MASALAHNYA, PUBLIK KURANG PERCAYA ANDAMASALAHNYA, PUBLIK KURANG PERCAYA ANDAMASALAHNYA, PUBLIK KURANG PERCAYA ANDA

oleh | Mar 4, 2015 | Dari Kita

Building-TrustOleh : Endy Kurniawan

92% prospek, atau konstituen potensial, percaya ‘orang lain’. Mereka ‘nurut rekomendasi teman, keluarga dan tetangga untuk produk, partai politik, calon pemimpin negara dan kepala daerah yang akan mereka jadikan pilihan. 70% lainnya percaya ulasan terpercaya yang mereka dapatkan di media online. Urutan ketiga, baru 58% prospek mempercayai pesan yang ada situs resmi organisasi atau perusahaan. Ini setara dengan review berupa advertorial yang muncul di surat kabar.

Mungkin ada versi lainnya, dengan variasi hasil, tapi riset Nielsen yang tak terlalu baru itu (2012) yang paling sering digunakan karena melibatkan 28.000 responden pengguna internet dari 56 negara. Apa pengaruh riset ini terhadap cara kerja promosi produk Anda? Apakah ini menjadi inspirasi bagaimana memperkenalkan dan memikat prospek agar memilih kandidat kepala daerah yang Anda usung? Seharusnya iya. Dan ini bisa beragam aplikasinya.

Pertama, yang harus Anda lakukan adalah memperkenalkan produk bagus secara horizontal. Ajaklah opinion leaders dan social leaders, syukur-syukur mereka eksis di dunia maya (dumay) dan dunia nyata (duta) untuk menikmati produk Anda. Resikonya, produk jelek juga menyebar dengan cepat. Pastikan produk ini di’branding’ dengan layak dari awal mula.

Kedua, fasilitasi dan akomodasi terjadinya viral yang menjalar cepat. Untuk memudahkan, yang diperlukan adalah produksi ide yang luar biasa orisinal dan kemudian melakukan kanalisasi supaya efek WOW itu menular. To be honest, biaya yang muncul dalam proses ini sebetulnya S.A.N.G.A.T M.U.R.A.H daripada kita harus menginjeksi ‘instant interception’ ke benak publik melalui media utama.

Ketiga, jagalah reputasi dengan mengelola ‘owned media’ yang terpercaya, jujur, komunikatif dan real-time. Ini tantangan untuk pengelolaan kehumasan dan media komunikasi organisasi. Jaman berganti dan produsen, atau organisasi, tak bisa menjadi pahlawan yang selalu benar. Publik melihat kesamping, bukan keatas dimana Anda berada. Bagaimana cara mempengaruhi publik melalui media sosial, kita akan bahas lebih rinci di tulisan-tulisan berikutnya.

Endy Kurniawan/www.endykurniawan.com