SEMARANG. Rumah Zakat cabang Semarang menggelar aksi Siaga Gizi di Desa Kali Miri Kelurahan Blungun, Kecamatan Njepon Kota Blora Jawa Tengah, Rabu (28/3). Event kali ini kisahnya sangat menarik untuk dipaparkan. Untuk mencapai lokasi aksi, bukan jalan biasa yang dilewati namun untuk menuju ke desa itu membutuhkan waktu 1,5 jam dan melewati hutan dan jalan batu yang terjal.
Aksi kali ini digelar berawal dari pertemuan dan kepedulian dengan donatur yang tidak mau disebut namanya, setelah ia membaca berita di salah satu surat kabar di Semarang, tentang adanya balita gizi buruk di Kota Blora. Ia pun langsung menghubungi Rumah Zakat untuk menangani hal tersebut. Keinginan donatur adalah membantu Vega (balita yatim penderita gizi buruk ini ) sampai kondisinya normal selayaknya anak seusianya, dan benar-benar memilki fisik yang kuat. Kemudian tim pun bergegas untuk menyambangi rumah Vega Ariyani (2) yang dikabarkan memilki berat 7 Kg dan kondisi terkena penyakit kulit disekujur tubuhnya.
Dari Kota Semarang menuju Blora layaknya dapat ditempuh dalam waktu 3-4 jam, namun aksi kali ini membutuhkan waktu 8 jam. Pasalnya jalan yang ditempuh berlubang, penuh bebatuan dan tergenang air. Dalam aksi ini tim kesehatan yang diturunkan terdiri dari 1 dokter, 1 penanggung jawab, Branch Manager, relawan petunjuk arah dari Blora dan tiba dilokasi kediaman Vega bisa bertemu langsung dengan Vega yang tinggal bersama dengan nenek dan kakeknya. Ia tinggal dalam rumah yang beralaskan tanah, dan berdinding kayu.
Vega adalah balita penderita gizi buruk, pada kaki Vega masih terdapat bintik-bintik hitam berair. Bintik pada kaki mungil itu semula diduga karena digigit nyamuk namun akhirnya menimbulkan penyakit kulit. Orang Jawa biasa menyebutnya Gudigen. Bintik-bintik hitam ini menyelimuti seluruh badan Vega. Tangannya yang mungil terus menggaruk sambil sesekali merengek tapi Vega sudah bisa tertawa. Sampai sekarang Vega masih belum bisa berjalan. Beracam-macam Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang dibawa dalam aksi ini diberikan padanya, dan disambut dengan baik olehnya. Dia telah memakan roti yang diberikan padanya dengan tangan kiri, karena tangan kananya susah untuk digerakkan setelah satu bulan terpasang infus di Rumah Sakit Edukasi. Tim kesehatan pun menerangkan tentang pertumbuhan dan pola makan Vega yang disampaikan kepada nenek dan kakek yang merawatnya. Setelah berbincang-bincang secukupnya dengan keluarga Vega, tim pun kembali ke Semarang. ***
Newsroom/Ahadiyah Fitriyani
Semarang