MANAKAH YANG HARUS DIDAHULUKAN, ADAB ATAU ILMU

oleh | Mar 10, 2023 | Inspirasi

MANAKAH YANG HARUS DIDAHULUKAN, ADAB ATAU ILMU

Pada masa generasi Thabi’in, ada seorang ulama (cendekiawan)
yang sangat luas dan mendalam keilmuannya. Sampai-sampai oleh para ulama
lainnya digelari “Rabi’atur Ra’yi” (Logika musim semi).

Gelar untuk menggambarkan betapa jenius ulama ini. Praktis,
Rabi’atur Ra’yi menjadi tujuan uatama para penuntut ilmu untuk belajar. Tidak
terkecuali Malik bin Anas. Seorang remaja yang kelak akan dikenal sebagai Imam
Malik Rahimahullah, peletak dasar Madzhab Maliki.

Ada momen terpenting, menurut saya, yang perlu kita
underline, ketika Malik bin Anas akan belajar kepada Rabi’atur Ra’yi, yaitu
nasehat sang Bunda.

“Nak, camkan pesan ibu, pelajarilah olehmu adab
Rabi’atur Ra’yi sebelum kau pelajari ilmunya.” Sebuah pesan singkat, namun
sangat mendalam maknanya. Sejatinya, ada pesan lain yang tersirat dari pesan
Bundanya Malik bin Anas, yaitu “Nak, jika kau tak temui adab pada diri
Rabi’atur Ra’yi, maka kau tak perlu buang-buang waktu belajar ilmu
kepadanya.” Mengapa? Sungguh, tak akan bermanfaat ilmu setinggi apapun
jika tiada adab di dalamnya. Terlebih bila ilmu setitik nila, plus kehilangan
adab. Allah telah menyindir keras para ahli ilmu (Rabi) Bani Israil yang tiada
adab dalam dirinya dengan perumpamaan seekor keledai yang memikul kitab-kitab
dipunggungnya (QS. 62: 5).

Keledai tentulah tiada paham untuk apa kitab-kitab yang
dipikulnya itu. Demikianlah, Allah menyindir keras para ahli ilmu yang
berjilid-jilid kitab dalam kepalanya, namun tiada adab tertanam dalam diri dan
lisannya. Sia-sia ilmunya. Bahkan, malah menyeretnya pada kehinaan.

Pantas jika para ulama sepakat, “Kada al-adab qabla
al-‘ilm” (Posisi adab itu sebelum ilmu). Syaikh Ibnu Mubarak, seorang
ulama yang sangat shalih, berkata, “Thalabtul adab tsalatsuna sanah wa
thalabtul ‘ilm ‘isyrina sanah” (Aku belajar adab 30 tahun lamanya, sedang
aku belajar ilmu hanya 20 tahun lamanya). Jernih sekali nasehat Imam
Asy-Syafi’i kepada Imam Abu Abdish Shamad, gurunya anak-anak Khalifah Harun
Al-Rasyid, “Ketahuilah, yang pertama kali harus kamu lakukan dalam
mendidik anak-anak khalifah adalah memperbaiki dirimu sendiri. Karena,
sejatinya paradigma mereka terikat oleh paradigma dirimu. Apa yang mereka
pandang baik, adalah apa-apa yang kau lakukan. Dan, apa yang mereka pandang
buruk, adalah apa-apa yang kau tinggalkan.” Maka, sudahkah konsep adab
sebelum ilmu diterapkan di sekolah-sekolah kita? Sudahkah kita belajar adab
sebelum ilmu? Dan, sudahkah kita belajar ilmu kepada guru yang memiliki adab
mulia?

Dari cerita diatas, sudah
dipastikan bahwasannya adab lebih utama dari ilmu.
Dalam
Islam, mencari ilmu hukumnya wajib bagi setiap orang.
Untuk mengaplikasikan kewajiban tersebut dapat
dicapai dengan kegigihan yang kuat.

Meski begitu, tidak jarang dengan tingginya ilmu yang dimiliki
oleh seseorang membuatnya merasa bangga dan merasa seolah paling pintar dan
paling benar dari yang lainnya.

Oleh sebab itu, penting untuk menerapkan adab sebagai satu
komponen penyeimbang ilmu yang dimiliki oleh seseorang. Karena pada dasarnya,
kepintaran yang kita miliki tidak ada artinya jika tidak diiringi dengan adab.

sumber:

republika.co.id

Kulonprogor.Kemenag.go.id

 

Perasaan kamu tentang artikel ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0