MAHJURA, PENYAKIT UMAT YANG DIADUKAN RASULULLAH KEPADA ALLAHMAHJURA, UMMAH DISEASE THAT THE PROPHET COMPLAINT TO ALLAH

oleh | Jul 21, 2016 | Inspirasi

Main-hp-trentekno-640x420Ada satu doa pengaduan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang diabadikan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al Quran. Dalam doa ini, Rasulullah mengadukan penyakit umat dalam memperlakukan Al Quran.

وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآَنَ مَهْجُورًا

Berkatalah Rasul, “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran ini mahjura” (QS. Al Furqan: 30)

Rasul dalam ayat ini tidak lain adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau mengadukan kaumnya yang menjadikan Al Quran sebagai mahjura.

Mahjura dalam ayat ini biasa diterjemahkan sebagai suatu yang tidak diacuhkan. Ibnu Katsir menjelaskan dalam Tafsir Al Qur’an Al Adhim bahwa mahjura berarti tidak mau mendengar dan mentaati.

Ibnu Kastir mengatakan: “Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan tentang Nabi-Nya yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa ia mengatakan “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran ini mahjura” demikian itu karena orang-orang musyrik tidak mau mendengar Al Quran dengan penuh ketaatan dan tidak mau pula mendengarkannya.”

Dalam Surat Fushilat ayat 26 dijelaskan bagaimana orang-orang musyrik menyikapi Al Quran. Mereka berkata kepada teman-temannya agar tidak mendengarkan Al Quran. Bahkan ada yang melakukan hiruk pikuk dan mengalihkan pembicaraan agar tidak mendengar Al Quran yang sedang dibacakan.

Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Quran menjelaskan bahwa mahjura berarti tidak mendengarkan dan tidak mentadabburi Al Quran.

“Allah Maha Mengetahui keadaan tersebut,” kata Sayyid Qutb, ““Tapi ucapan Rasulullah itu merupakan doa pengaduan dan penyerahan kepada Allah, yang dengannya beliau membuktikan bahwa beliau tidak tanggung-tanggung dalam berdakwah. Namun, kaumnya itulah yang tidak mau mendengarkan Al Quran ini dan tidak mendataburinya.”

Ibnul Qayyim Al Jauziyah menjelaskan bahwa sikap mahjura bisa berwujud dalam lima bentuk sebagai berikut:

1. Tidak tekun mendengarkannya
2. Tidak mengindahkan halal dan haramnya walau dipercaya dan dibaca
2. Tidak menjadikannya rujukan dalam menetapkan hukum menyangkut ushuluddin (prinsip-prinsip agama) dan perinciannya
3. Tidak berupaya memikirkan dan memahami apa yang dikehendaki Allah yang menurunkannya
4. Tidak menjadikannya sebagai obat bagi penyakit-penyakit hati

Marilah kita merenungkan kondisi kita saat ini. Meskipun yang diadukan Rasulullah itu adalah orang-orang kafir Quraisy, namun penyakit menjadikan Al Quran sebagai mahjura –terutama yang dirinci oleh Ibnul Qayyim- bisa saja menimpa kita.

Pertama, sudahkah kita suka membaca dan mendengarkan Al Quran? Jika dikaitkan hadits tentang batasan tilawah, sudahkah kita berusaha tilawah satu hari satu juz? Jika belum, khawatirlah jika kita tergolong umat yang berpenyakit menjadikan Al Quran mahjura.

Kedua, sudahkah kita berusaha mentadabburi Al Quran? Bagaimana mungkin kita bisa mengetahui petunjuk dari Allah jika kita tidak mengetahui artinya dan tidak pernah merenungkannya? Ibarat pengemudi yang melihat begitu banyak rambu-rambu lalu lintas, namun tidak tahu maknanya apa. Bisa-bisa, ia celaka sebelum sampai ke tujuan karena ketidaktahuannya.

Ketiga, setelah kita mengetahui petunjuk Allah dalam Al Qur’an, apakah kita mengikutinya? Atau kita seperti kata Ibnul Qayyim, tidak mengindahkan halal haram meskipun kita tahu Al Quran telah menunjukkannya.

Keempat, setelah secara pribadi kita mengamalkan Al Quran, sudahkah kita berusaha agar Al Quran diterapkan sebagai sistem kemasyarakatan, hukum dan kehidupan bernegara? Ini tidak lebih ringan dari poin sebelumnya, namun inilah yang akan mendatangkan keberkahan hidup dan kebaikan dunia akhirat.

Sumber: bersamadakwah/Muchlisin BK
Main-hp-trentekno-640x420There is one complaint prayer of Prophet sallallaahu ‘alaihi wasallam enshrined by Allah in the Qur’an. In this prayer, the Prophet complained about people diseases in addressing the Quran.

وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآَنَ مَهْجُورًا

The prophet said, ” O my Lord! Lo! mine own folk make this Qur’an of no account (majura) ” (QS. Al-Furqan: 30)

The prophet in this verse is none other than Prophet Muhammad sallallaahu ‘alaihi wasallam. He complained of his people who make the Qur’an of no account (mahjura).

Mahjura in this verse is usually translated as something that is not ignored. Ibn Kathir explains in Tafsir Al Quran Al Adhim that mahjura means will not hear and obey.

Ibn Kastir said: “Allah Subhanahu wa Ta’ala tells about His Prophet, Muhammad sallallaahu ‘alaihi wasallam that he said,” O my Lord! Lo! mine own folk make this Qur’an of no account (majura) “That is because idolaters do not want to hear the Quran with full obedience and would not listen to it anyway. ”

In Surah Fushilat verse 26 described how idolaters addressing the Quran. They told their friends that do not listen to the Qur’an. Even do bustle and change the subject so as not to hear the Qur’an being recited.

Sayyid Qutb in Zhilalil Fi Quran Tafsir explains that mahjura means not listening and not learn Quran.

“Allah knows the situation,” said Sayyid Qutb, “” But it is a prayer the Prophet saying complaints and submission to God, with which he proves that he is not half-hearted in preaching. However, that’s what his people would not listen to this Qur’an and not learn about it. ”

Ibn al-Qayyim Al Jauziyah explained that mahjura is an attitudes can manifest in the form of the following five:

1. Not diligently listen
2. Not heeding halal and haram even though credible and readable
2. Not making a reference in determining the law concerning Ushuluddin (religious principles) and details
3. Do not attempt to think about and understand what God wants
4. Do not make it as a remedy for heart diseases

Let us reflect on our present condition. Although the complaint that the Prophet is the disbelievers of Quraysh, but the disease made the Qur’an as mahjura -especially enumerated by Ibn Qayyim- could have happened to us.

First, have we like to read and listen to the Quran? If related hadith about the limits recitations, have we tried to recite it one juz a day? If not, be worry we belong to the people who made the Quran as mahjura.

Second, have we tried to learn Quran? How can we know the direction from God if we do not know what it means and never meditate? Like a driver who saw so many traffic signs, but does not know what it means. Worst, he damned before reaching the destination because of ignorance.

Third, once we know God’s guidance in the Qur’an, have we followed it? Or we like Ibn al-Qayyim said, did not heed the halal haram even though we know the Qur’an has shown it.

Fourth, after personally we practice the Qur’an, have we tried to make the Quran is applied as a social system, laws and state life? It is not lighter than the previous point, but this is what will bring blessings and good today and in hereafter.

Source: bersamadakwah / Muchlisin BK

Perasaan kamu tentang artikel ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0