Abu Dzar RA berkata, Rasulullah SAW masuk ke rumah Aisyah RA dan bersabda, “Wahai Aisyah, inginkah engkau mendengar kabar gembira?” Aisyah menjawab, “Tentu, Ya Rasulullah.” Lalu Nabi SAW bersabda, “Ada sepuluh orang yang mendapat kabar gembira masuk surga, yaitu, Ayahmu masuk surga dan kawannya adalah Ibrahim; Umar masuk surga dan kawannya Nuh, Utsman masuk surga dan kawannya adalah aku, Ali masuk surga dan kawannya adalah Yahya bin Zakariya, Thalhah masuk surga dan kawannya adalah Daud, Azzubair masuk surga dan kawannya adalah Ismail, Sa’ad masuk surga dan kawannya adalah Sulaiman, Said bin Zaid masuk surga dan kawannya adalah Musa bin Imran, Abdurrahman bin Auf masuk surga dan kawannya adalah Isa bin Maryam, Abu Ubaidah ibnul Jarrah masuk surga dan kawannya adalah Idris Alaihissalam,” (HR Baihaqi).
Dalam Al Quran Allah SWT menjelaskan surga sebagai taman yang di dalamnya ada sungai-sungai dari anggur dan madu. Di taman itu orang-orang dapat dengan mudah mendapat ampunan Allah SWT semudah mereka mendapat buah-buahan segar. Sepuluh orang yang dijamin masuk surga ini ini mendapat jaminan melangkahkan kaki ke taman surga bersama para Nabi. Kita lantas pasti bertanya-tanya, benih apa yang mereka tanam sehingga imbalan yang mereka dapat adalah taman surga?
Salah satu keistimewaan yang dimiliki oleh para sahabat yang dijamin masuk surga ini adalah kekayaan yang berkah. Sembilan puluh persen dari mereka adalah orang kaya. Kekayaan yang mereka miliki terus menerus bertambah manfaatnya sehingga harta kekayaan mereka tidak pernah berkurang.
Orang yang dekat dengan Allah SWT dan mengimani keabadian kampung akhirat, bila ia kaya, hartanya akan dimanfaatkan untuk kemaslahatan ummat. Dia paham betul dunia ini hanya sementara dan akhirat yang sebenarnya abadi. Jadi, kekayaannya dibelanjakan untuk bekal kehidupan yang kekal.
Sejak dahulu hingga sekarang jumlah orang kaya amat banyak. Larry Ellison, CEO Oracle mendapatkan gaji setara dengan Rp959Milyar. Namun, bedanya harta kekayaan milik Abu Bakr RA, Umar Bin Khattab, Utsman Bin Affan, dan Abdurrahman Bin Auf terjamin kebersihannya. Kehalalan mereka membersihkan harta dengan sedekah.
Allah SWT berfitman, “sesungguhnya sedekah itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,” (QS At-Taubah: 60). Sedekah yang dimaksud dalam ayat ini adalah zakat.
Sedekah dalam bahasa Arab berbunyi shodaqah, kata ini berasal dari kata shadaqa artinya jujur. Sedekah itu jujur di hadapan Allah SWT, mengakui jumlah harta yang dimiliki dan mengambil 2,5% dari jumlah keseluruhannya untuk diberikan kepada delapan golongan yang membutuhkan.
Dan tentunya sebaik-baik contoh tentang cara bersedekah adalah para sahabat shahabiyah yang begitu luar biasa membelanjakan hartanya di jalan Allah. Semoga kita pun bisa.