Seorang suami adalah pemimpin dalam rumah tangganya. Maka, kelak seorang suami pun akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Memiliki titel sebagai seorang suami sebenarnya adalah amanah yang sangat besar. Mengingat di pundak suamilah anak serta istri dipertanggungjawabkan.
Seorang suami akan ditanya bagaimana anak-anaknya. Suami pun juga ditanya bagaimana istrinya. Apakah selama di dunia anak dan istri bertakwa dan berimana kepada Allah Swt.? Apakah suami telah mendidik dan mengingatkan anak dan istrinya menuju ketaatan? Sehingga memang betul, seorang suami itu harus saleh. Karena dengan modal kesalehan itu ia bisa mengajak anak serta istrinya kepada jalan tauhid.
Baca Juga: Bolehkah Istri Berkurban Tanpa Izin Suami?
Lalu, bagaimanakah kriteria suami yang saleh dalam keluarga itu?
Merangkum dari buku Membumikan Harapan Rumah Tngga Islam Idaman karya Abu Al-Hamd Rabi’, ada kriteria-kriteria yang menjadi ciri seorang suami dikatakan saleh. Berikut penjelasannya:
1. Mampu memimpin keluarga
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra. bahwa Rasul Saw. pernah bersabda, “Setiap diri kalian adalah pemimpin, dan masing-masing dari kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas kepemimpinannya. Kepala negara adalah pemimpin, suami adalah pemimpin bagi rumah tangganya, istri adalah pemimpin bagi rumah suami dan anaknya. Setiap kalian adalah pemimpin dan masing-masing dari kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas kepemimpinannya.” (H.R. Bukhari)
Dari hadits di atas, disebutkan bahwa seorang suami adalah pemimpin bagi rumah tangganya. Mengapa suami yang menjadi pemimpin dalam rumah tangga? Karena lelaki dilebihkan oleh Allah Swt. untuk menduduki tampuk kepemimpinan dalam keluarga. Seorang suami diyakini lebih memahami kepentingan bersama dalam rumah tangga, dan lebih mampu melaksanakan tugas-tugas serta tanggung jawab yang dipikulnya.
Suami yang saleh itu bukan berarti mampu memimpin dengan sekehendak hati alias otoriter. Namun, ia mampu memimpin dengan penuh cinta dan kasih sayang yang berbalutkan dengan cara-cara musyawarah. Ia mampu menyatukan berbagai pendapat dari anak dan istrinya kemudian meramu dan memutuskan persoalan dengan baik, tepat, serta bijak.
Baca Juga: Bentuk Cinta Itu Namanya Kurban
Oleh karena itu, para suami yang saleh seharunya mampu memiliki kelogisan akal. Akan tetapi, ia pun tidak mengenyampikan nilai-nilai perasaan (emosional) ketika dihadapkan dalam suatu permasalahan. Oleh karena itu, salah satu kriteria lelaki yang saleh adalah mampu memimpin keluarganya dengan baik. Ia memiliki wibawa dan bijak dalam bersikap. Sehingga anak dan istri merasa hormat, bangga, sekaligus menyayangi.
Selain mampu memimpin dalam persoalan rumah tangga, suami saleh pun mampu memimpin dalam hal ketakwaan dan keimanan. Ia mampu membimbing anak dan istrinya dalam hal ibadah dan mampu menjadi contoh yang baik dalam hal ketaatan kepada ajaran agama.
2. Mempu bertanggung jawab dalam memberikan nafkah
Kriteria suami saleh berikutnya adalah mampu mengurus keluarganya. Dalam artian ia mampu bertanggung jawab perihal nafkah keluarganya. Suami yang saleh tidak akan malas bekerja. Ia akan berjuang semaksimal mungkin untuk mendapatkan penghasilan yang halal bagi keluarganya. Selama ia mampu dan tidak ada hal-hal syar’i yang menghalangi, suami yang saleh itu akan berjuang mencari nafkah yang halal.
Salah satu contoh nyata suami yang saleh adalah Baginda Nabi Muhammad Saw. Menurut riwayat Imam Bukhari dari Umar bin Khathab ra., Sang Nabi Saw. terbiasa berjualan kurma. Kurma tersebut didapatkan dari Bani Nadhir. Dan dari penghasilan berjualan kurma itu Nabi Saw. menabung menyimpan bahan-bahan makanan pokok yang cukup selama setahun untuk keluarganya. Sementara sisanya Nabi Saw. serahkan kepada baitul mal. Masyaallah!
Jabir bin Abdillah ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Mereka (perempuan-perempuan itu) berhak mendapatkan nafkah dan pakaian yang layak, yang menjadi tanggung jawab kalian (para suami).” (H.R. Muslim).
3. Bekerjasama dengan istri dalam hal pendidikan anak dan urusan rumah tangga
Suami yang saleh adalah suami yang mau bekerjasama dalam hal pendidikan anak dan urusan domestik rumah tangga. Suami tetap
mendidik anak-anaknya layaknya Lukman yang mendidik buah hatinya. Ia tidak melepaskan begitu saja semua urusan pendidikan anak kepada istrinya. Namun, ia pun ikut terlibat. Sehingga sang anak pun merasakan kehadiran sang ayah dalam tumbuh kembang dan pendidikannya.
Selian urusan pendidikan, suami yang saleh pun tak segan untuk membantu istri dalam urusan domestik rumah tangga. Layaknya
Rasulullah Saw. yang juga membantu urusan rumah tangga.
Baca Juga: Kurban Dulu atau Bayar Utang Dulu Ya?
‘Aisyah ra. berkata, “Rasulullah Saw. dalam kesibukannya membantu istrinya, dan jika tiba waktu salat maka beliaupun pergi salat.” (H.R. Bukhari)
Dalam riwayat yang lain pun diceritakan bahwa Rasulullah Saw. pun membantu mengangkat ember, menjahit baju, dan membetulkan sandal yang rusak. Intinya, Rasul Saw. tidak membiarkan istri-istrinya kesusahan seorang diri dalam mengurus hal-hal rumah tangga.
Urwah berkata kepada Aisyah, “Wahai Ummul Mukminin, apakah yang dikerjakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika ia bersamamu (di rumahmu)?”, Aisyah berkata, “Ia melakukan (seperti) apa yang dilakukan oleh salah seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya, ia memperbaiki sendalnya, menjahit bajunya, dan mengangkat air di ember.” (H.R. Ibnu Hibban).