Jika rasa cinta itu masih ada, niatkan untuk membangunnya kembali dan memperbaiki situasinya. Lihat sisi positif apa yang sudah dilakukan suami selama ini, jangan hanya hal negatifnya saja. Insyaallah Anda bisa lebih menerima dan menoleransi hal-hal yang tidak sesuai keinginan Anda. Temukan ‘klik’nya agar perbedaan itu bisa klop, sehingga tetap harmoni, dan bukan sekadar memaksakan agar ia menjadi seperti yang Anda inginkan. Hargai ia sebagai individu yang punya karakter tertentu, insyaallah ia juga akan menghargai Anda.  Cobalah lebih terbuka, insyaallah masih banyak jalan lain yang lebih baik dan diridhai Allah SWT. Wassalam.

Perasaan kamu tentang artikel ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0