MAJALAH SWA: RUMAH ZAKAT YANG TERBAIK DI ANTARA PENGELOLA DANA UMAT

oleh | Dec 27, 2010 | News

BANDUNG. Majalah SWA Sembada menobatkan Rumah Zakat sebagai Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang memberikan pelayanan terbaik di Indonesia. Servei ini dilaksanakan pada September s.d. Oktober 2010. Penilaian meliputi 3 aspek, yaitu keterpercayaan, pelayanan, dan rekomendasi. Keterpercayaan dinilai dari atribut transparansi pengelolaan keuangan, reputasi, dan transparansi penyaluran. Pelayanan dinilai dari atribut jangkauan distribusi penyaluran, keragaman produk dan layanan, kemudahan melakukan pembayaran, customer service serta komunikasi. Indeks nilai akhri dihitung dengan menjumlahkan rerata ketiga aspek penilaian dengan bobot masing-masing 35% (keterpercayaan), 30% (pelayanan), dan 35% (rekomendasi).

Majalah SWA melaksanakan survei kepada 676 responden di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Responden dimintai penilaian terhadap Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang pernah/akan digunakan jasa/layanannya. Lembaga Amil Zakat yang disurvei adalah yang statusnya sebagai LAZ nasional seperti Rumah Zakat, Dompet Dhuafa, Pos Keadilan Peduli Ummat, Badan Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh (BAZIS) dan LAZ lain yang termasuk ke dalam 29 LAZ nasional.

Rahmat Ali Hakim, donatur Rumah Zakat, menilai LAZ ini terhitung kreatif. Kreativitas inilah yang membuat dia tertarik menyalurkan dananya bagi kaum duafa melalui Rumah Zakat. Tahun 2004, misalnya Rumah Zakat punya program pendidikan Youth Program yang kini menjadi Rumah Juara. Lembaga ini juga punya program kesehatan gratis yang kini menjadi bagian dari Rumah Sehat. Lalu, mengelola daging sapi kurban menjadi kornet, sehingga bisa disimpan sampai tiga tahun dan bisa didistribusikan ke daerah bencana. “Kreativitas ini hal yang pertama membuat saya tertarik,” ujar lelaki berusia 35 tahun yang sudah menjadi donatur Rumah Zakat sejak 2004 ini.

faktor kedua, Rahmat Ali melihat, para personel Rumah Zakat memiliki semangat mengelola zakat, infak dan sedekah lebih jauh dari sekadar yang biasa dilakukan LAZ lainnya. Poin ini sangat penting, menurutnya karena sebuah tim yang produktif akan mudah beradaptasi dengan permasalahan yang ada. Contohnya, kreativitas terhadap produk yang telah mereka buat. Ketiga, kemudahan dalam transaksi dan mengakses dana yang didonasikan para donator. Bisa lewat pos surat, dijemput oleh amil dari Rumah Zakat, atau lewat bank. Rahmat membayarkan donasi setiap bulan yang diambil amil Rumah Zakat, atau lewat transfer bank jika dirinya sedang di luar kota.

Respon tersebut tentu taklepasa dari upaya Rumah Zakat meningkatkan kualitas layanan dan membangun kepercayaan para donator. Rachmat Ari Kusumanto, CEO Rumah Zakat mengungkap bahwa LAZ yang dipimpinnya memiliki departemen independen yang bernama Service Quality Management. Departemen ini bertugas menyurvei kepuasan pelanggan melalui excellent service yang diterapkan di 44 jaringan kantor Rumah Zakat dari Aceh hingga Jayapura. “Ini dilakukan agar Rumah Zakat dapat mengevaluasi diri sehingga dapat bekerja lebih baik dalam mengemban amanah donator di seluruh jaringan kantor,” ujar Rachmat Ari. Bahkan ia menambahkan, taksekadar survei, Rumah Zakat juga melaksanakan customer insight melalui diskusi secara informal dengan para donatur atau masyarakat yang menggunakan jasa konsultasi Rumah Zakat. Dilakukan pula evaluasi internal dan eksternal. Ia menjelaskan, evaluasi internal dilakukan secara berkelanjutan melalui forum monitoring dan evaluasi, baik mingguan, bulanan, triwulan, maupun tahunan.

Selain itu, menurut Rachmat Ari, Rumah Zakat pun secara berkelanjutan diaudit oleh auditor internal dan eksternal. Setiap tahun Rumah Zakat diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP). “Alhamdulillah hasilnya selalu wajar tanpa pengecualian,” ungkapnya. Di samping diaudit KAP, Rumah Zakat memberikan pula pertanggungjawabannya melalui ekspos laporan keuangan tahunan di media massa, serta memublikasikan di media secara rutin termasuk dengan menerbitkan media donator berbentuk majalah Rumah Lentera dan newslatter NewZ. “Website kami pun selalu update untuk memberikan informasi sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada donator dan publik sebagai wujud transparansi,” ia menerangkan.

Namun, tiada gading yang takretak. Rahmat Ali memberikan catatan terhadap Rumah Zakat. Pertama, soal ketertiban laporan. “Aksesnya mudah, tapi updating datanya mungkin kurang, dalam artian kadang terlambat,” ujarnya. Poin kedua, soal akurasi data untuk donator, misalnya info tempat tinggal dan nomor telepon yang bisa dihubungi. “Karena saya sendiri merasakan. Mereka kan sistemnya zona, di setiap zona ada amilnya. Nah, ketika terjadi penggantian amil, harusnya tidak berubah. Namun, kadang kalau berganti amil, saya bisa lama tidak dihubungi. Ternyata alasannya data saya belum masuk ke amil yang baru,” tutur Manager Instalasi Offshare Pertamina ini. Dan ketiga, belum adanya keseragaman dalam kemudahan melakukan donasi untuk semua donatur di semua wilayah. Padahal, lanjutnya, sekarang sudah era digital dan ada kemudahan dalam berbagai hal, seperti ATM, internet banking, dan sebagainya. ***
Sumber: Majalah SWA
Newsroom/Linda Handayani
Bandung

Perasaan kamu tentang artikel ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0