Oleh: Yudi Feriandi, dr.
Bau mulut memang merupakan permasalahan yang agak mengganggu apalagi dalam pergaulan. Sebagai mahluk sosial, mulut merupakan indra terpenting bagi kita dalam berkomunikasi. Namun lain lagi dengan bau mulut saat kita berpuasa, karena diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Allah berfirman (yang artinya);” Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat daripada bau minyak kasturi.” (Bukhari dan Muslim), maka ini pengecualian, bau mulut karena melaksanakan ibadah, justru menjadi bau mulut penuh berkah.
Terkecuali bau mulut orang berpuasa, adalah sebuah pertanda adanya penyakit dalam tubuh kita, baik yang berasal dari rongga mulut maupun dari luar rongga mulut. Namun demikian, tidak semua bau mulut disebabkan oleh penyakit. Lalu, bagaimana cara membedakannya?
Bau nafas khronis atau halitosis khronis (menetap), dilaporkan menimpa 25% populasi penduduk di berbagai macam kalangan. Di dalam mulut normal diperkirakan rata-rata terdapat sekitar 400 macam bakteri dengan berbagai tipe. Meskipun penyebab bau mulut Saudara Arief belum diketahui dengan jelas, penyebab paling sering terjadi adalah karena sisa makanan. Mayoritas bakteri bermukim di leher gigi bersatu dengan plak dan karang gigi, juga di balik lidah karena daerah tersebut merupakan daerah yang aman dari kegiatan mulut sehari-hari. Bakteri tersebut memproduksi toxin atau racun, dengan menguraikan sisa makanan dan sel-sel mati di dalam mulut. Racun inilah yang menyebabkan bau mulut pada saat bernafas karena hasil metabolisme proses anaerob pada saat penguraian sisa makanan tersebut menghasilkan senyawa sulfide dan ammonia.
Bau nafas pagi hari yang terjadi hampir pada semua orang dewasa, merupakan contoh bau nafas yang bersifat sementara karena kekeringan mulut selama tidur. Bau nafas yang bersifat akut atau tiba-tiba muncul biasanya disebabkan kekeringan mulut, stress, berpuasa, makanan yang berbau khas, seperti petai, durian, bawang merah, bawang putih dan makanan lainnya yang berbau khas yang biasanya mengandung senyawa sulfur. Setelah makanan dicerna senyawa sulfur tersebut diserap pembuluh darah dan dibawa oleh darah langsung ke paru-paru sehingga bau sulfur tersebut tercium pada saat mengeluarkan nafas. Oleh karena itu, pilih-pilihlah makanan yang tidak akan menyebabkan bau mulut atau sesuaikan waktunya dengan pola aktivitas keseharian kita.
Bau mulut yang persisten sering kali disebabkan oleh kehadiran bakteri yang menghasilkan senyawa belerang berbau menyengat yang melekat di permukaan lidah. “Bakteri-bakteri lidah menghasilkan senyawa-senyawa berbau menyengat dan asam-asam lemak, yang merupakan 80 – 90% dari penyebab bau mulut”, kata Betsy Clark, mahasiswa Kesehatan Gigi di State University of New York, Buffalo. Nah, untuk menghilangkan bakteri-bakteri ini salah satunya dengan menjaga oral hygiene (kebersihan rongga mulut) dengan cara paling sederhana yaitu menyikat gigi atau berkumur baik dengan ataupun tanpa obat kumur.
Menyikat gigi yang kurang sempurna pun dapat menjadi pemicu munculnya bau mulut. Idealnya diperlukan sedikitnya 2-3 menit untuk membersihkan gigi dan menghilangkan sebagian besar bakteri. Dalam menggosok gigi, harus tergosok di semua bagian baik sebelah luar maupun dalam (bagian belakang gigi) dengan teknik yang baik pula, gigi atas disikat ke bawah, dan gigi bawah disikat ke atas, lalu bagian atas/puncak gigi, bahkan beberapa sikat gigi sekarang sudah memiliki bagian khusus untuk menyikat lidah. Disarankan minimal menggosok gigi 2 kali sehari, yaitu saat bangun tidur dan sesudah makan untuk menghindari timbulnya plak dan karang gigi yang merupakan salah satu sumber bau mulut serta penyebab radang gusi.
Bau mulut kronis ini dapat diatasi dengan oral hygiene yang baik, dengan menggosok gigi, melakukan dental floss, menyikat lidah dengan bagian khusus pada sikat gigi, serta yang terpenting menghilangkan plak dan karang gigi dengan cara mengunjungi dokter gigi minimal sekali setiap 6 (enam) bulan. Penggunaan penyegar nafas, permen karet dan obat kumur, biasanya bersifat asimptomatis (menghilangkan gejala sesaat) dan sangat terbatas kerjanya hanya sementara saja, pada saat efek dari penyegar nafas hilang bau mulut akan kembali tercium.
Penyebab lain bau mulut yang perlu kita waspadai lebih, justru bau mulut yang diakibatkan oleh penyakit di luar rongga mulut. Bau mulut juga dapat di sebabkan oleh penyakit diabetes, penyakit ginjal, sinusitis, tonsillitis, kelainan fungsi pencernaan, penyakit liver, alkohol dan juga berbagai macam obat-obatan yang dapat menyebabkan kekeringan mulut. Sebaiknya bila bau mulut tidak hilang dengan perawatan oral hygiene biasa, maka segeralah lakukan general chek up atau periksakan diri ke dokter keluaraga Anda untuk menapis berbagai penyakit lainnya yang berhubungan dengan bau mulut tadi.